Sabtu, 08 Oktober 2016

Dan Ratapan Itu Akhirnya Mengantarku Untuk Mengenalmu Lebih Dalam.

Catatan menjelang Asyura

Bila mengingat kembali masa-masa kejahilan murakkab dulu, terkadang saya menangis sesenggukan dalam sujud. Betapa tidak, seandainya tak ada hidayah yang merengkuh saya dari lumpur kebodohan , mungkin saya sekarang berada di barisan kaum Nashibi, entah bergabung dengan ANNAS atau Team Pemburu Aliran Sesat atau apalah namanya.

Berawal dari rasa penasaran akan mahluk-mahluk astral, secara tak sengaja saya janjian dengan seorang kawan untuk sowanan di rumah Kyai saya yang baru balik dari umroh. Singkat kata, kami sudah sampai didepan kediaman beliau. Kami dipersilahkan masuk dan kami pun ngobrol bertiga diruang yang dikelilingi dengan kitab-kitab gundul dalam suasana penuh kekeluargaan.
Di sela-sela obrolan kami, saya bertanya pada beliau,
“Kaifa ra’yukum ‘anil mas alatil qoorin allazii yatba’ul insan ?-gimana menurut pak kyai tentang masalah qoorin yang sering mengikuti manusia ?”Tanya saya kepada beliau.
“kullu insaanin lahuu qoriin, fi Mishra ahyaanaan qoriinah bima’na zaujah. ”-setiap manusia memiliki pendamping dari bangsa jin, di Mesir terkadang orang mengartikan qoriinah dengan pendamping hidup” jawab beliau diiringi dengan tawa renyah.
Tiba-tiba beliau beranjak dari kursinya dan masuk keruang kamarnya. Tak berselang berapa lama beliau pun keluar dan menemui kami kembali. Di tangan beliau ada 2 kitab yang terlihat masih agak baru, yang pertama berjudul Intifa’ul Mautaa dan yang kedua berjudul Akaamul Marjan Fii Ahkamil Jaan. beliau mengatakan bahwa kedua kitab ini baru dibeli di Madinah saat beliau pergi umrah. Kedua kitab itu diserahkan pada kami untuk di copy, akhirnya kami pun pamitan setelah menerima kedua kitab tersebut.
Waauh…betapa girangnya hati saya mendapat kitab yang selama ini saya cari tuk mengurai pertanyaan-pertanyaan yang mengganjal seputar dunia lain. tanpa kenal waktu saya pun membacanya dan mencatat hal-hal penting yang terdapat dalam kitab tersebut, seperti pandangan ulama mengenai bolehnya tidaknya beristrikan jin, keterlibatan bangsa jin melakukan pembunuhan terhadap sahabat nabi yang kencing berdiri dsb.
Akaamul Marjan Fii Ahkamil Jaan adalah buah karya dari ulama Sunni yang bernama Syekh Al Imam Al allamah Badaruddin Abdullah Muhammad bin Abdillah Assyibla. Kitab ini mengupas mulai A sampai z masalah seputar yang tak kasat mata, kalau saya boleh bilang kitab ini termasuk Ensiklopedi Jin yang terlengkap.
Lagi asyik – asyiknya membaca, tak terasa sudah masuk ke Bab 77, Judul bab tersebut kalau diartikan kedalam bahasa Indonesia adalah “Ratapan bangsa Jin atas kematian Husain bin Ali R. A. ”awalnya saya tak terlalu menggubris bab ini seperti membaca lalu saja. Tapi entah kenapa suara dalam hati menyuruh saya membacanya berulang-ulang. Berkali-kali saya tepis tapi suara dalam diri saya semakin kuat. Misteri apa dibalik ratapan mereka?
Saya pun mencoba mengumpulkan literatur mengenai peristiwa karbala, saya mengkajinya secara mendalam dari beragam kitab-kitab maupun buku-buku berbahasa Indonesia. Tak terasa bulir-bulir air mata ini tak mampu lagi membendung tangisan seorang ahmaq. Saya benar-benar seperti baru belajar kembali tentang agama islam dari awal. Dari sinilah saya mulai melakukan petualangan mencari kebenaran. Ratapan mereka telah meluluh lantakkan kesombongan saya yang merasa paling benar.
Kalau dunia ini ikut bersedih, Rasulullah menangisi cucundanya tersayang dan bangsa jin ikut meratapi pembantaian yang paling tersadis dalam sejarah, kenapa kamu yang mengaku ummatnya Nabi Muhammad tak sedikitpun punya rasa empati sama sekali, apa hatimu tercipta dari batu karang ?kamu bersuka cita dikala alam dan seisinya berduka cita, oh…. . betapa celakanya kamu. Tidakkah hatimu bertanya-tanya mengapa terjadi hujan darah, matahari berwarna darah, dunia gelap gulita selama 3 hari pasca pembantaian , apa semua ini hanya fiksi belaka?pertanyaan-pertanyaan inilah yang memberondong dalam diri saya, saya tersungkur diatas sajadah dan menangisi ketolololan saya selama ini.

KULLU YAUMIN ASYURA KULLU ARDIN KARBALA.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar