Senin, 14 November 2016

Doa al-Qodah



Published 12 Nov 2016 at 3:23 pm

Doa al-Qodah, berikut riwayatnya: 

Bersabda Rasulullah saaw : Di malam daku di Isro’kan ke langit, aku sempat melihat sebuah bejana cekung berwarna hijau yang menggantung tanpa penyangga dengan izin Allah SWT. Langit terang benderang dipenuhi cahaya yang membuatku tertegun menyaksikan pancaran cahaya dari benda itu. Saat diriku hadir di hadapan Junjunganku dan mendengar perkataannya, Ia pun berfirman kepadaku : “Duhai Muhammad, apakah engkau telah menyaksikan sebuah Qodah (bejana cekung berwarna hujau tadi)?”. Dirikupun menjawab: “Benar, duhai Tuhan Pemeliharaku”. Kemudian Ia kembali berfirman: “Duhai Muhammad, Ku ciptakan cahaya Qodah tersebut dari cahayamu dan Ku tuliskan kepadanya doa suci itu dengan kekuasaan-Ku”. Rasulullah saaw pun melanjutkan penuturannya: Ketika aku bertolak kembali dari sisi Allah SWT, datanglah malaikat Jibril as mendekatiku seraya bertanya kepadaku: “Duhai Rasulullah, apakah engkau telah menyaksikan sebuah Qodah?”. 
“Ya, benar”, jawabku. 
Jibril pun kembali bertanya kepadaku: “Apakah andapun telah menyaksikan pula doa yang ditulis didalamnya?”. Dan akupun menjawab: “Benar, duhai jibril saudaraku, oleh karenanya beritahukanlah kepadaku (apa yang engkau ketahui) tentang doa tersebut”. 
Jibril pun kemudian menjawab: “Duhai Rasulullah, sesungguhnya tiada yang mampu menghitung pahalanya, kecuali Allah SWT dan bahkan lidahpun tiada mampu menghitung berbagai keutamaannya”. 
Jibril pun melanjutkan kembali perkataannya: Duhai Rasulullah, kabar gembira bagi diri Anda dengan doa yang tertulis dalam Qodah itu (karena) : -Barang siapa yang terpenjara kemudian ia membacanya dengan niat yang tulus dan pengucapan yang benar, maka Allah akan melepaskannya. -Barang siapa yang membacanya dalam perjalanan, maka ia tidak akan merasa kelelahan, meskipun perjalanannya tersebut mencapai jarak hingga seribu farsakh (8,000 km). -Barang siapa yang membacanya pada orang yang sakit, kemudian ia mengusapkan tangannya diatas tubuh si penderita, maka Allah akan menyembuhkannya dengan izin-Nya. -Barang siapa yang tekun membacanya atau membawanya, maka kedudukan tinggi di sisi Allah bagi dirinya, meskipun ia orang yang banyak dosa. -Barang siapa yang membacanya, maka Allah akan mengampuninya, memudahkan untuknyamasalah hisab, sakaratul maut serta pertanyaan Munkar dan Nakir. -Barang siapa yang membacanya dihadapan lawan, maka Allah akan memberikan kemenangan baginya dari para musuhnya. Dan masih banyak lagi berbagai keutamaan doa ini tiada terhingga serta tiada terhitung. 

(Kitab Muhajud Du'a & Minhajul Ibaadaat, hal.89 karya Ibnu Thowus)

Minggu, 13 November 2016

Islam yang Kaffah vs Parsial

“Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu. Sebab itu, janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku.” [QS. Al-Maidah: 3]
Hari apa yang dimaksud Allah Swt pada firman diatas, yang disebutNya hari ini?
Bisa dibaca pada lanjutannya:

“Pada hari ini telah Kusempurnakan untukmu agamamu, dan telah Kucukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Kuridhai Islam itu menjadi agama bagimu.” [Qs. Al-Maidah: 3]
So, hari dimana orang-orang kafir telah putus asa untuk mengalahkan agama Islam, adalah hari disempurnakannya agama Islam. Kesempurnaan Islamlah yang membuat orang-orang kafir putus asa. Tapi mengapa kenyataan yang kita lihat hari ini, orang-orang kafir malah optimis dan begitu yakin bisa mengalahkan Islam? Mereka bahkan dalam banyak hal mendikte dan menjadikan umat Islam bahan cemoohan dan permainan. Umat Islam malah dijadikan mereka sebagai obyek pasar dalam program-program kapitalisasi mereka. Dan itu sebenarnya sudah menjadi bentuk kekalahan umat Islam, terlebih lagi dalam hal iptek, sains serta kecanggihan dalam berbagai hal, umat Islam telah ketinggalan jauh.

Mengapa itu bisa terjadi?


Ya karena umat Islam tidak mengamalkan ajaran Islam yang sempurna itu. Urutannya jelas, umat manusia diminta untuk menjadi umat Islam, dengan memberi kesaksian bahwa Tuhan itu Allah yang esa dan Muhammad itu Rasul-Nya. Habis itu, umat Islam diminta menjadi orang-orang Mukmin. Habis itu diminta lagi, untuk memasuki Islam secara kaffah, yaitu mengamalkan ajaran Islam yang sempurna (baca Qs. Al-Baqarah: 208)
Kekalahan dan ketertinggalan umat Islam, jelas disebabkan karena ajaran Islam yang sempurna itu tidak dikerjakan secara kaffah. Islam yang diamalkan adalah Islam yang parsial, yang sepotong-potong, yang telah terpenggal-penggal dan Islam yang semau gue. Yang cocok denganku, aku amalkan, yang tidak sesuai dengan mauku, aku campakkan. Sehingga yang ada adalah Islam persepsi, Islam tafsiran, Islam profan, yang sedikit banyaknya kepentingan kaum elitnya turut berpengaruh didalamnya.

Solusinya?
Ya kembalilah pada Islam yang telah disempurnakan itu. Kehancuran Islam bukanlah disebabkan oleh orang-orang kafir, melainkan penyebab utamanya adalah umat Islam sendiri. Jangankan mau mengamalkan Islam secara sempurna, Islam yang sempurna itu saja masih banyak yang belum tahu.
Masuk Islam secara kaffah tidak bisa dilakukan, tanpa mengenal dan mengetahui Islam yang kaffah itu bagaimana.

Mari berselancar untuk menemukannya. Temukanlah lewat orang-orang yang darinya Islam disegani dan dihormati, bukan dari mereka yang darinya Islam malah dilecehkan dan ditertawakan. Temukanlah pada ulama-ulama yang membuat musuh menjadi takut, bukan dari ulama-ulama yang dimata musuh malah tidak ubahnya seperti badut. [IsmailAmin]


HARUSKAH KITA TERUS BERPECAH?

BI RAHMATIKA YA RABB

Alkisah, seorang hamba diadili di Mahkamah Allah Swt. Ia membawa serta amal salehnya. Timbangan kebaikannya melebihi perbuatan buruknya. Ia layak masuk surga. Tiba-tiba, di seberang sana, ia melihat keluarganya digiring ke neraka.
Hamba ini terkejut. Ia meminta tangguh, dan berkata kepada Tuhan: "Ya Allah, aku beramal di dunia juga karena dan untuk mereka." Lalu terjadilah negosiasi. Kemudian Tuhan memindahkan sebagian besar amal si hamba untuk menolong keluarganya. Barangkali itulah yang disebut syafa'at. Begitu rupa, sehingga tak tersisa cadangan amal saleh pada si hamba.
Berkatalah Tuhan kepadanya: "Fa bi maa tadkhulu aljannah?" Lalu dengan apa kau akan masuk Surga?" Hamba itu menjawab, "fa bi rahmatika Ya Rabb" dengan kasih sayangmu jua duhai Tuhanku"... Tuhan tersenyum, dan akhirnya dimasukan-lah mereka semua ke surga!...


HARUSKAH KITA TERUS BERPECAH?
Saya melihat banyaknya berita tentang kerusuhan, tawuran, dll., entah itu antar supporter, antar sekolah, antar organisasi, dan masih banyak lagi. Itu semua sudah membuat sedih mengingat tentang kemerdekaan yang kita raih. Saya tahu problema ini tak semata-mata hanya ada di Indonesia, tapi juga di negara lain.
Namun marilah kita pikirkan, kita semua kini berada di dalam satu negara, bukan daerah-daerah kecil dan/atau kerajaan-kerajaan yang terpisah seperti dulu lagi. Soal kekacauan di negara lain, kita kesampingkan dulu saja. Apakah kemerdekaan negara ini hanya semata-mata untuk menyingkirkan penjajah agar kita bisa hidup enak?
Kemudian, apakah kita bukan orang-orang berbudi dan berakhlak? Ataukah kita masih terpaku oleh daerah kita? Hingga saudara setanah air kita yang berbeda dengan kita harus kita habisi? Padahal para pendahulu kita bersatu padu untuk mengusir penjajah dan menegakkan kemerdekaan... Bayangkanlah! Kita sudah lupa dengan jati diri kita sebagai orang Indonesia yang tidak lepas dengan penderitaan.
Kita menderita kini bukan hanya karena pemerintah (masih banyak di antara kita menyalahkan pemerintah... miris!), tetapi juga karena kezhaliman diri kita sendiri. Kita sama-sama punya penderitaan, namun apakah penderitaan itu menyatukan kita di masa kini? Tidak, sama sekali tidak! Kita justru malah saling serang satu sama lain, entah secara fisik, psikis, dll.
Padahal para pendahulu kita bersatu padu karena penderitaan yang disebabkan oleh penjajahan... Bayangkanlah! Haruskah kita semua dijajah lagi seperti pada zaman Belanda dan Jepang, agar kita dapat merasakan apa yang dirasakan oleh pendahulu kita? Agar kita dapat mengerti betapa pentingnya persatuan dan kesatuan? Tidak cukupkah berita-berita kerusuhan di berbagai media itu membuka mata hati kita?
Tak usah menyalahkan orang lain, kita introspeksi diri saja. Kalau masih ada yang belum sadar, sadarkanlah mereka, dan doakan agar mereka mendapatkan hidayah. Kalau kita membalas kebencian dengan kebencian, maka kita semua pasti akan hancur. Saya tidak berbicara sebagai satu kelompok kedaerahan, karena kita semua sejatinya sudah menjadi satu, yaitu bangsa Indonesia.
Maka, marilah kita semua berhenti bermusuhan dan mulai mengubur kebencian dan bersatu padu! Sebab firman Tuhan ini masih berlaku. Titah-Nya abadi. "Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk. (Ali-Imran: 103)"
Tulisan kiriman: Taufan Atalarik

KETAATAN DAN DOSA
Ibnu Athoillah as-Sakandary menuliskan kalimat-kalimat ini di dalam kitabnya al-Hikam:
ربما فتح لك باب الطاعة وما فتح لك باب القبول وربما قضى عليك بالذنب فكان سبباً في الوصول
Terkadang Dia membukakan untukmu pintu ketaatan,
tapi Dia tidak membukakanmu pintu penerimaan,
dan terkadang Dia menetapkan dosa atasmu,
kemudian hal itu menjadi sebab sampainya dirimu kepada-Nya
Yang sudah taat tidak boleh sombong karena ketaatan belum bermakna tanpa penerimaanNya.
Ketaatan adalah kewajiban hamba, sedangkan diterima atau tidaknya amal kita adalah hak prerogratif Alloh. Pada saat yang sama, yang bergumul dengan dosa, jangan pernah putus asa, karena setiap tetes air mata penyesalan adalah cara Allah memanggil kita kembali ke jalan-Nya
Boleh jadi perbuatan dosa yang kita lakukan adalah jalan bagi kita menemukan kembali kasih sayang dan ampunanNya...
Itulah sebabnya Ibn Athoillah melanjutkan dengan bait berikutnya:
فمعصية أورثت ذلا و افتقارا خير من طاعة أورثت عزا واستكبارا
"Kemaksiatan yang melahirkan sikap hina dina di hadapan Alloh
itu lebih baik ketimbang ketaatan kepada Alloh yang melahirkan sikap merasa mulia dan sombong."
Selalu ada cara bagi Alloh membuat hati ini meleleh karena terus menerus kita berharap terbukanya pintu penerimaan sekaligus pintu pertobatan...... .!!!
Kiriman: Daeng Jalling
Pesannya: Ya ampun.. ketiduran.. subuhku telat (dalam hati), lebih baik ketimbang.. Alhamdulillah ya.. masih bisa qiyamul lail.. keep istiqomah (status facebook)...

Tentang Haji, ANTIDOTUM DAJJALISME

Ihwal "Membangun Haromain" dalam diri kita.

Haromain adalah sebutan untuk dua kota suci umat Islam yang terletak di Saudi Arabia, yaitu Mekkah al-Mukarramah dan Madinah al-Munawwarah.
Dalam sebuah riwayat dari Anas r.a., Nabi Muhammad dikatakan pernah bersabda, “Tiada suatu negeripun melainkan akan diinjak oleh Dajjal, kecuali hanya Makkah dan Madinah yang tidak. Tiada suatu lorongpun dari lorong-lorong Makkah dan Madinah itu, melainkan di situ ada para malaikat yang berbaris rapat untuk melindunginya. Kemudian Dajjal itu turunlah di suatu tanah yang berpasir -di luar Madinah- lalu kota Madinah bergoncanglah sebanyak tiga goncangan dan dari goncangan-goncangan itu Allah akan mengeluarkan akan setiap orang kafir dan munafik.” (Riwayat Muslim)
Menurut sabda Kanjeng Nabi itu, Dajjal tidak akan bisa menginjakan kaki di Mekah al Mukarramah dan Madinah al Munawarah. Kenapa? Sebab - menurut hadits di atas - kedua tempat itu dijaga oleh para malaikat yang berbaris rapat melindunginya. Benarkah demikian? Ya benar... Dajjal sebagai entitas fisik atau "sosok jasmani" tidak dapat memasuki Mekah dan Madinah.
Dari hadits diatas diperoleh keterangan, Dajjal turun di suatu tempat yang berpasir - diluar Madinah - lalu kota madinah bergoncang sebanyak tiga kali, dan dari goncangan itu Allah akan mengeluarkan setiap orang kafir dan munafik. Dimanakah tempat berpasir di luar madinah itu? Apakah nubuwat itu sudah terjadi? kalau belum terjadi, kapankah kiranya akan terjadi? saya tinggalkan pertanyaan ini untuk Anda simpan atau sama-sama tunggu terjadinya kelak.
Tetapi lihatlah, meskipun secara fisik Dajjal tidak dapat menginjakkan kaki di Mekah dan Madinah, tetapi sebagai simbol dan ajaran boleh jadi sudah menyelusup hingga jantung kota kelahiran dan tempat hijrah Nabi itu. Lihatlah bagaimana simbol "mata satu" bertebaran di antero Makah.. tersebar sejak di pasar-pasar, hingga emblem kepolisian Saudi. Bahkan simbol tanduk Iblis sudah terpasang "diatas" Allah seperti terlihat pada Menara Abraj Al Bait di Mekah.
Ketika Dajjalisme ini timbul - dan sekarang sepertinya sedang berlangsung - apakah kita semua mesti "pindah" ke Mekah dan Madinah "agar aman" dari fitnah Dajjal itu? Sepertinya tidak mungkin ya.. Kalau tidak mungkin bagaimana solusinya?
Ada sebuah hadits yang menerangkan bahwa "Malaikat tidak akan masuk ke dalam suatu rumah dimana disitu ada anjingnya".
Apa maksudnya? Hadits itu dapat ditafsiri secara lahiriah atau batiniah, secara fikih atau tasawuf. Dari sisi fikih setiap bahan yang terkena jilat anjing dihukumi sebagai najis dan karenanya, untuk menjaga kesucian rumah dan pakaian yang dikenakan untuk shalat, tentu akan menimbulkan kesulitan bagi seseorang Muslim yang memelihara anjing di rumahnya.
Dari segi tasawuf, hadits itu boleh jadi semacam metafora atau simbol, bahwa malaikat tidak akan masuk ke hati seseorang bila di dalamnya masih ia pelihara anjing (atau setan) sebagai kawan dekatnya.
Kembali ke hadits diatas bahwa Hanya di "Haromain" lah Dajjal tidak bisa bersemayam.
Bila kita semua tidak mungkin untuk "pindah" ke Haromain "agar tidak terkena" fitnah Dajjal.. opsi lainnya adalah: bagaimana kita "memindahkan Haromain" itu ke dalam diri kita, atau membangunnya "haromain" secara bersama-sama keluarga kita, tetangga dan masyarakat kita. Bagaiamana cara "memindahkan" Haromain di dalam diri dan keluarga kita?
Sedulur-dulur pasti tahu, kedua tempat itu menjadi mulia karena disana ada: bait Allah (rumah Allah) di Mekah dan makam Nabi di Madinah. Nah, membangun Haromain di dalam diri kita itu adalah bagaimana mengisi hati dan akal kita dengan pemilik "bait Allah" dan penghuni "makam Rasul" itu. Membangun Haromain dalam diri kita itu dengan kata lain adalah bagaimana kita - dengan pertolongan Allah dan syafaat rasul-Nya - senantiasa menghadirkan Allah dan Rasul-Nya dalam keseluruhan hidup kita.
Usaha untuk terus meneruskan hadir dihadapan Allah dan Rasulullah yang bermakna dzikir terus menerus itu dilambangkan dalam sebuah gerak melingkar memutari Ka'bah sebanyak 7 kali yang dilakukan oleh jamaah haji dan dinamakan thawaf.
Perintah tentang thawaf ini difirmankan dalam Quran surat al Hajj ayat 29, "hendaklah mereka menghilangkan kotoran yang ada pada badan mereka dan hendaklah mereka menyempurnakan nazar-nazar mereka dan hendaklah mereka melakukan melakukan thawaf sekeliling rumah kuno itu (Baitullah)."
Secara lahiriah, rumah kuno yang dimaksud adalah Ka'bah di Mekah al Mukaromah. Secara ruhani - ujar kaum sufi sepanjang zaman - rumah kuno tempat Tuhan bersemayam (baitullah) itu ada di hati setiap manusia. Secara lahiriah, Anda bertalbiyah usai berniat ihram dan bertawaf di depan Ka'bah. Secara ruhani, Anda dapat berthawaf disekeliling rumah Tuhan itu setiap saat. Sepanjang waktu Anda dapat berseru seperti para jamaah haji berseru, "labbaika Allahuma labaik… labbaika Allahuma labaik… aku disini dihadapan-Mu, ya Allah.. aku di sini dihadapan-Mu, ya Allah.."
Kalau Anda rajin bertamu pada-Nya, suatu saat dari kedalaman sanubari, Anda akan mendengar, Tuhan menjawab seruan Anda, "Wahai hamba-Ku..ini Aku.. Alllah-Mu.. Aku-lah Majikanmu... Aku-lah Pengasuhmu.. Aku sangat dekat kepada diri-mu..kepada nyawa-mu.. kepada jiwa-mu.. marilah kemari.. disisi-Ku.. masuklah dalam perlindungan-Ku.. engkau aman bersama-Ku".
Itu barulah usaha individual, membangun "haromain" dalam diri sendiri. Bagaimana membangun keadaan itu dalam keluarga kita, atau untuk masyarakat yang lebih luas? Usaha bersama untuk terus dekat dengan Allah dan Rasulullah, terus menerus berbuat baik pada sesama makhluk Tuhan, dengan ikhlas dan bergembira, melingkar dan saling setor kasih sayang, itulah yang dikenal dengan Maiyah. Dalam bahasa yang sederhana, di forum-forum pengajian Maiyah, Cak Nun sering berpesan, "Wis tho Rek.. pokoknya, ayo bareng-bareng.. golek apik... ayo bareng-bareng.. gandolono klambine kanjeng Nabi... deket sama Allah... dekat-dekat sama Rasulullah..".
Itulah yang disebut konsep "sholawat cinta segitiga", itulah juga antidotum (penawar racun) dari Dajjalisme..
Sumber:
PAA / 35th/ JM via streaming / Pekanbaru..
PS: Tulisan di atas hanya sekedar "pendapat" atau "pemahaman" pribadi si penulis. Untuk mendapat informasi tentang Maiyah, bisa Anda peroleh di situs2 official maiyah.. atau lebih afdol-nya ikut melingkar di forum2 Maiyahan yang tersebar di antero Nusantara... Nuwun

MENCIUM KAMBING
= tentang cinta dan pembuktiannya =
KALAU cinta sudah membara, apa pun akan dilakukan. Sukamdi, buruh bangunan merangkap petani gurem, tak menolak ketika pacarnya, Warsini, 22, menyuruhnya mencium kambing betina.
Mulanya karena Warsini, yang bertubuh gendut, marah-marah. Sekitar akhir Agustus lalu, ceritanya, ia pulang ke desanya, Pasiraman, Ajibarang - sekitar 25 km dari Purwokerto - setelah setahun lebih menjadi pembantu rumah tangga di Jakarta.
Meski sudah rindu setengah mati, Sukamdi tak berani langsung menemuinya. Ia hanya menulis surat yang berbunyi, "Percayalah, Sayang. Tiada gadis lain yang kusayangi selain dirimu. Sungguh aku sangat mencintaimu, walaupun teman-temanku ada yang mengatakan bahwa kecantikanmu sama dengan wajah kambing yang dibedaki."
Tak dinyana, surat itu, yang dimaksudkan untuk meyakinkan bahwa cintanya tak tergoyahkan, justru membuat Warsini marah besar. Ia segera melabrak Sukamdi, yang rumahnya hanya berjarak sekitar 300 meter. "Kamu menghinaku, ya? Kalau betul-betul mencintaiku, besok kau harus mencium 10 kambing. Kalau tidak mau, hubungan kita putus sampai di sini."
Esok harinya, Sukamdi datang ke rumah sang pacar. Segera saja ia diajak ke lapangan, tempat kambing-kambing digembalakan. Sekali lagi, dengan garang, Warsini memerintah. Dengan perasaan jengkel tapi juga takut Warsini benar-benar akan memutuskan cintanya, Sukamdi menyerbu ke arah kerumunan kambmg.
Tiga ekor kambing betina, setelah dikejar kian kemari, akhirnya dapat ia ciumi masing-masing tiga kali, sesuai dengan perintah sang pacar. Setelah yakin bahwa cinta Sukamdi tidak main-main, Warsini memanggil pacarnya. "Bagaimana rasanya? Sama tidak dengan mencium saya?" katanya sambil tersenyum. Sukamdi membalasnya, "War.. kowe sakjane pingin melu ngambung wedus. Ning ora langsung, lewat bibire inyong".
Pesannya:
Jomblo-jomblo tahun 2016, jangan kalah dengan Pak Sukamdi, pendahulumu. Setiap orang yang punya cinta dan kasih sayang adalah pendekar dan pahlawan bagi kehidupan masa depan. Berjuanglah.. buktikanlah..!!!

Sumber cerita:
Indonesiana majalah tempo 6 Oktober 1984

TAFSIR "KUN" DAN "RAHASIA 5 NAMA"


Mikirositik


Kudune sampeyan "takon langsung" karo Gusti Allah... pripun duh Gusti alasan-nya? apa rahasianya? Lha kalau udah dapat jawabannya, sampeyan bisa share oleh-oleh-e sampeyan tanya itu disini..
Berhubung sampeyan minta ini didiskusikan ya.. izinkan kami menjawab... tapi jawaban "ngawur" iki lho..
Kita sadar, bahwa kita hanya bisa "meraba-raba" jawabannya.. sebab "jawaban final" hanya milik-Nya.. di antara "jawab-jawaban parsial" yang kita susun itu.. kita belajar..menguji, menjalaninya dan menghikmahi untuk diri kita sendiri..
Sebatas pengetahuan kami... energi itu berlapis-lapis... berjenjang.. begitupun realitas.. atau entitas segala sesuatu.. berdimensi-dimensi...ada levelnya debu.. level kulit.. level daging... darah.. raga.. level jiwa.. level ruh.. dan Ruh-nya Ruh, dll.. kenapa dibuat seperti itu? Wallahu a'lam...
Mari kita tengok contoh yang agak mudah...
Tuhan menciptakan Padi, sampeyan ditugasi menanamnya, merawat agar panen, selama proses itu, janganlah kita berfikir bahwa "kita menanam padi sendiri". Ada beribu-ribu "makhluk" ciptaan Tuhan yang iku membantu proses itu, dari mulai malaikat yang mengatur kapan hujan turun, angin bertiup, mentari bersinar sejuk atau panas, cacing-cacing yang melata dan menggemburkan tanah, hingga ular yang berpatroli menjaga "populasi" tikus yang bila jumlahnya ribuan, bisa menggasak habis padi yang Anda tanam, dalam sekali serang dimalam hari.
Padi menguning, Anda memanennya, lalu menjemurnya hingga kering, menggiling ke gilingan padi, jadi beras.. Istri Anda menanak atau memasak nasi itu.. dan terhidang di depan Anda.. Tuhan Maha Kuasa untuk menyuapkan nasi itu LANGSUNG ke mulut Anda, dan semua makhluk hidup lain diantero jagad raya ini, berikut makanan mereka masing-masing.. Tapi, karena saking Maha Kuasa-nya Tuhan, sehingga Beliau tidak perlu "repot-repot" datang menyuapkan nasi itu ke mulut Anda.. cukuplah "KUN".. sejak zaman azali.. dan efeknya terjadi..terjadi..terjadi..terjadi... terus terjadi hingga hari ini..
Salah satu Efek "KUN" yang bisa Anda rasakan sendiri itu, itu salah satunya adalah "adanya semacam percikan listrik" di pusat lapar di hipotalamus otak Anda.. yang dengan percikan itu.. salah satu area motorik di otak "memerintah" tangan Anda untuk menyendok nasi dan menyuapkan kemulut Anda.. Anda kunyah, lalu telan... Subhanallah.. tidakkah Anda tergerak untuk mengakui, "Innalaha 'alaa kulli syai-in qadir".. "Sungguh, Allah Maha Berkuasa atas segala sesuatu"?

Maulana Jalaluddin Suyuti menuturkan dalam Tafsir Ad Dur al Mantsur, kisah Adam yang bertawasul dengan orang-orang "yang nama mereka tergantung di Arsy" dan berkat tawasul dengan "nama-nama" tersebut Adam diampuni.. Silahkan Mas.. sampeyan cari sendiri.. siapakah "nama-nama" yang tergantung di Arsy Tuhan itu.. kalau tidak salah, ada 5 nama. Konon, nama-nama itu ditemukan juga, terukir pada potongan kayu bekas plakat kapal nabi Nuh yang ditemukan oleh 7 orang tim ahli fosil dari Rusia dan Cina pada Februari tahun 1954 di bukit Tendurek, Ararat sebelah timur Turki...
Pesannya:
Orang yang suka bertanya reflektif model seperti ini, lalu berusaha terus mencari-cari jawabannya dengan ikhlas dan jujur, Insya Allah suatu saat ditiup ubun-ubunya oleh si Joborolo 'alaihi salam dengan pengertian-pengertian yang orisinal dan mendalam.

Selametan
Anak lahiran selametan,mau kitanan selametan,mau nikahan selametan,mau ulang tahun,ganti nama,pindah rumah,mau masuk sekolah,kuliah,baru dapet kerja,mau perjalanan jauh,habis beli rumah,kendaraan atau barang baru,,semua diselameti.
Selametan yg merupakan tradisi luhur warisan para sesepuh nusantara sbg wujud rasa syukur dan doa kepada yg maha kuasa, sarana berbagi kebahagian dan mempererat tali silaturahmi dgn sesama ,dgn tetangga dan sanak saudara.
Dengan selametan semoga bangsa kita selalu diberi keselamatan,keberkahan dan dijauhkan dari segala macam bala bencana ,fitnah,perpecahan dan peperangan.
Mari kita masyarakatkan selametan yg mudah mudahan bisa menyelametkan masyarakat...aamiin,aamiin ya rabbal 'alamin..

CUPLIKAN ROBOHNYA SURAU KAMI
Cuplikan karya sastra lawas sing judule Robohnya Surau Kami karya AA. Navis, sing aku eruh ket mlebu SMA lewat tugas saka guru Bahasa Indonesia. Terus akhire gak dadi tugas sing cepet dilalikno. Novel iki malah tak iling-iling terus sampek saiki.
Pada suatu waktu, di akhirat Tuhan Allah memeriksa orang-orang yang sudah berpulang. Para malaikat bertugas di samping-Nya. Di tangan mereka tergenggam daftar dosa dan pahala manusia. Begitu banyak orang yang diperiksa. Maklumlah dimana-mana ada perang. Dan di antara orang-orang yang diperiksa itu ada seirang yang di dunia di namai Haji Saleh. Haji Saleh itu tersenyum-senyum saja, karena ia sudah begitu yakin akan di masukkan ke dalam surga. Kedua tangannya ditopangkan di pinggang sambil membusungkan dada dan menekurkan kepala ke kuduk. Ketika dilihatnya orang-orang yang masuk neraka, bibirnya menyunggingkan senyum ejekan. Dan ketika ia melihat orang yang masuk ke surga, ia melambaikan tangannya, seolah hendak mengatakan ‘selamat ketemu nanti’. Bagai tak habishabisnya orang yang berantri begitu panjangnya. Susut di muka, bertambah yang di belakang. Dan Tuhan memeriksa dengan segala sifat-Nya.
Akhirnya sampailah giliran Haji Saleh. Sambil tersenyum bangga ia menyembah Tuhan. Lalu
Tuhan mengajukan pertanyaan pertama.
‘Engkau?’
‘Aku Saleh. Tapi karena aku sudah ke Mekah, Haji Saleh namaku.’
‘Aku tidak tanya nama. Nama bagiku, tak perlu. Nama hanya buat engkau di dunia.’
‘Ya, Tuhanku.’
‘apa kerjamu di dunia?’
‘Aku menyembah Engkau selalu, Tuhanku.’
‘Lain?’
‘Setiap hari, setiap malam. Bahkan setiap masa aku menyebut-nyebut nama-Mu.’
‘Lain.’
‘Ya, Tuhanku, tak ada pekerjaanku selain daripada beribadat menyembah-Mu, menyebut-nyebut nama-Mu. Bahkan dalam kasih-Mu, ketika aku sakit, nama-Mu menjadi buah bibirku juga. Dan aku selalu berdoa, mendoakan kemurahan hati-Mu untuk menginsafkan umat-Mu.’
‘Lain?’
Haji Saleh tak dapat menjawab lagi. Ia telah menceritakan segala yang ia kerjakan. Tapi ia insaf, pertanyaan Tuhan bukan asal bertanya saja, tentu ada lagi yang belum di katakannya. Tapi menurut pendapatnya, ia telah menceritakan segalanya. Ia tak tahu lagi apa yang harus dikatakannya. Ia termenung dan menekurkan kepalanya. Api neraka tiba-tiba menghawakan kehangatannya ke tubuh Haji Saleh. Dan ia menangis. Tapi setiap air matanya mengalir, diisap kering oleh hawa panas neraka itu.
‘Lain lagi?’ tanya Tuhan.
‘Sudah hamba-Mu ceritakan semuanya, o, Tuhan yang Mahabesar, lagi Pengasih dan Penyayang, Adil dan Mahatahu.’ Haji Saleh yang sudah kuyu mencobakan siasat merendahkan diri dan memuji Tuhan dengan pengharapan semoga Tuhan bisa berbuat lembut terhadapnya dan tidak salah tanya kepadanya.
Tapi Tuhan bertanya lagi: ‘Tak ada lagi?’
‘O, o, ooo, anu Tuhanku. Aku selalu membaca Kitab-Mu.’
‘Lain?’
‘Sudah kuceritakan semuanya, o, Tuhanku. Tapi kalau ada yang lupa aku katakan, aku pun bersyukur karena Engkaulah Mahatahu.’
‘Sungguh tidak ada lagi yang kaukerjakan di dunia selain yang kauceritakan tadi?’
‘Ya, itulah semuanya, Tuhanku.’
‘Masuk kamu.’
Dan malaikat dengan sigapnya menjewer Haji Saleh ke neraka. Haji Saleh tidak mengerti kenapa ia di bawa ke neraka. Ia tak mengerti apa yang di kehendaki Tuhan daripadanya dan ia percaya Tuhan tidak silap.
Alangkah tercengang Haji Saleh, karena di neraka itu banyak teman-temannya di dunia terpanggang hangus, merintih kesakitan. Dan ia tambah tak mengerti dengan keadaan dirinya, karena semua orang yang dilihatnya di neraka itu tak kurang ibadatnya dari dia sendiri. Bahkan ada salah seorang yang telah sampai empat belas kali ke Mekah dan bergelar syekh pula. Lalu Haji Saleh mendekati mereka, dan bertanya kenapa mereka dinerakakan semuanya. Tapi sebagaimana Haji Saleh, orang-orang itu pun, tak mengerti juga.
‘Bagaimana Tuhan kita ini?’ kata Haji Saleh kemudian, ‘Bukankah kita di suruh-Nya taat beribadat, teguh beriman? Dan itu semua sudah kita kerjakan selama hidup kita. Tapi kini kita dimasukkan-Nya ke neraka.’
‘Ya, kami juga heran. Tengoklah itu orang-orang senegeri dengan kita semua, dan tak kurang ketaatannya beribadat,’ kata salah seorang diantaranya.
‘Ini sungguh tidak adil.’
‘Memang tidak adil,’ kata orang-orang itu mengulangi ucapan Haji Saleh.
‘Kalau begitu, kita harus minta kesaksian atas kesalahan kita.’
‘Kita harus mengingatkan Tuhan, kalau-kalau Ia silap memasukkan kita ke neraka ini.’
‘Benar. Benar. Benar.’ Sorakan yang lain membenarkan Haji Saleh.
‘Kalau Tuhan tak mau mengakui kesilapan-Nya, bagaimana?’ suatu suara melengking di dalam kelompok orang banyak itu.
‘Kita protes. Kita resolusikan,’ kata Haji Saleh.
‘Apa kita revolusikan juga?’ tanya suara yang lain, yang rupanya di dunia menjadi pemimpin gerakan revolusioner.
‘Itu tergantung kepada keadaan,’ kata Haji Saleh. ‘Yang penting sekarang, mari kita berdemonstrasi menghadap Tuhan.’
‘Cocok sekali. Di dunia dulu dengan demonstrasi saja, banyak yang kita perolah,’ sebuah suara menyela.
‘Setuju. Setuju. Setuju.’ Mereka bersorak beramai-ramai.
Lalu mereka berangkatlah bersama-sama menghadap Tuhan.
Dan Tuhan bertanya, ‘Kalian mau apa?’
Haji Saleh yang menjadi pemimpin dan juru bicara tampil ke depan. Dan dengan suara yang menggeletar dan berirama rendah, ia memulai pidatonya: ‘O, Tuhan kami yang Mahabesar. Kami yang menghadap-Mu ini adalah umat-Mu yang paling taat beribadat, yang paling taat menyembahmu. Kamilah orang-orang yang selalu menyebut nama-Mu, memuji-muji kebesaran- Mu,mempropagandakan keadilan-Mu, dan lain-lainnya. Kitab-Mu kami hafal di luar kepala kami.Tak sesat sedikitpun kami membacanya. Akan tetapi, Tuhanku yang Mahakuasa setelah kami Engkau panggil kemari, Engkau memasukkan kami ke neraka. Maka sebelum terjadi hal-hal yang tak diingini, maka di sini, atas nama orang-orang yang cinta pada-Mu, kami menuntut agar hukuman yang Kaujatuhkan kepada kami ke surga sebagaimana yang Engkau janjikan dalam Kitab-Mu.’
‘Kalian di dunia tinggal di mana?’ tanya Tuhan.
‘Kami ini adalah umat-Mu yang tinggal di Indonesia, Tuhanku.’
‘O, di negeri yang tanahnya subur itu?’
‘Ya, benarlah itu, Tuhanku.’
‘Tanahnya yang mahakaya raya, penuh oleh logam, minyak, dan berbagai bahan tambang lainnya,
bukan?’
‘Benar. Benar. Benar. Tuhan kami. Itulah negeri kami.’ Mereka mulai menjawab serentak. Karena fajar kegembiraan telah membayang di wajahnya kembali. Dan yakinlah mereka sekarang, bahwa Tuhan telah silap menjatuhkan hukuman kepada mereka itu.
‘Di negeri mana tanahnya begitu subur, sehingga tanaman tumbuh tanpa di tanam?’
‘Benar. Benar. Benar. Itulah negeri kami.’
‘Di negeri, di mana penduduknya sendiri melarat?’
‘Ya. Ya. Ya. Itulah dia negeri kami.’
‘Negeri yang lama diperbudak negeri lain?’
‘Ya, Tuhanku. Sungguh laknat penjajah itu, Tuhanku.’
‘Dan hasil tanahmu, mereka yang mengeruknya, dan diangkut ke negerinya, bukan?’
‘Benar, Tuhanku. Hingga kami tak mendapat apa-apa lagi. Sungguh laknat mereka itu.’
‘Di negeri yang selalu kacau itu, hingga kamu dengan kamu selalu berkelahi, sedang hasil tanahmu orang lain juga yang mengambilnya, bukan?’
‘Benar, Tuhanku. Tapi bagi kami soal harta benda itu kami tak mau tahu. Yang penting bagi kami ialah menyembah dan memuji Engkau.’
‘Engkau rela tetap melarat, bukan?’
‘Benar. Kami rela sekali, Tuhanku.’
‘Karena keralaanmu itu, anak cucumu tetap juga melarat, bukan?’
‘Sungguhpun anak cucu kami itu melarat, tapi mereka semua pintar mengaji. Kitab-Mu mereka hafal di luar kepala.’
‘Tapi seperti kamu juga, apa yang disebutnya tidak di masukkan ke hatinya, bukan?’
‘Ada, Tuhanku.’
‘Kalau ada, kenapa engkau biarkan dirimu melarat, hingga anak cucumu teraniaya semua. Sedang harta bendamu kaubiarkan orang lain mengambilnya untuk anak cucu mereka. Dan engkau lebih suka berkelahi antara kamu sendiri, saling menipu, saling memeras. Aku beri kau negeri yang kaya raya, tapi kau malas. Kau lebih suka beribadat saja, karena beribadat tidak mengeluarkan peluh, tidak membanting tulang. Sedang aku menyuruh engkau semuanya beramal kalau engkau miskin. Engkau kira aku ini suka pujian, mabuk di sembah saja. Tidak. Kamu semua mesti masuk neraka. hai, Malaikat, halaulah mereka ini kembali ke neraka. Letakkan di keraknya!”
Pesannya:
Hmm, lek ancen wes kerjo montang-manting tapi mlarat yoweslah, Gusti Pengeran ora sare. Cuman lek urip isine eker-ekeran perkoro agama... rebutan masjid lah, rebutan klaim surgo lah, doyan nguntal hoax lah.. lha opo ra khawatir nek nasibmu mbesuk tembe podo karo wong-wong sing dicerita-ake ndik duwur iku...???

Perbincangan dengan Seorang Teman yang Sangat Benci Syiah

26    ug 2016, 2319 Views

Beberapa waktu lalu saya berbincang dengan seorang teman yang sangat membenci Syiah. Dia rajin memposting status, membagikan meme dan berbagai konten tentang kesesatan Syiah, di akun media sosial miliknya. Yang semacam itulah; bahwa golongan ini tidak termasuk Islam, dilaknat Allah, hasil konspirasi Yahudi, dan seterusnya.
Karena saya berusaha yakin bahwa niatnya sesungguhnya baik, saya sampaikan pujian tentang semangatnya menjaga kemurnian akidah.
“Tapi omong-omong, kau tahu bahwa di antara aliran-aliran besar, hanya Syiah dan kita yang bermazhab Syafi’i yang mengeraskan bacaan basmalah dalam salat Subuh, Magrib, dan Isya?”
“Oh, ya?” katanya seperti kaget.
“Bahwa kedua aliran ini juga sama-sama membacakan doa qunut dalam salat Subuh, tahu?”
“Baru tahu aku...” katanya lagi, kemudian melanjutkan, “Tapi kan ‘cuma’ perkara sunat itu. Bukan soal besar. Persoalan besarnya tentang akidah. Mereka punya syahadat Ali. Rusaknya di situ...” katanya.
“Iya, sih. Mereka bahkan membacakan syahadat itu dalam azan, makanya azan mereka jadi lebih panjang. Kau tahu lafal syahadat Ali?”
“Buat apa tahu? Membacanya akan membuat kita jadi kafir!”
“Lho, lafalnya saja kau tak tahu, bagaimana bisa kau simpulkan ia akan membuat kita kafir?”
“Emang lafalnya gimana, sih?”
Asyhadu anna ‘Aliyan waliyullah...”
“Nah, itu! Mengakui ada nabi setelah Rasulullah SAW, otomatis membuat seseorang kafir!” katanya dengan nada kemenangan.
“Tapi artinya bukan itu, sih... ‘Aku bersaksi bahwa Ali itu wali Allah’. Jangankan Ali, para penyebar Islam di Jawa dan di kota Barus pun kita akui sebagai wali-wali atau aulia Allah...”
“Jadi, maksudmu Syiah itu bukan kafir, menurutmu mereka masih Islam? Hati-hati kau, Coy...”
“Aku tak merasa berhak menilai apakah seseorang sudah kafir. Islam-ku saja belum bisa kujamin, kok. Jika kau mengingatkanku berhati-hati dalam menganggap orang masih Islam, aku rasa kita perlu lebih hati-hati lagi dalam memvonis orang sudah keluar Islam. Bahkan menurutku, sebaiknya tinggalkan itu jadi urusan Allah.
Yang jelas, kulihat pemerintah Arab Saudi, yang bermazhab Hambali dan "submazhab" Wahabi, yang jauh lebih "keras" dari kita pun, masih mengizinkan orang Syiah melaksanakan ibadah haji. Padahal dua kota itu, Makkah dan Madinah, apalagi dua masjid itu, Al Haram dan Nabawi, terlarang bagi yang bukan Islam...”
Kami agak lama sama-sama terdiam. Biar jangan jadi canggung, kulanjutkan lagi. “Kau jangan salah sangka aku sudah masuk Syiah pula. Hahaha... Aku cuma tak ingin kau membenci sesuatu yang sama sekali tak kau kenali. Kalau setelah tahu beberapa hal tentang Syiah kau masih benci dan tetap menganggap mereka sesat, tak mengapa. Tetapi setidaknya, kebencian dan anggapanmu itu sudah punya dasar, sudah lebih terukur...”
“Memangnya kebencian bisa diukur?” tanyanya. Temanku ini memang gemar betul mengganti topik pembicaraan secara acak.
“Semua bisa diukur, kecuali Allah...”
“Luasnya alam semesta?”
“Bedakan tidak bisa dengan belum bisa. Insya Allah, suatu saat bisa diukur karena selain Allah pasti punya batas, dan yang punya batas pasti bisa diukur...”
Dia kembali diam. “Ya, jangan salah sangka, ya. Aku juga pernah kok ngajak ngobrol kerabatku yang tampaknya tergila-gila dengan ajaran Syiah, dan sudah mulai pula berani mengkritik sahabat utama Nabi, seperti Abubakar dan Umar, radhiallahu anhuma. Kacau kali!
Kubilang sama dia, bagaimana bisa kau membenci kedua sahabat besar itu, sedangkan Nabi Muhammad dan Sayidina Ali yang kaubilang sangat kau cintai, sampai akhir hayat mereka begitu mencintai dan menghormati keduanya? Bukankah seorang pencinta harus mengikut jalan orang yang dicintainya? Jika mereka malah berselisih jalan, di manakah gerangan cinta akan ditemukan?”
“Jadi, macam mana katanya?” tanyanya. Ada sedikit semangat yang muncul dalam pertanyaan itu.
"Dengan izin Allah, dia tampaknya sudah berubah. Bahkan menurut pengakuannya, dia sekarang getol mengingatkan kawan-kawannya yang sama-sama tertarik ajaran Syiah, untuk berhenti mencela sahabat. Dia sering bilang, lebih mencintai Ali, silakan. Mencela sahabat yang lain, hentikan.”
==

Wawancara Dr. Ahmad Thayyib, Dekan Al-Azhar di Channel Nil Mesir

Wartawan: Bagaimana ajaran Syiah menurut Anda??
Dr. Thayyib: Tidak ada masalah dengan ajaran Syiah. 50 tahun lalu, Syaikh Syaltut berfatwa bhw Syiah adalah mazhab kelima dalam Islam dan sama spt mazhab2 Islam yg lain.

T: Anak2 kita akan menjadi Syiah. Apa tindakan kita?
J: Biar saja mereka menjadi Syiah. Apakah kita akan menyalahkan orang yg berpindah mazhab dari Hanafi ke Maliki? Mereka (yg menjadi Syiah) hanya berpindah dr mazhab keempat ke mazhab kelima.

T: Orang Syiah menjadi kerabat kita. Mereka menikah dengan anak2 kita.
J: Apa masalahnya? Pernikahan antar mazhab itu dibolehkan.

T: Kabarnya Alquran mereka berbeda dengan Alquran kita.
J: Itu omong kosong. Tidak ada perbedaan antara Alquran kita dan mereka. Bahkan rasmul khat mereka sama dengan Alquran kita.

T: 23 ulama dari sebuah negara (Saudi) berfatwa bahwa Syiah adalah kafir dan rafidhi.
J: Hanya Al-Azhar yg bisa berfatwa utk muslimin. Fatwa mereka (ulama Saudi) tidak kredibel.

T: Lalu bagaimana dengan perselisihan Syiah-Sunni yg dikemukakan mereka?
J: Perselisihan itu adalah politik luar negeri yg ingin memecah belah Syiah dan Sunni.

T: Saya punya pertanyaan serius. Syiah tidak menerima Abu Bakar dan Umar. Bagaimana bisa Anda menyebut mereka muslim?
J:Memang mereka tidak menerima. Tapi apakah meyakini Abu Bakar dan Umar termasuk prinsip agama Islam? Kisah ttg mereka berdua adalah kisah sejarah. Sejarah tidak berkaitan dengan prinsip akidah.

Wartawan yg terhenyak mendengar jawaban ini, lalu bertanya: Ada satu kritikan terhadap Syiah. Mereka berkata bahwa imam zaman mereka masih hidup semenjak 1000 tahun lalu.
J: Mungkin saja,kenapa tidak mungkin? Tapi tak ada alasan kita mesti berkeyakinan sama spt mereka.

T: Mungkinkah bocah berusia 8 thn menjadi imam? Syiah meyakini bahwa bocah berusia 8 tahun menjadi imam.
J: Kalau bayi dalam buaian bisa menjadi nabi,tidak mengherankan bocah usia 8 thn menjadi imam. Meski kita sbg Ahlussunnah tidak meyakini hal ini. Tapi keyakinan ini tidak merusak keislaman mereka. Mereka tetap org muslim.

Setelah mendengar wawancara di atas, Dr. Shojaei Fard,dosen ilmu mekanik di Universitas Elm va Shanat, berkata,"Wawancara ini sangat menarik untuk saya. Saya berusaha menghubungi Syaikh Thayyib utk berterima kasih kepadanya. Melalui telpon saya berkata kepada beliau,"Anda membela Syiah dengan sangat baik. Bahkan seorang ulama Syiah pun mungkin tidak akan melakukan pembelaan serupa. Minimal dia akan bersikap hati-hati. Tapi Anda berani mengatakan bahwa keyakinan kepada Abu Bakar dan Umar bukan bagian dari prinsip Islam.

"Syaikh Thayyib berkata,"Saat Ayatullah Khamenei menghadapi Amerika dengan teguh dan membuat mereka bertekuk lutut dalam masalah nuklir, dan di sisi lain, Syd Hasan Nasrullah melawan Zionis dengan berani dan mengalahkan merka dalam perang 33 hari, saya melihat mereka sebagai kebanggaan Islam. Amerika dan kawan2nya berniat mencitrakan mereka sebagai Syiah radikal dan menyebut Syiah sbg rafidhi nonmuslim demi mengambil kebanggaan ini dari Dunia Islam. Supaya para pemuda kita merasa bahwa kebanggaan ini milik Islam, saya telah mengadakan 8 acara televisi untuk mengatakan bahwa Syiah adalah muslim, Syiah tidak berbeda dengan kita, dan Syiah adalah salah satu mazhab Islam."

Sabtu, 22 Oktober 2016

10 Muharram, Syahid Keluarga Nabi

(Oleh: Emha Ainun Najib)

Sesudah dibantai dengan jenis kekejaman yang sukar dicari tandingannya dalam peradaban umat manusia, penggalan kepala suci Sayyidina Husein bin Ali -cucu Nabi Suci SAW- diarak, diseret dengan kuda sampai sejauh 1.300 kilometer. Wallahua'lam. Ada yang bilang dibawa ke Mesir, yang lain bilang ke Syiria. Orang yang mencintai beliau bisakah menangis hanya dengan mengucurkan air mata dan bukan darah? Jutaan pecintanya memukul-mukul dada mereka agar terasa derita itu hingga ke jantung dan menggelegak ke lubuk jiwa.
Keperihan maut Husein itulah yang menjadi sumber kebesaran jamaah Syi'i di dunia. Duka yang mendalam atas apa yang dialami cucu Nabi itulah yang membuat kaum Syiah menyerahkan hatinya dengan sangat penuh perasaan kepada komitment ahlulbait, keluarga Nabi. Sementara di pusat Islam sendiri, Arab Saudi yang didirikan oleh koalisi keraton Arab Saudi dengan ulama Wahabi, konsentrasi emosional terhadap Ahlulbait sangat dicurigai sebagai gejala syirik yang melahirkan berbagai jenis bid'ah.
Kepemimpinan dan keummatan dalam Syiah merupakan kohesi horizontal-vertikal yang sangat berbeda vitalitasnya dibandingkan dengan tradisi kaum Sunni. Kaum Sunni menyebut Abu Bakar, Umar dan Usman dulu sebelum Ali. Bahkan tidak secara spesifik menyebut Hasan dan Husein. Orang Syi'i jengkel karena menurut versi sejarah mereka, tatkala Nabi Muhammad SAW wafat, yang menguburkan hanya keluarga Ali, sahabat terdekat dan seorang pekerja pekuburan. Sementara Abu Bakar, Umar dan sahabat Anshor sibuk di Tsaqifah Bani Saidah (balairung, pendopo KPU) yang memproses siapa pemimpin pengganti Nabi, tanpa mempedulikan jenazah Nabi SAW. Jenazah Nabi terlantar sampai 3 hari.
Bahkan ketika tengah malam usai penguburan, sejumlah rombongan dipimpin Umar menggedor rumah Ali bin Abi Thalib untuk memaksa menantu Nabi itu menandatangani pengesahan pengangkatan Abu Bakar sebagai khalifah pertama. Memang tidak banyak yang menderita seperti Rasulullah Muhammad Saw: jenazah belum diurus, orang-orang yang sangat dicintainya sudah sibuk memperebutkan jabatan.
Makhluk diciptakan Allah berupa cahaya, namanya Nur Muhammad meskipun secara biologis ia dilahirkan 600 tahun sesudah Isa/Yesus namun semasa hidupnya ia menjahit sendiri baju robeknya, mengganjal perut laparnya dengan batu di balik pinggangnya. Tak ada kemewahan apapun melekat padanya. Bahkan ia tak sanggup menolong Fatimah, putrinya, yang beberapa hari telanjang dalam selimut di kamar karena pakaiannya dijual Ali, suaminya, untuk bisa makan.
Muhammad dan keluarganya sangat dicintai dengan gelegak rasa perih, karena derita. Ia pun memilih karakter "abdan nabiyya" (nabi yang rakyat jelata), dan menolak ditawari "mulkan nabiyya" (nabi yang raja diraja). Allah menawarinya jabatan raja agung dengan kekayaan berupa gunung emas yang ternyata memang sudah disediakan oleh-Nya, di wilayah Madinah dan Mekkah, yang hari ini menjadi cadangan kekayaan Arab Saudi, di samping tambang minyak Yaman yang hari ini bisa menjadi sumber konflik antara kedua negara. Sebab jika Yaman menguasai sumber minyak itu, karena daerah geografisnya lebih rendah, maka minyak Saudi di perut bumi akan diserap olehnya. Wallahua'lam.
Dalam hal maut (kematian), mestinya kaum Syi'ah lebih memiliki etos dan kesadaran spesifik, karena riwayat Ali, Fatimah, Hasan dan Husein yang mereka tokohkan. Maut dan Husein adalah sumber tenaga sejarah. Kematian Husein bukan balak atau tragedi, melainkan kebanggaan yang melahirkan kesadaran baru mengenai ideologi "jihad" dan "syahid".
Jihad adalah persembahan total diri seseorang kepada kepentingan Allah melalui kebenaran yang diyakini. Jihad membuat dunia menjadi kecil, remeh dan tidak penting. Jika seseorang sudah terpojok, bedil musuh di depan dan kiri-kanannya, sementara kebuntuan di belakangnya, maka jiwa jihad menjadi menggelegak. Keterpojokan membuatnya bersyukur karena dunia, hedonisme, kemewahan, dan segala hiasannya sudah tidak punya makna lagi. Tinggal satu: Allah.
Sesungguhnya George Bush, sahabat utama Saudi sedang berkata kepada monarkhi Arab Saudi bahwa minyak di Saudi bukanlah milik Raja Saudi beserta para Amir dan keluarga serta keluarga kerajaan. Bersiaplah pada suatu hari nanti wacana itu akan diaplikasikan. Sejak 1980, Arab mengizinkan tanahnya menjadi salah satu pijakan kekuatan militer Amerika Serikat. Kerajaan mendapat jaminan bahwa keluarganya tak akan diutik-utik. Silakan ambil Irak, Suriah atau manapun, asal keluarga Saudi tak diganggu. Kalau perlu Mekkah dan Madinah dikuasai, asalkan kerajaan selamat. Tetapi siapakah yang menjamin keselamatan eksistensi keraton Saudi tanpa ia sendiri membangun kekuatan di dalam dirinya?.
Hasan Husen, demikian masyarakat santri tradisional Jawa menyebut nama kedua cucu Nabi itu, tak kalah menderitanya. Mereka tak hanya dicacah-cacah tubuhnya dan dipenggal kepalanya. Mereka bahkan dirudal, dibom, dimusnahkan, diinjak-ijak harga diri kemanusiaan dan martabat kebangsaannya, bahkan dirampok hartanya secara terang-terangan.
==
Lihatlah koalisi Dajjal Amerika, Turki, Israel, Monarki Saudi, monarki Qatar, Bahrain, UEA mengacak-acak Islam Timur Tengah dan Afrika Utara. Di Yaman, Suriah, Iraq dimana banyak tinggal keturunan Nabi Suci –disebut Alawiy-, tanah-tanah mereka dirampas, diduduki, diserang dengan dalih politis. Mereka ciptakan dan membackup gerombolan Al Qaeda, FSA, Jabhatun Nusro dan kelompok-kelompok teroris lainnya serta memfasilitasi perbatasan negara mereka untuk memasukkan para pengacau ini. Dengan alasan inilah koalisi Dajjal tersebut –dengan restu Dewan Keamanan PBB dan alasan keamanan- dapat dengan mudah memporak porandakan Timur Tengah, menyedot minyaknya, gas buminya dan utamanya ingin membumi hanguskan peninggalan-peninggalan sejarah Islam di muka bumi, sebagaimana datangnya bangsa Eropa ke Nusantara untuk menghancurkan peninggalan para Waliyullah yang mayoritas keturunan Ali bin Abi Thalib, menantu Nabi (Alawiy).
Sebagai manusia yang lahir di Nusantara, seharusnya ummat Islam malu pada Kaum Syi’ah di Iran, Iraq, Lebanon, Suriah dan Yaman yang bahu membahu menghadang laju koalisi Dajjal laknatullahu alaihim ajma’in.
Sekarang kita jadi tahu, bahwa Dunia ini ada dua kutub: Kutub Husein (Kebenaran Islam) dan Kutub Dajjal (Setan Kegelapan, Kaum Penyembah Berhala/ Pagan). Kutub Husein alaihissalam dibela oleh mereka yang mata hatinya bersih, mewakili bangsa-bangsa tertindas, lemah (mustadhafiin). Mahatma Gandhi mengambil pelajaran dari Tragedi Husein di Karbala bagaimana melawan penjajah Inggris. Ho Chi Min Vietnam, Soekarno, Mao Tse Tung China, Che Guevara Kuba, dan pemimpin negara-negara tertindas lainnya bangkit dengan inspirasi Karbala. Bahkan Joseph Stalin, diktator Uni Sovyet –pembantai 26 juta warganya melalui perang dan penyiksaan- pernah mengingatkan bahaya Karbala/ Asyuro bagi para Dajjal dan Tiran Penindas.
==
Dengan peristiwa Asyuro ini, kita jadi tahu, kebenaran Sabda Kanjeng Nabi bahwa *Al Husain Misbahul Huda wa Safinatun Najah* (Husain itu Lentera Cahaya agama dan Perahu Keselamatan”). Nabi mengisyaratkan agar ummat Islam beragama seperti keluarga Nabi. Mengikuti Kitabullah Al Quran dan Bimbingan Hidup Keluarga Nabi (yaitu para Imam/ Wali). Mereka yang tidak naik perahu Al Husain akan tenggelam dalam kesesatan. Mereka yang tidak ber-Wali pada keluarga Nabi akan tersesat di jalan kehidupan.
Jadi tahu, siapakah yang ingin agar sejarah Islam ditutup dan tak dibaca oleh ummat Islam? Siapakah yang ingin agar Al-Quran dan Keluarga Nabi Suci dilupakan?
Jadi tahu, kenapa pembunuhan-pembunuhan ini demikian terencana dan massif menimpa:

Imam Ali bin Abi Thalib dibunuh di 17 Romadhon (turunnya Lailatul Qodar),
Anaknya Ali, Imam Hasan bin Ali diracun,
Anaknya Ali, Imam Husein bin Ali dibantai di Karbala (10 Muharram)
Anaknya Husein bernama Imam Ali Zainal Abidin Buyut nya nabi, dibunuh,
Anaknya Ali bernama Imam Muhammad bin Ali Zainal Abidin juga dibunuh.
Anaknya Muhammad, Imam Jakfar Shodiq bin Muhammad juga dibunuh.
Anaknya Jakfar bernama Imam Musa Al Kadzim bin  Jakfar Shodiq dibunuh,
Anaknya Musa bernama Imam Ali ar Ridho bin Musa dibunuh,
Anaknya Ali Ridho bernama Imam Muhammad bin Ali ar Ridho dibunuh,
Anaknya Muhammad bernama Imam Ali Hadi bin Muhammad dibunuh,
Anaknya Ali Hadi bernama Imam Hasan al Asykari bin Ali Hadi dibunuh.
Jadi tahu, kenapa Imam Muhammad bin Hasan al Asykari (atau Imam al Mahdi as -semoga Allah mempercepat kemunculannya) diselamatkan dari *pembunuhan terencana dan berantai* ini. Beliau dighaibkan dari pandangan manusia, yang kelak akan muncul (dhuhur) ke dunia bersama Isa bin Maryam as.
Jadi tahu, siapa kawan siapa lawan? Jadi tahu, kenapa Ahlusunnah dan Syiah/ Ahlul Bait harus menggalang persatuan melawan koalisi Dajjal dan bonek-boneka nya (kelompok Wahabi / Salafi, anak-anak muda berjenggot- celana cingkrang- jidat gosong) bayaran Arab Saudi?
Jadi tahu kenapa bulan Suro, ummat Islam dilarang merayakan pesta pernikahan, perayaan kegembiraan dan sejenisnya?
 Matur nuwun lah kepada orangtua kita yang menyekolahkan kita sehingga bisa membaca tulisan ini. Terima kasih atas ijin mereka kita bisa membaca Al Qur’an, sejarah Islam, perjuangan Waliyyul Akbar (Imam Ali), para Wali keturunannya dan para Wali yang tersebar di dunia dan juga di tanah Nusantara.
Terima kasih kepada orangtua menyekolahkan kita sehingga kita sekarang bisa urut dalam berfikir, menghubung-hubungkan dan membuat gambar utuh wajah sejarah agama Islam ini.
Dengan menangisi kesyahidan Husein cucunda Nabi di 10 Muharram ini, *semoga air mata kita menjadi penebus dosa-dosa orangtua kita di alam barzah, meringankan hisab di Hari Pembalasan, dan menjadi Syafaat Nabi kepada mereka lantaran anak-anak mereka telah menemukan “setitik kebenaran” atas tragedi Asyuro ini.*
Dengan berduka di hari ini, semoga manusia-manusia suci pilihan Allah ini memberikan syafaat mereka kepada orangtua kita, pada kita dan keluarga kita nanti. Menolong beban dosa-dosa kita di alam kegelapan barzah nanti, memberi cahaya dan kesenangan di alam penantian,…

Allohummaghfirliy dzunubiy wa li walidayya wa lil mukminin wal mukminat wal muslimin wal muslimat fi masyariqin ardhi wa maghoribiha,  al ahyaai minhum wal amwat ila yaumul hisab.
Ilahi ya Robb…
==
Baginda Rosulullah SAW berkata:
"Aku heran pada suatu kaum, apabila diceritakan kepada mereka tentang Ibrahim serta keluarganya, tentang keluarga 'imran, keluarga musa dan para nabi yang lain mereka berdecak kagum, tapi bila diceritakan tentang keluargaku (Ali, Fatimah, Hasan dan Husain) hati mereka gelisah dan menolak,
Demi Allah jika seorang datang kepada Allah dengan membawa amalan 70.000 nabi sedang mereka tidak mencintaiku dan keluargaku, Allah tidak akan menerimanya.” 
==

Karbala bukanlah sebuah peristiwa sejarah yang berhenti pada 10 Muharram 61 H (680 M), tetapi merupakan titik balik yang sangat penting bagi aqidah Islam yang agung. Yang dilakukan Imam Husain as di Karbala adalah revolusi tauhid, yakni revolusi yang gugusannya dimulai oleh nabi Ibrahim as, diletakkan dan ditata secara sempurna oleh Nabi Muhammad SAWW, dipertahankan hidup oleh Imam Husain as dan berakhir pada Imam Mahdi (Muhammad bin Hasan al asykari as, kelak).
Siapa yang tak kenal Aba Abdillah (Husain cucunda Nabi)
Kisahnya melegenda tak pernah pudar
Madrasah terbaik sepanjang zaman
Tersaji tragis di sepuluh Muharram

Tak ada bulan se-tragis Muharram
Hingga suka cita pun dilarang
Bulan duka yang amat bernilai
Bagi perindu kebenaran dan keadilan

Mereka pikir ini kisah khayalan
Yang tergores dalam peradaban
Tinta sejarah terekam zaman
Di tanah KARBALA terjadi pembantaian

Wahai para pecinta keadilan
Lihatlah aba abdillah mengajari kalian
Darah dan air mata menjadi tebusan
Demi tegaknya kebenaran



Sabtu, 08 Oktober 2016

Dan Ratapan Itu Akhirnya Mengantarku Untuk Mengenalmu Lebih Dalam.

Catatan menjelang Asyura

Bila mengingat kembali masa-masa kejahilan murakkab dulu, terkadang saya menangis sesenggukan dalam sujud. Betapa tidak, seandainya tak ada hidayah yang merengkuh saya dari lumpur kebodohan , mungkin saya sekarang berada di barisan kaum Nashibi, entah bergabung dengan ANNAS atau Team Pemburu Aliran Sesat atau apalah namanya.

Berawal dari rasa penasaran akan mahluk-mahluk astral, secara tak sengaja saya janjian dengan seorang kawan untuk sowanan di rumah Kyai saya yang baru balik dari umroh. Singkat kata, kami sudah sampai didepan kediaman beliau. Kami dipersilahkan masuk dan kami pun ngobrol bertiga diruang yang dikelilingi dengan kitab-kitab gundul dalam suasana penuh kekeluargaan.
Di sela-sela obrolan kami, saya bertanya pada beliau,
“Kaifa ra’yukum ‘anil mas alatil qoorin allazii yatba’ul insan ?-gimana menurut pak kyai tentang masalah qoorin yang sering mengikuti manusia ?”Tanya saya kepada beliau.
“kullu insaanin lahuu qoriin, fi Mishra ahyaanaan qoriinah bima’na zaujah. ”-setiap manusia memiliki pendamping dari bangsa jin, di Mesir terkadang orang mengartikan qoriinah dengan pendamping hidup” jawab beliau diiringi dengan tawa renyah.
Tiba-tiba beliau beranjak dari kursinya dan masuk keruang kamarnya. Tak berselang berapa lama beliau pun keluar dan menemui kami kembali. Di tangan beliau ada 2 kitab yang terlihat masih agak baru, yang pertama berjudul Intifa’ul Mautaa dan yang kedua berjudul Akaamul Marjan Fii Ahkamil Jaan. beliau mengatakan bahwa kedua kitab ini baru dibeli di Madinah saat beliau pergi umrah. Kedua kitab itu diserahkan pada kami untuk di copy, akhirnya kami pun pamitan setelah menerima kedua kitab tersebut.
Waauh…betapa girangnya hati saya mendapat kitab yang selama ini saya cari tuk mengurai pertanyaan-pertanyaan yang mengganjal seputar dunia lain. tanpa kenal waktu saya pun membacanya dan mencatat hal-hal penting yang terdapat dalam kitab tersebut, seperti pandangan ulama mengenai bolehnya tidaknya beristrikan jin, keterlibatan bangsa jin melakukan pembunuhan terhadap sahabat nabi yang kencing berdiri dsb.
Akaamul Marjan Fii Ahkamil Jaan adalah buah karya dari ulama Sunni yang bernama Syekh Al Imam Al allamah Badaruddin Abdullah Muhammad bin Abdillah Assyibla. Kitab ini mengupas mulai A sampai z masalah seputar yang tak kasat mata, kalau saya boleh bilang kitab ini termasuk Ensiklopedi Jin yang terlengkap.
Lagi asyik – asyiknya membaca, tak terasa sudah masuk ke Bab 77, Judul bab tersebut kalau diartikan kedalam bahasa Indonesia adalah “Ratapan bangsa Jin atas kematian Husain bin Ali R. A. ”awalnya saya tak terlalu menggubris bab ini seperti membaca lalu saja. Tapi entah kenapa suara dalam hati menyuruh saya membacanya berulang-ulang. Berkali-kali saya tepis tapi suara dalam diri saya semakin kuat. Misteri apa dibalik ratapan mereka?
Saya pun mencoba mengumpulkan literatur mengenai peristiwa karbala, saya mengkajinya secara mendalam dari beragam kitab-kitab maupun buku-buku berbahasa Indonesia. Tak terasa bulir-bulir air mata ini tak mampu lagi membendung tangisan seorang ahmaq. Saya benar-benar seperti baru belajar kembali tentang agama islam dari awal. Dari sinilah saya mulai melakukan petualangan mencari kebenaran. Ratapan mereka telah meluluh lantakkan kesombongan saya yang merasa paling benar.
Kalau dunia ini ikut bersedih, Rasulullah menangisi cucundanya tersayang dan bangsa jin ikut meratapi pembantaian yang paling tersadis dalam sejarah, kenapa kamu yang mengaku ummatnya Nabi Muhammad tak sedikitpun punya rasa empati sama sekali, apa hatimu tercipta dari batu karang ?kamu bersuka cita dikala alam dan seisinya berduka cita, oh…. . betapa celakanya kamu. Tidakkah hatimu bertanya-tanya mengapa terjadi hujan darah, matahari berwarna darah, dunia gelap gulita selama 3 hari pasca pembantaian , apa semua ini hanya fiksi belaka?pertanyaan-pertanyaan inilah yang memberondong dalam diri saya, saya tersungkur diatas sajadah dan menangisi ketolololan saya selama ini.

KULLU YAUMIN ASYURA KULLU ARDIN KARBALA.


Bulan Muharram

Dialog seorang Habib, wali Allah dzuriyah Rasulullah saw, dalam satu majelis ta'lim ditanya seorang anak muda.

Pemuda :" Habib.. mohon ceritakan ttg Muharram kpd kami .."
Habib :" Baik.. sebelum saya menjelaskan ttg Muharram, apa yg kalian ketahui tentang nya..?"
Pemuda :" Tanggal 1 Muharam tahun baru Islam.. maka utk itu kami merayakan nya, hanya itu.."
Habib : " Hanya itu..? Apakah saat Rasulullah hijrah Islam tidak mengenal kalender..?"
Pemuda :" entahlah.. mohon pencerahannya bib.."
Habib :" Kalender dikenal manusia sama tuanya dgn umurnya.. jadi saat Rasulullah saw hijrah kalender sudah ada.. nama bulan, hari, tanggalan sudah ada.. Rasulullah memilih hijrah tanggal 1 Muharram.."
Pemuda :" benar bib..
Habib :" Kalian merayakan nya dengan gembira, karena Tanggal satu Muharram itu adalah tanggal ditetapkan nya kalender Hijriyah.. benar..?"
Pemuda :" Benar bib..
Habib :" Pertanyaan nya sekarang.. saat hijrah (berpindah tempat tinggal) tsb Rasulullah saw dan kaum muslimin dalam keadaan gembira atau bersedih..? Jika dalam keadaan gembira, Mengapa Rasulullah saw hijrah di malam hari dgn sembunyi² ..? Bukankan saat itu Rumah Rasulullah sedang dikepung para kepala suku kafirin Quraisy utk di bunuh dan sayidina Ali as disuruh Rasulullah saw utk menggantikannya di tempat tidurnya agar mereka terkecoh..?"
Pemuda :" Benar bib, demikian riwayat yg kami ketahui.."
Habib :" Jadi Rasulullah saw dan muslimin hijrah dgn perasaan sedih karena terusir dari kampung halamannya ‘kan..?
Lalu mengapa kalian merayakan nya dgn gembira..??"

Pemuda :" kami hanya faham itu tahun baru Hijriyah, makanya kami fikir kami pantas merayakan nya.."
Habib :" Kalian mengerti arti HARAM..?"
Pemuda :" ya bib.. terlarang atau suci.."
Habib :" Pahami ini ya:
MEKAH kota HARAM,
MADINAH kota HARAM,
bulan *Rajab, Dzulkaedah, Dzulhijjah dan Muharram* adalah bulan *HARAM*
HARAM dari apa..?

Haram dari perbuatan maksiat, di bulan² tsb bahkan kafirin Quraisy sebelum islam menghentikan perang ( mengadakan gencatan senjata )..
Pemuda :" Ya demikian yg kami ketahui bib..

HABIB :" Lalu kembali lagi.. mengapa kalian mengadakan pesta pora, pesta pernikahan putra-putri kalian, atau perayaan-perayaan dll di bulan yg ALLAH haramkan dan diperuntukkan untuk bertafakur ttg hikmah di bulan² tsb..? Bukankah ALLAH *bersumpah dgn MALAM YG SEPULUH..??*
Muharam bulan KESEDIHAN.. tanggal 1 Rasulullah saw & muslimin TERUSIR dari kampung halamannya.. dan tanggal 10 Muharram cucu beliau saw dan keluarganya yg disucikan ALLAH, DIBANTAI dgn kejam..
Sekarang beritahu saya.. atas alasan apa kalian bergembira di bulan KESEDIHAN itu..??"

Semoga Allah swt memberikan Taufik dan hidayah nya kpd kita semua..

==
MEMASUKI BULAN MUHARRAM
"Sesungguhnya bilangan bulan di sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram." (Q.S. At-Taubah:36)
Adapun semua ulama sepakat bahwa empat bulan yang dimaksud itu adalah Muharram, Rajab, Dzulhijjah dan Dzulkaidah.
Secara bahasa "Muharram" adalah "Haram atau Suci", yang dimaksud adalah diharamkannya berperang di bulan tersebut di zaman Jahiliyah. Pada dasarnya larangan tersebut dipegang teguh di Zaman jahiliyah, guna mengakhiri konflik yang berkepanjangan dan sekaligus berguna untuk menyerukan perdamaian.
Kaum atau Kabilah yang terlibat konflik pada bulan tersebut, melakukan genjatan senjata selama 4 bulan dan sekaligus akan tercipta ruang untuk berpikir demi berakhirnya konflik secara permanen.
Setelah datangnya Islam, pengharaman perang di bulan Muharram ditegaskan kembali.
Imam Ali ar-Ridha as meriwayatkan bahwa Rasulullah Saww mengerjakan shalat 2 rakaat di hari pertama bulan Muharram dan setelah salam, Beliau saww, mengangkat kedua tangannya dan membaca doa ini sebanyak 3 kali.
اللَّهُمَّ أَنْتَ الْإِلَهُ الْقَدِيمُ وَ هَذِهِ سَنَةٌ جَدِيدَةٌ فَأَسْأَلُكَ فِيهَا الْعِصْمَةَ مِنَ الشَّيْطَانِ وَ الْقُوَّةَ عَلَى هَذِهِ النَّفْسِ الْأَمَّارَةِ بِالسُّوءِ وَ الاشْتِغَالَ بِمَا يُقَرِّبُنِي إِلَيْكَ يَا كَرِيمُ يَا ذَا الْجَلالِ وَ الْإِكْرَامِ يَا عِمَادَ مَنْ لا عِمَادَ لَهُ يَا ذَخِيرَةَ مَنْ لا ذَخِيرَةَ لَهُ يَا حِرْزَ مَنْ لا حِرْزَ لَهُ يَا غِيَاثَ مَنْ لا غِيَاثَ لَهُ يَا سَنَدَ مَنْ لا سَنَدَ لَهُ يَا كَنْزَ مَنْ لا كَنْزَ لَهُ يَا حَسَنَ الْبَلاءِ يَا عَظِيمَ الرَّجَاءِ يَا عِزَّ الضُّعَفَاءِ يَا مُنْقِذَ الْغَرْقَى يَا مُنْجِيَ الْهَلْكَى يَا مُنْعِمُ يَا مُجْمِلُ يَا مُفْضِلُ يَا مُحْسِنُ،
"Ya Tuhan, Engkau adalah sembahan yang azali dan ini adalah tahun baru, aku memohon kepada-Mu keterjagaan dari syaitan dan nafsu yang selalu memerintahkan pada keburukan, dan sibukkanlah aku dengan hal-hal yang akan mendekatkanku kepada-Mu,
wahai pemilik keagungan dan kemuliaan,
wahai tempat bersandar bagi orang yang tidak memiliki sandaran,
wahai pemilik bekal bagi orang yang tidak memiliki bekal,
wahai pelindung bagi orang yang tidak memiliki tempat perlindungan,
wahai penolong bagi orang yang tidak memiliki penolong,
wahai pengayom bagi orang yang tidak memiliki tempat pengayom,
wahai mutiara bagi orang yang tidak memiliki mutiara,
wahai yang ujiannya indah,
wahai yang harapannya agung,
wahai pemberi kemuliaan bagi orang-orang lemah,
wahai penolong orang-orang yang tenggelam,
wahai penyelamat orang-orang yang hancur,
wahai pemberi nikmat,
wahai pemberi keindahan,
wahai pemberi keutamaan, dan
wahai pemberi kebaikan."

Imam Muhammad al-Baqir as berkata,
“Orang yang berpuasa di hari pertama bulan Muharram, Allah akan mengabulkan doanya, sebagaimana Dia menerima doa Zakariya.”
Dari Imam Ridha as juga diriwayatkan bahwa beliau kepada salah satu sahabatnya, “Rayyan bin Syabib” berkata,
“... sesungguhnya Muharram adalah bulan di mana bahkan orang-orang terdahulu dan mereka yang hidup sebelum Islam, tidak berbuat kezaliman dan pembunuhan di dalamnya karena menghormati bulan tersebut. Akan tetapi, umat ini bukan hanya tidak menghormati tradisi nenek moyang mereka dan juga kehormatan Rasulullah, namun tanpa ragu-ragu mereka membunuh keturunan Rasul saw di bulan ini dan menjadikan Ahlul Baitnya sebagai tawanan, merampas dan menjarah harta benda mereka, Tuhan tidak akan pernah memaafkan mereka selamanya.”
Benar, Muharram adalah bulan duka dan kesedihan para pengikut Ahlul Bait as untuk mengenang peristiwa syahidnya Imam Husein as. Pada hari ke sepuluh tahun 61 Hijriyah, seruan Imam Husein as dan para sahabatnya untuk menegakkan kebenaran tidak didengar oleh umat, dan mereka bahkan membunuh cucu Rasulullah Saw itu di Padang Karbala, Iraq. Dapat dikatakan bahwa misi utama Imam Husein as adalah untuk membimbing manusia kepada kebenaran, kejujuran, dan akhlak mulia yang memang serasi dengan tabiat manusia. Beliau ingin menghapus rintangan yang menutupi jalan untuk merealisasikan tujuan-tujuan tersebut. Hambatan terbesar yang dihadapi Imam Husein as adalah kekuasaan tiran Dinasti Umayyah (keturunan Abu Sofyan- musuh terbesar Nabi saw), yang merampas hak-hak masyarakat dan menistakan agama.


Kamis, 06 Oktober 2016

Bertemu Walisongo di Candi Prambanan dan Borobudur*)

Jika memakai ilmu perbandingan, bisa dibilang Candi Prambanan dan Candi Borobudur sebanding dengan Masjidil Haram. Hal itulah yang membuat saya makin kagum pada Walisongo.
Maksudnya begini, kalau ada "Masjidil Haram", berarti logikanya ada puluhan "masjid agung" kan? Kalau ada tempat ibadah Hindu-Buddha selevel "Masjidil Haram", berarti bukan tidak mungkin Indonesia zaman dahulu sudah dipenuhi ribuan "mushola" umat Hindu-Buddha.
Orang tidak mungkin bisa membuat sesuatu berskala besar tanpa bisa membuat sesuatu yang berskala kecil-kecil dulu.
Tentu kita jadi bisa membayangkan kalau umat beragama Hindu dan Buddha zaman dahulu adalah golongan mayoritas. Kalau umat beragama Hindu dan Buddha zaman dahulu sangat mendominasi, bagaimana bisa Walisongo membalik kondisi tersebut?
Kalau Anda belajar sejarah, Anda pasti makin heran dengan Walisongo. Silakan Anda baca dengan teliti isi buku Atlas Walisongo karya sejarawan Agus Sunyoto.
Menurut catatan Dinasti Tang China, pada waktu itu (abad ke-6 M), jumlah orang Islam di nusantara (Indonesia) hanya kisaran ribuan orang. Dengan klasifikasi yang beragama Islam hanya orang Arab, Persia, dan China. Para penduduk pribumi tidak ada yang mau memeluk agama Islam.
Bukti sejarah kedua, catatan Marco Polo singgah ke Indonesia pada tahun 1200-an M. Dalam catatannya, komposisi umat beragama di nusantara masih sama persis dengan catatan Dinasti Tang; penduduk lokal nusantara tetap tidak ada yang memeluk agama Islam.
Bukti sejarah ketiga, dalam catatan Laksamana Cheng Ho pada tahun 1433 M, tetap tercatat hanya orang asing yang memeluk agama Islam. Jadi, kalau kita kalkulasi ketiga catatan tersebut, sudah lebih dari 8 abad agama Islam tidak diterima penduduk pribumi. Agama Islam hanya dipeluk oleh orang asing.
Selang beberapa tahun setelah kedatangan Laksamana Cheng Ho, rombongan Sunan Ampel datang dari daerah Champa (Vietnam).
Beberapa dekade sejak hari kedatangan Sunan Ampel, terutamanya setelah dua anaknya tumbuh dewasa (Sunan Bonang dan Sunan Drajat) dan beberapa muridnya juga sudah tumbuh dewasa (misalnya Sunan Giri), maka dibentuklah suatu dewan yang bernama Walisongo. Misi utamanya adalah mengenalkan agama Islam ke penduduk pribumi.
Anehnya, sekali lagi anehnya, pada dua catatan para penjelajah dari Benua Eropa yang ditulis pada tahun 1515 M dan 1522 M, disebutkan bahwa bangsa nusantara adalah sebuah bangsa yang mayoritas memeluk agama Islam.
Para sejarawan dunia hingga kini masih bingung, kenapa dalam tempo tak sampai 50 tahun, Walisongo berhasil mengislamkan banyak sekali manusia nusantara.
Harap diingat zaman dahulu belum ada pesawat terbang dan telepon genggam. Jalanan kala itu pun tidak ada yang diaspal, apalagi ada motor atau mobil. Dari segi ruang maupun dari segi waktu, derajat kesukarannya luar biasa berat. Tantangan dakwah Walisongo luar biasa berat.
Para sejarawan dunia angkat tangan saat disuruh menerangkan bagaimana bisa Walisongo melakukan mission impossible: Membalikkan keadaan dalam waktu kurang dari 50 tahun, padahal sudah terbukti 800 tahun lebih bangsa nusantara selalu menolak agama Islam.
Para sejarawan dunia akhirnya bersepakat bahwa cara pendekatan dakwah melalui kebudayaanlah yang membuat Walisongo sukses besar.
Menurut saya pribadi, jawaban para sejarawan dunia memang betul, tapi masih kurang lengkap. Menurut saya pribadi, yang tentu masih bisa salah, pendekatan dakwah dengan kebudayaan cuma "bungkusnya", yang benar-benar bikin beda adalah "isi" dakwah Walisongo.
Walisongo menyebarkan agama Islam meniru persis "bungkus" dan "isi" yang dahulu dilakukan Rasulullah SAW. Benar-benar menjiplak mutlak metode dakwahnya kanjeng nabi. Pasalnya, kondisinya hampir serupa, Walisongo kala itu ibaratnya "satu-satunya".
Dahulu Nabi Muhammad SAW adalah satu-satunya orang yang berada di jalan yang benar. Istrinya sendiri, calon mantunya Ali bin Abi Thalib ra, dan sahabat-sahabat dan semua orang di muka Bumi waktu itu tersesat semua. Kanjeng nabi benar-benar the only one yang tidak sesat.
Tetapi, berkat ruh dakwah yang penuh kasih sayang, banyak orang akhirnya mau mengikuti agama baru yang dibawa kanjeng nabi. Dengan dilandasi perasaan yang tulus, Nabi Muhammad SAW amat sangat sabar menerangi orang-orang yang tersesat.
Meski kepala beliau dilumuri kotoran, meski wajah beliau diludahi, bahkan berkali-kali hendak dibunuh, kanjeng nabi selalu tersenyum memaafkan. Walisongo pun mencontoh akhlak kanjeng nabi sama persis. Walisongo berdakwah dengan penuh kasih sayang.
Pernah suatu hari ada penduduk desa bertanya hukumnya menaruh sesajen di suatu sudut rumah. Tanpa terkesan menggurui dan menunjukkan kesalahan, sunan tersebut berkata, "Boleh, malah sebaiknya jumlahnya 20 piring, tapi dimakan bersama para tetangga terdekat ya."
Pernah juga ada murid salah satu anggota Walisongo yang ragu pada konsep tauhid bertanya, "Tuhan kok jumlahnya satu? Apa nanti tidak kerepotan dan ada yang terlewat tidak diurus?"
Sunan yang ditanyai hal tersebut hanya tersenyum sejuk mendengarnya. Justru beliau minta ditemani murid tersebut menonton pagelaran wayang kulit.
Singkat cerita, sunan tersebut berkata pada muridnya, "Bagus ya cerita wayangnya..." Si murid pun menjawab penuh semangat tentang keseruan lakon wayang malam itu. "Oh iya, bagaimana menurutmu kalau dalangnya ada dua atau empat orang?" tanya sunan tersebut. Si murid langsung menjawab, "Justru lakon wayangnya bisa bubar. Dalang satu ambil wayang ini, dalang lain ambil wayang yang lain, bisa-bisa tabrakan."
Sang guru hanya tersenyum dan mengangguk-angguk mendengar jawaban polos tersebut. Seketika itu pula si murid beristighfar dan mengaku sudah paham konsep tauhid. Begitulah "isi" dakwah Walisongo; menjaga perasaan orang lain.
Pernah suatu hari ada salah satu anggota lain dari Walisongo mengumpulkan masyarakat. Sunan tersebut dengan sangat bijaksana menghimbau para muridnya untuk tidak menyembelih hewan sapi saat Idul Adha. Walaupun syariat Islam jelas menghalalkan, menjaga perasaan orang lain lebih diutamakan.
Di atas ilmu fikih, masih ada ilmu ushul fikih, dan di atasnya lagi masih ada ilmu tasawuf. Maksudnya, menghargai perasaan orang lain lebih diutamakan, daripada sekadar halal-haram. Kebaikan lebih utama daripada kebenaran.
Dengan bercanda, beliau berkomentar bahwa daging kerbau dan sapi sama saja, makan daging kerbau saja juga enak. Tidak perlu cari gara-gara dan cari benarnya sendiri, jika ada barang halal lain tapi lebih kecil mudharatnya.
Kemudian, ketika berbicara di depan khalayak umum, beliau menyampaikan bahwa agama Islam juga memuliakan hewan sapi. Sunan tersebut kemudian memberikan bukti bahwa kitab suci umat Islam ada yang namanya Surat Al-Baqarah (Sapi Betina).
Dengan nuansa kekeluargaan, sunan tersebut memetikkan beberapa ilmu hikmah dari surat tersebut, untuk dijadikan pegangan hidup siapapun yang mendengarnya.
Perlu diketahui, prilaku Walisongo seperti Nabi Muhammad SAW zaman dahulu, Walisongo tidak hanya menjadi guru orang-orang yang beragama Islam. Walisongo berakhlak baik pada siapa saja dan apapun agamanya.
Justru karena kelembutan dakwah sunan tersebut, masyarakat yang saat itu belum masuk Islam, justru gotong-royong membantu para murid beliau melaksanakan ibadah qurban. 

Kamis, 29 September 2016

Haji dan Filsafat nya

Haji 1:
SEPERTI BINTANG DI LANGIT
Seorang Kakek, (100 tahun) dan istrinya (86 tahun), sudah beberapa lama didera kegundahan sebab sampai setua itu belum dikaruniai keturunan. Tak henti-hentinya, kakek ini berdoa agar Tuhan mengkaruniainya keturunan. Suatu malam ketika ia dalam sedang berdoa didalam kemahnya, ada suara yang menyuruhnya keluar, “Sekarang, pandanglah langit dan hitunglah bintang-bintang di sana, bila engkau sanggup” Ia pun menatap langit dan terdengarlah suara, “sebanyak itulah anak keturunanmu nanti” (Kejadian 15:5)
Anda mungkin sudah tahu, Kakek yang kelak menjadi Bapak dari para Nabi ini adalah Ibrahim 'alaihi salam. Usai mendengar firman itu, Ia diizinkan untuk menikahi budaknya, bernama Hajar. Dari Hajar ini lahirlah seorang bayi: Ismail (artinya: Allah mendengar permohonanmu, Isma = mendengar, Eli = Tuhan). Bertahun kemudian, istri pertama Ibrahim, Sarah pun akhirnya mengandung juga dan lahirlah: Ishak (artinya: dia tertawa). Kelak, Ishak berputra Ya’qub di Kanaan (Palestina selatan) (Ya’qub ini dinamai Israel artinya = hamba Tuhan, Isra = hamba, Eli = Tuhan). Ya’qub berputra 12 orang, salah satunya kelak menjadi pemuda mbagus nganteng dambaan wanita, yang terdampar di Mesir dan jadi menteri disana, Yusuf ‘alaihi salam.
Kelak keturunan dari 12 orang putra Ya’qub (Bani Israel) itu diperbudak di Mesir oleh Fir'aun sampai kemudian diselamatkan oleh Nabiyullah: Musa dan Harun. Begitulah, keturunan Ibrahim tersebar sejak Ur Kaldia, Babilonia hingga Mesir, "tersebar seperti bintang-bintang di langit", turun temurun banyak yang diangkat menjadi Nabi atau Rasul yang lahir dari jalur Ishak sampai kemudian dipungkasi oleh Sang Ruhullah: Almasih ‘Isa ibn Maryam 'alaihi salam.

HAJI 2:
WARISAN CEMBURU 4000 TAHUN
Ismail yang bersih dan lucu itu membuat hati Ibrahim dipenuhi bunga. Tak henti-hentinya, sore hari usai Ibrahim beribadah, ia menggendong dan peluk keturunannya dari Hajar itu. Dan dari sinilah kisah Ismail bermula. Istri Ibrahim pertama, yang awalnya rela dimadu, mulai dihinggapi rasa cemburu. Lama ia bendung rasa itu tetapi akhirnya pecah juga. Api yang mulanya di dada, terucap jua akhirnya di mulutnya: “Ibrahim, silahkan pilih: Aku atau Hajar dan anaknya. Kalau pilih Aku, silahkan pisahkan Hajar dan Ismail, usir jauh dari sini. Bila kau pilih Hajar, biarlah aku yang pergi dari sini.”
Kakek tua yang sudah matang ditempa beribu cobaan ini tentu saja menolak kemauan istri pertamanya itu. Tapi Allah justru berkehendak lain, Ismail dan Ishak memang harus pisah, sebab dari keturunan mereka berdua kelak, Allah hendak menjadikan 2 bangsa yang besar Yahudi dan Arab yang menjadi sumber cerita dunia baik damai maupun konflik berabad-abad setelahnya.
Tahun 1948, pecah perang Arab-Israel. Meskipun hanya 6 hari, tetapi akibatnya masih terasa hingga saat ini. Wilayah Palestina makin menyempit, rakyat Palestina terbuang dari tanah airnya sendiri. Nasib-nya hampir seperti Hajar dan Ismail, yang terpaksa berpisah dengan Ibrahim, Suami dan Bapak yang sangat mereka cintai dan mencintai mereka. (Konon, nama Ibrahim pun berasal dari Aba = Bapak, Rahim = Pengasih).
Kiranya, "cemburu" Sarah kepada Hajar-lah yang kelak diwariskan kepada anak cucunya hinga 4000 tahun kemudian, anak turun mereka berkonflik terus hingga tak habis-habisnya...

Haji 3:
MATA AIR ZAMZAM DAN SI IKAN HIU
Maka akhirnya, Ibrahim mengantar istri dan buah hatinya itu ke arah selatan, ribuan kilometer lebih dari Kanaan (sekarang Palestina Selatan), 10 hari perjalanan unta, ke padang pasir di wilayah Hijaz, sekitar lembah Bakka (Mekah). Sampai di Mekah, Ibunda Ismail, Hajar, bingung, sebab sejauh mata memandang, yang ada padang pasir. Ia pun bertanya “Ibrahim, kamu hendak meninggalkan kami disini? Ini keinginanmu, untuk menyenangkan istri tuamu atau kehendak Allah.” Ibrahim menjawab “Ini kehendak Allah”. Budak Hitam dari Tanah Mesir ini meneguhkan dirinya “Oh kalau ini kehendak Allah, aku ridho, sungguh Dia tidak akan menyia-nyiakan kami.”
Dengan berlinang air mata, Ibrahim meninggalkan dua orang yang sangat dicintainya itu, ia berdoa seperti direkam Al Quran, "Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah-Mu yang dihormati, ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezekilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur." (QS Ibrahim 14:37)
Beberapa hari kemudian, bekal makan dan air minum mereka habis. Ismail yang masih orok mulai menangis. Hajar mulai bingung, sedih dan lapar. Sambil menangis Ibu ini berlari ke jajaran bukit-bukit batu yang mengelilingi lembah itu, berharap ada kafilah yang lewat dan memiliki air untuk mengobati haus mereka. Ia berlari bolak balik 7 kali antara dua bukit batu (kelak dikenal sebagai Shafa dan Marwah), tapi tak ada seorangpun disana, tak ada setetes pun air ia temui. Maka, ia balik lagi menemui bayinya. Ismail masih menangis dengan kerasnya.
Hajar yang hampir putus asa itu, terduduk disamping bayinya, tangisnya pecah, hatinya menjerit berdoa pada Allah. Allah Maha Melihat atas apa yang terjadi pada dua Ibu anak itu, Dia lalu memerintahkan Jibril untuk turun ke bumi, berdiri disamping Ismail. Ketika tangis Ismail mulai mengeras, ia menendang-nendangkan kakinya, dan disaat itu pula Jibril menghentakan kakinya ke bumi, dan…. terbitlah mata air disamping kaki kaki Ismail kecil. Jernih warnanya, segar rasanya, melimpah ruah jumlahnya. Inilah mata air mukjizat itu, buah dari doa tulus seorang Ibu dan kesucian seorang bayi: mata air yang kelak “dicicipi” oleh bermilyar penduduk bumi, tidak pernah kering sejak 4000 tahun yang lalu, Zamzam, "yang melimpah ruah"!
Bagi para kafilah di padang pasir, sumber air seperti Zamzam ini adalah harta karun. Maka daerah yang ditempati oleh Hajar dan anaknya itu menjadi makin ramai. Banyak kafilah dagang yang singgah dan menetap disitu. Kelak, salah satu kabilah dari selatan, klan Jurhum, akan menetap disitu dan menikahkan putri mereka dengan Ismail dan menurunkan klan paling terkenal dalam sejarah arab, "si ikan Hiu" alias Quraisy.

HAJI 4:
MINIATUR SIDRATUL MUNTAHA
Suatu saat ketika Ismail menganjak dewasa dan Ibrahim sedang menjenguk mereka, datang perintah Allah kepada mereka berdua untuk membangun kembali Ka’bah. Dikatakan membangun kembali, karena sebenarnya yang mendirikan Ka’bah pada mulanya adalah moyang manusia pertama yakni Adam. Kala itu, Adam yang kesepian karena diturunkan ke bumi pisah dengan Hawa, sering teringat dengan keindahan ibadah para Malaikat yang bertawaf mengelilingi Sidratul Muntaha. Ia pingin meniru Ibadah para malaikat itu, tetapi dimanakah Sidratul Muntaha dibumi ini? Allah Maha Pengasih! Dia mengutus Jibril mewahyukan pada Adam agar membangun “miniatur Sidratul Muntaha” di bumi, agar ia dan anak keturunannya kelak, dapat bertawaf mengelilingi bangunan itu. Adam melaksanakan perintah Tuhan, didirikannya sebuah bangun berbentuk kubus dengan batu hitam dari Surga disudutnya, Ka’bah!
Begitulah, Ka’bah menjadi tempat tawaf Adam dan keturunannya. Beberapa ratus tahun kemudian, bangunan itu mulai hilang ditutupi pasir, bahkan – mungkin zaman Nabi Nuh ‘alaihi salam, bangunan itu terendam banjir.
Sekarang, Ibrahim dan Ismail diperintahkan meninggikan bangunan tinggalan Kakek moyang mereka. Setelah beberapa hari, pekerjaan mereka selesai. Ibrahim berdiri di samping Ka’bah dan berdoa, sebagaimana direkam dalam Al Quran:
"Dan (ingatlah), ketika Ibrahim meninggikan (membina) dasar-dasar Baitullah bersama Ismail (seraya berdoa): Ya Tuhan kami terimalah daripada kami (amalan kami), sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. Ya Tuhan kami, jadikanlah kami berdua orang yang tunduk patuh kepada Engkau dan (jadikanlah) di antara anak cucu kami umat yang tunduk patuh kepada Engkau dan tunjukkanlah kepada kami cara-cara dan tempat-tempat ibadah haji kami, dan terimalah taubat kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang. Ya Tuhan kami, utuslah untuk mereka seorang Rasul dari kalangan mereka, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab (Al Qur’an) dan Al-Hikmah (As-Sunah) serta menyucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QS Al Baqarah 2:127-129)

HAJI 5:
SANG BATU PENJURU
Akhir doa itu menyebutkan permohonan agar dikalangan anak turun Ismail kelak, akan dibangkitkan seorang Rasul. Doa Ibrahim ini akan terwujud 2500 tahun kemudian: 12 Rabiulawal 53 tahun sebelum hijriah, bertepatan dengan Senin, 20 April 571 Masehi, lahir dari rahim Aminah, seorang anak lelaki yang dikemudian hari mengubah dunia! Sekarang, namanya diserukan dengan syahdu, oleh puluhan juta muadzin di masjid-masjid dan surau di seantero bumi. Setiap detik, setiap menit, tak henti-hentinya, milyaran mulut di antero bumi mendendangkan shalawat untuknya, membumbung suaranya menembus 7 lapis langit...
Kitab yang dibawanya, Al Quran adalah buku best seller dan paling banyak dibaca. sepanjang abad. Kisah hidupnya ditulis dengan amat teliti: bagaimana jalannya, duduknya, senyumnya bahkan berapa helai jenggotnya. Al Maqari mengarang tentang sandal-nya saja, sebuah buku setebal 500 halaman! Wujud paripurna dari doa Ibrahim dan batu penjuru dari sekalian nabi dan rasul ini adalah, Muhammad shalallahu ‘alaihi wa alihi wa salam...

HAJI 6:
PARA TAMU ALLAH
Selesai bertawaf mengelilingi bangunan kuno tinggalan Adam yang baru mereka renovasi, Ibrahim mendapat perintah agar menyeru manusia untuk berhaji. Ibrahim heran, bagaimana orang bisa mendengar panggilan saya? Allah kemudian berfirman, “Serulah manusia untuk berhaji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, mengendarai unta yang kurus, yang datang dari segenap penjuru yang jauh! (QS Al Hajj 22:27)
Mematuhi perintah Allah – menurut sebuah riwayat – Ibrahim lalu berseru memanggil manusia untuk berhaji dengan seruan yang bisa didengar ruh anak Adam baik yang sudah lahir maupun yang belum sampai hari kiamat kelak! Siapa yang ruh-nya "menjawab seruan Ibrahim", niscaya dia akan pergi berhaji, sebaliknya yang ruh-nya "tidak menjawab" dia tak akan mampu berkunjung ke baitullah!
Haji adalah undangan dari Allah. Siapa yang diundang? Seluruh manusia, kita semua! Maka barangsiapa yang mau menjawab undangan itu, Allah-lah yang akan “mengurus kelancaran” perjalanan mereka. Para Haji adalah tamu Allah. dan karena menjadi tamu Allah, maka Allah menjamin bahwa, siapa yang menjawab seruan Ibrahim itu, maka orang itu akan datang, "ya’tuuka rijaalan", baik berjalan kaki, maupun "wa’alaa kulli dhaamirin", mengendarai unta yang kurus, lambang kesulitan perjalanan.
Anda mungkin pernah lihat, saudara-saudara kita yang bertawaf sambil ditandu, kakek nenek yang hampir mendekati jompo, yang penglihatan hampir kabur, yang tulang-tulangnya digerogoti asam urat dan reumatik, tetapi mereka tetap menjawab panggilan moyang mereka Ibrahim, undangan Tuhan untuk berhaji ke tanah suci. Ya’tiina min kulli fajjin ‘amiiq, datang dari pelosok negeri yang jauh. Dari Maroko sampai Merauke, dari Rusia sampai Australia!
Siapa pun yang hendak haji akan merasakan bahwa ada tangan-tangan tak terlihat yang membantunya, melimpahkan karunia Tuhan yang banyak bagi kelancaran proses hajinya, hingga seakan-akan tanah, air, bahkan angin ikut membantunya. Kalau disini, Anda pernah mendengar ada petani karet, mau naik haji, tiba-tiba sadapan karetnya deras sekali, Anda tidak perlu heran. Seorang tukang sapu disebuah universitas di Jakarta, tiba-tiba bisa terpilih undian naik haji dibiayai Universitasnya. Bahkan, Suhadi, tukang cukur di Malang, Jawa Timur, bisa naik haji dengan cara mengumpulkan rupiah demi rupiah hasil kerjanya!
Pesannya: Kalau tahu bahwa Haji itu tamu Allah, mosok sampeyan masih tega "mengkomersialisasi" penyelenggaraan haji, apalagi sampai berani "mengkorupsi" sumbangannya. hiks...

HAJI 7:
"MALAIKAT MENGHAJIKANMU SETIAP TAHUN"
Kisah Bekal Terbaik
Alhajju asyhurun ma’luumaatun, haji itu pada bulan-bulan yang telak diumumkan! Rentang bulan-bulan yang dimaksud adalah, sejak 1 Syawal sampai 13 Dzulhijjah. Walau rentangnya hampir 2 bulan setengah, tetapi puncak prosesi haji hanya berlangsung 5-6 hari yakni sejak 8 Dzulhijjah sampai 12-13 Dzulhijjah. Untuk menjalani proses yang hanya 5-6 hari itu, jutaan umat Islam diseluruh dunia, telah mempersiapkan dirinya sejak jauh hari sebelumnya, bahkan ada yang sepanjang rentang usianya.
“Seperti biasanya, Alquran senantiasa mengajak pikiran kita untuk bergerak dari yang material ke yang spiritual” Tulis Abdullah Yusuf Ali dalam The Meaning of Glorius Quran, “Bila kita memerlukan bekal untuk menempuh perjalanan di muka bumi ini, maka berapa banyak bekal harus Anda kumpulkan untuk menempuh perjalanan akhir ke dunia masa depan? Bekal terbaik adalah tetap berperilaku benar, dan ini tak lain adalah takwa!”
Untuk menempuh perjalanan ke Saudi Arabia dan memenuhi biaya hidup disana memang diperlukan dana yang tidak sedikit. Untuk menjalani ritual haji: Tawaf, Sai, Mabit di Mina, Melontar Jumrah dan lainnya, butuh fisik yang prima. Tetapi Haji adalah perjalanan fisik dan spiritual sekaligus. Karena itu, selain bekal material perlu juga Anda persiapkan bekal ruhani yang cukup, agar ziarah yang Anda lakukan bukan hanya pelesir ke tempat-tempat suci, pulang memborong oleh-oleh lalu menyandang gelar haji fulan atau hajjah fulanah. Anda musti mengumpulkan dana yang cukup untuk haji Anda. Di Indonesia, Anda boleh mengundang handai taulan sekampung untuk datang mendoakan Anda saat walimah safar. Anda siapkan ini itu untuk kenyamanan perjalanan Anda. Tetapi jangan lupa satu hal bahwa: menabung kebaikan dalam hidup yang benar atau takwa itulah yang paling penting harus Anda persiapkan! Allah menegaskan, watazawwaduu, fa-inna khayraz zaadit taqwaa, berbekalah, sungguh sebaik-baik bekal adalah taqwa! (QS al Baqarah :197)
Ada kisah indah tentang takwa ini. Namanya Abu Abdurrahman Abdullah bin Mubarak al-Hanzhalial al Marwazi, yang lahir tahun118 H/736 M. Orang memanggilnya Abdullah bin Mubarak. Ia ahli hadist, seorang sufi yang termasyhur, ahli dalam berbagai cabang ilmu pengetahuan, antara lain dibidang gramaika dan kesusastraan. Ia adalah seorang saudagar kaya yang banyak memberi bantuan kepada orang-orang miskin. Ia meninggal dunia di kota Hit yang terletak ditepi sungai Eufrat pada tahun 181H/797 M.
Abdullah bin Mubarak menuturkan kisahnya.
Aku adalah seorang yang sangat suka menunaikan ibadah haji. Bahkan setiap tahun aku selalu berhaji. Pernah pada suatu hari, seperti biasanya setiap aku akan menunaikan ibadah haji, aku mempersiapkan segala sesuatu untuk keperluan keberangkatanku.
Aku pergi ke pasar unta dengan membawa lima ratus dinar untuk membeli seekor unta untuk perjalanan hajiku. Ternyata uangku tidak cukup untuk membeli seekor unta. Maka aku pulang kembali ke rumah. Namun di tengah perjalanan, aku melihat seorang wanita sedang berdiri di tempat sampah. Dia mengambil bangkai seekor ayam dan membersihkan bulu-bulunya, tanpa menyadari kehadiranku di dekatnya.
Aku menghampirinya dan berkata kepadanya, "Mengapa engkau melakukan ini, wahai hamba Allah?" Wanita itu menjawab, "Tinggalkan aku, dan urus saja urusanmu sendiri! Daging ini haram untukmu tetapi halal untukku" Aku berkata, "Demi Allah, beritahukan kepadaku keadaanmu yang sebenarnya!"
Wanita itu berkata, "Baiklah, akan kukatakan keadaanku yang sebenarnya karena engkau telah memaksaku dengan bersumpah atas nama Allah. Ketahuilah! Sesungguhnya aku adalah wanita Alawiyyah (keturunan nabi SAW). Aku mempunyai tiga orang anak kecil dan suamiku telah meninggal dunia. Sudah tiga hari ini, aku dan anak-anakku belum makan apa-apa. Aku sudah mencari sesuap nasi kemana-mana demi tiga orang anakku, namun aku tidak menemukannya selain bangkai ayam ini. Maka aku akan memasak bangkai ini karena ia halal untuk aku dan anak-anakku."
Ketika aku mendengar apa yang dikatakan wanita itu, sungguh bulu kudukku langsung berdiri tegak, hatiku terasa tersayat-sayat oleh derita mereka. Aku berkata dalam hati, "Wahai Ibnu Mubarak, HAJI MANA yang lebih mulia daripada menolong wanita ini?"
Kemudian aku berkata kepada wanita itu, "Wahai wanita Alawiyyah, sesungguhnya bangkai ayam ini telah diharamkan untukmu. Bukalah bungkusanmu, aku ingin memberimu dengan sedikit pemberian." Lalu wanita itu mengeluarkan sebuah bungkusan dan aku pun menumpahkan semua uang dinarku ke dalam bungkusan itu.
Wanita itu langsung berdiri tergesa-gesa karena bahagia dan dia mendoakan kebaikan untukku. Kemudian aku pulang ke rumah, sementara keinginanku untuk pergi haji sudah pupus. Lalu aku menyibukkan diri dengan banyak istighfar dan beribadah kepada Allah.
Musim haji usai, rombongan haji pun balik ke tempatnya. Abdullah bin Mubarak mendatangi teman-temannya dan mendoakan agar haji mereka mabrur. Temannya pun menjawab sama "semoga hajimu pun mabrur juga duhai Abdullah bin Mubarak". Abdullah bin Mubarak bingung, bukankah dia tidak berangkat ke Mekah? Teman-temannya bercerita, bahwa saat mereka tawaf, sai, ataupun wukuf di Arafah, mereka pun melihat Abdullah bin Mubarak bersama mereka. ikut berhaji bersama teman-temannya.
Masih diselimuti kebingungan, malamnya Ibnu Mubarak mimpi bertemu Rasulullah SAW. Sang Nabi datang dan bersabda padanya: “Wahai Ibnu Mubarak, engkau telah memberikan uang dinarmu kepada salah seorang keturunanku. Engkau telah melapangkan kesusahannya dan engkau telah memperbaiki kondisinya dan anak-anaknya. Maka Allah telah mengutus malaikat dalam rupamu. Malaikat itu menunaikan haji untukmu setiap tahun. Dan pahala untukmu akan mengalir terus hingga hari kiamat."

HAJI 8:
IHRAM
Disuatu tempat yang telah ditentukan (miqat), jamaah memulai niat untuk haji atau umrah serta memulai ihram. Ihram berasal dari kata haram artinya larangan, yaitu memasuki keadaan, yang dalam keadaan itu orang harus mengenakan pakaian ihram, dan tak menjalankan perbuatan, yang biasanya dihalalkan.
Quran hanya menyebutkan tiga larangan saat Ihram yaitu rafats (berbicara tak senonoh), fusuq (caci maki dan berbuat fasik), dan ber-jidal (ribut berbantah-bantahan). Tiga-tiga-nya kelihatannya hanya urusan mulut yang terlihat remeh, tetapi siapa pun yang pernah naik haji akan membuktikan fakta di balik semua larangan itu. Di tanah suci, tempat doa demikian mujarab, apa yang terucap lewat mulut bisa "langsung dibayar kontan", manusia harus hati-hati dengan ucapan mereka. Kita banyak mendengar cerita ihwal para jemaah Haji yang “ditegur” oleh Allah “langsung” karena karena urusan keseleo lidah.
Warna baju ihram yang putih tanpa jahitan adalah hidup yang sederhana, tulus, atau tanpa pretensi. Itulah pakaian hidup yang sebenarnya. “Hanya ibadah haji sajalah yang dapat melaksanakan sesuatu yang tampak mustahil, yaitu berbagai manusia dari golongan dan negara mana pun, memakai pakain yang sama dan mengucapkan kalimah yang sama. Jadi ibadah haji membuat setiap orang Islam, sekali dalam seumur hidup, masuk dalam pintu gerbang persamaan derajat yang sempit, menuju ke arah persaudaraan yang luas. Tiap-tiap orang sama pada waktu lahir dan mati; cara-cara mereka hidup dan mati pun sama pula; tetapi ibadah haji adalah satu-satunya kesempatan yang mengajarkan bagaimana mereka menempuh hidup yang sama, dan mempunyai perasaan yang sama.” (Maulana Muhammad Ali)

HAJI 9:
YANG LEBIH MULIA DARI HAJAR ASWAD
Hajar aswad adalah "batu hitam" yang terletak di sudut sebelah tenggara Ka'bah, yaitu sudut dari mana Tawaf dimulai. Konon, batu ini merupakan jenis batu 'ruby' yang diturunkan Allah dari surga melalui malaikat Jibril. Hajar Aswad yang diyakini aslinya berupa sebongkah batu pernah hancur - sewaktu Ka'bah di "bom" oleh pasukan khalifah Abdul Malik bin Marwan saat menumpas perlawanan Ibn zubair - dan telah terpecah menjadi delapan keping yang yang terpaksa digabung kembali dan diikat dengan lingkaran perak.
Batu hitam itu sudah licin karena terus menerus dikecup, dicium dan diusap-usap oleh jutaan bahkan milyaran manusia sejak nabi Adam, yang datang ke Baitullah baik untuk Haji maupun untuk tujuan UMRAH. Harap dicatat bahwa panggilan Haji telah berlangsung sejak lama yaitu sejak Nabi Adam AS. Bahkan masyarakat jahiliah yang musyrik dan penyembah berhala pun masih secara setia melayani Jama'ah Haji yang datang tiap tahun dan berbagai belahan dunia. "Batu itu dulunya putih" ujar Rasulullah, "dosa-dosa anak Adam menghitamkannya"
Setiap musim haji, disamping ritual tawaf yang biasa dilakukan, Hajar aswad ini menjadi "incaran" jutaan jemaah haji untuk mereka cium atau bahkan beri salam dari kejauhan. Seorang yang baru pulang berhaji, akan begitu bahagia - sekaligus bangga - kala bercerita, bahwa dia bisa mencium Hajar Aswad ini. Batu ini dianggap "begitu mulia", sehingga sangat banyak manusia "berebutan", ingin "mencium kemuliaannya". Tetapi, ada yang lebih mulia dari Hajar Aswad ini.
Marilah kita dengar cerita Ibnu Umar ra. berikut ini. Ia pernah melihat Rasulullah saw. mengelilingi Ka’bah. Ia mendengar Nabi berkata, mengajak bicara dengan Ka’bah, “Betapa indahnya engkau, dan betapa harumnya keagunganmu. Tapi, demi yang diriku berada dalam kekuasaan-Nya, sesungguhnya kehormatan orang Islam lebih besar di sisi Allah. Lebih mulia dari pada kehormatanmu. Hartanya, darahnya, harus dihormati. Dan tidak boleh berprasangka apa pun kepadanya kecuali yang baik saja.” (Tafsir Al-Durr al-Mantsur 7:565)
Pesannya: Hati adalah bait Allah dalam diri manusia. karena itu, hormatilah sesama manusia, muliakan sesamamu. Jangan sekali meremehkan, menghina, dan menyakiti hati orang lain. Siapa pun yang menyakiti hati sesamanya berarti sedang menghancurkan rumah Tuhan (bait Allah) dihati mereka.

HAJI 10:
SA’I
Kata sa’iyun berarti lari, dan menurut syari’at Islam, sa’i berarti berlari-larinya jamaah haji antara dua bukit yang letaknya di kota Makkah, yang disebut Shafa dan Marwah. Qur’an menerangkan ihwal sai ini dalam sebuah ayatnya, “sesungguhnya Shafa dan Marwah adalah sebagian dari syiar-syiar Allah, maka barangsiapa menunaikan ibadah haji atau ‘umrah ke Rumah Suci, tak ada dosa baginya jika ia mengelilingi keduanya” (QS Al Baqarah:158).
Masih ingat dengan kisah Ibunda Ismail, Hajar yang berlari di antara dua bukit untuk mencari air? Dahulu kala, saat Hajar hidup, dua bukit itu masih berupa bukit terjal. Sekarang antara Shafa dan Marwah sudah dihubungkan dengan lantai halus berkeramik. Jarak Shafa dan Marwah sekitar 400 meter, bila itu ditempuh 7 kali bolak-balik hanya sekitar 2,8 kilometer. Sa’i, adalah perlambang ihwal kesabaran dan ketabahan dalam menghadapi kesukaran dan cobaan. Seperti Hajar, kita harus memastikan bahwa setiap usaha kita hendaknya dimulai dari niat yang Shafa (kesucian) agar kelak mencapai Marwah (kesuksesan), bahkah dengan kemurahan-Nya kita akan mendapatkan zamzam (hasil yang melimpah ruah!)

HAJI 11
YAUMUT TARWIYAH DI MINA
Thawaf dan sa’i adalah ibadah yang mula-mula harus dijalankan oleh setiap jamaah haji pada waktu ia tiba di Makkah, baik ia berniat untuk menjalankan ‘umrah atau haji saja, atau menggabungkan haji dan ‘umrah secara qiran atau tamattu’. Apabila jamaah haji menjalankan ibadah ‘umrah saja, atau menggabungkan haji dan ‘umrah secara tamattu’, maka setelah selesai menjalankan ‘umrah, ia keluar dari keadaan ihram; dan ia baru menjalankan ibadah haji yang sesungguhnya pada 8 Dzulhijjah, tatkala seluruh jamaah haji, laksana lautan manusia bergerak bersama-sama ke Mina (11 km sebelah timur Mekah).
Mina memiliki arti historis yang penting karena dahulu, disinilah Rasulullah dibaiat oleh 60 orang pemeluk islam awal dari Yatsrib, kaum yang kemudian menjadi penyokong dakwah Islam yang paling gigih.
Tanggal 8 Dzulhijjah disebut yaumut-tarwiyah, hari tarwiyah (makna aslinya saat siraman atau saat memuaskan dahaga), karena pada hari itu seluruh jamaah haji menyediakan air, guna hari-hari berikutnya, atau karena saat itulah dimulainya ibadah haji yang sesungguhnya yang akan mendatangkan kepuasan rohani bagi mereka. Di Mina ini, para jamaah bermalam (mabit), dan esok harinya, tanggal 9 Dzulhijjah, tengah hari, mereka berangkat ke padang ‘Arafah.

HAJI 12:
WUQUF DI ‘ARAFAH
‘Arafah adalah padang pasir yang terletak 26 km arah timur Makah. Luas padang pasir Arafah sekitar 4×2 km atau 800 hektar. Kalau 1 orang butuh tempat 1 m2, maka Arafah bisa menampung 8 juta orang. Karena Rasulullah pernah bersabda bahwa bahwa “seluruh arafah adalah tempat wukuf”, maka ‘Arafah akan penuh jika jumlah jamaah haji sudah 3 kali lipat dari sekarang.
Mengapa tempat ini disebut ‘Arafah yang artinya pengenalan? Gerangan di sinilah dahulu Bapak dan Ibu kita, Adam dan Hawa bertemu setelah lama berpisah. Di sini juga, Ibrahim as., dituntun oleh malaikat Jibril yang berkata, “Tempat ini bernama pengenalan ‘Arafah, maka kenalilah manasik hajimu”. Disini jugalah, para jamaah haji Wuquf (artinya bediam diri) untuk berdzikir, berdoa, sampai matahari terbenam, sehingga mereka dikaruniai ma’rifah oleh Allah Azza wa Jala...
Arafah inilah, miniatur dari padang al Mahsyar... di sini, seluruh jamaah haji berkumpul disatu tempat, di satu waktu, semuanya berdiam diri (wukuf), mencapai keheningan dalam batin, sehingga Tuhan mengkaruniai mereka makrifat...
Nabi saw wukuf di Arafah, disaat matahari hampir terbenam , beliau berkata: “Wahai Bilal suruhlah umat manusia mendengarkan saya. “Maka Bilal pun berdiri seraya berkata, “Dengarkanlah Rasulullah saw, maka mereka mendengarkan, lalu Nabi bersabda: “Wahai umat manusia, baru saja Jibril a.s, datang kepadaku,maka dia membacakan salam dari Tuhanku, dan dia mengatakan; “Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa orang-orang yang berwukuf di Arafah , dan orang-orang yang bermalam di Masy’aril Haram (Muzdalifah) , dan menjamin membebaskan mereka dari tuntunan balasan dan dosa-dosa mereka. Umar ibn Khattab pun berdiri dan bertanya, "Ya Rasulullah, apakah ini khusus untuk kita saja?" Rasulullah menjawab, "Ini untukmu dan untuk orang-orang yang datang sesudah mu hingga hari kiamat..."

Anda sudah berhaji dengan FALSAFAH seperti tulisan di atas?