Sebuah Perspektif Muhsin Labib.
Sangka baik memperbaiki diri. Sangka buruk
memperburuk diri.
Berikhtiar adalah salah satu bukti sangka baik
kepada manusia. Berdoa adalah salah satu bukti sangka baik kepada Tuhan.
Sangka baik mengurangi lawan. Sangka buruk
mengurangi kawan. Sangka baik menuai apresiasi. Sangka buruk mengundang
klarifikasi.
Menyangka orang lain bersangka buruk terhadapnya
adalah sangka buruk ganda.
Yang
jadi korban kekerasan ditampilkan sebagai pelakunya. Bagi mereka, korban lebih
buruk dari babi, jadi apapun yang dilakukan sah bahkan berpahala.
Sedemikian
intensif dan masif propaganda pengkafiran, hingga orang terpelajar yang
mestinya rasional melahap habis semua fitnah. Ironis!
Karena
sudah melahap habis semua berita manipulatif tentang mereka, para pengkafir dan
pensesat yang semula sangat sopan menjadi kasar dan sarkastis.
Dulu,
dimana saja, masjid adalah rumah bagi siapa saja. Sekarang mencari tempat
terpencil untuk shalat karena mesjid bukan tempat bagi yang “kafir” yang
shalat. Tragis!
Sedemikian
intensifnya penggambaran manipulatif tentang Syi’ah hingga tidak ada yang
merasa perlu mengklarifikasi atau mempertanyakan motif utamanya.
Sedemikian
masif pensesatan terhadap Syi’ah hingga orang-orang yang tahu secara jelas
fakta sebenarnya tentang Syi’ah pun ikut-ikutan mensesatkannya depan publik.
Sedemikian
intensifnya pensesatan dan terlihatnya “restu publik” hingga mengundang empati
non Muslim. Saat itu pula “pengkafiran” makin gencar.
Sebagian
yang mensesatkan tahu bahwa Hamas yang sunni didukung Iran yang Syi’ah, tapi
karena yang tidak ikut mensesatkan akan disesatkan, mereka pun ikut.
Jangan
tanya soal karir orang yang dikenal Syi’ah Buka warteg pun takkan laku. Lebih
aman ngaku ateis dan agnostik ketimbang dikenal Syi’ah di sini.
Seseorang
tanya, pak kapan jadi profesor? Aku jawab, boro-boro jadi prof, jadi doktor aja
gak berguna bagi orang “sesat” dan “kafir abis”.
Susah
menghadapi pensesatan dan pengafiran kalau penggeraknya negeri petrodolar yang
memperlakukan tenaga kerja wanita negeri Muslim sebagai budak.
Sekelompok
mengkafirkan. Sebagian mensesatkan. Yang lain malah menyerang. Penguasa
“mingkem”. Sisanya awam yang terpengaruh. Welcome to the jungle!
Tragis tapi nyata! Yang jadi korban kekerasan ditampilkan sebagai
pelakunya. Bagi mereka, kelompok ini lebih buruk dari babi. Jadi aksi apapun
terhadap si kafir sah brpahala.
Silakan
rampas ketenangan kami, orang-orang yang sudah terstigma SESAT DAN LEBIH KAFIR
DARI ZIONIS tapi biarkan anak-anak kami bergaul dan tak dicemooh sesat!
Awam terpengaruh sekte horor spesialis pembid’ah
maulid, pensyirik ziarah, pensesat Sunni dan pengkafir Syi’ah ini hanya karena
di pusatnya ada Ka’bah
Tetangga-tetangga terhormat. Silakan kucilkan
kami karena dianggap sesat bahkan lebih kafir dari zionis tapi biarkan
anak-anak kami tenang dan tak dicemooh sesat!
Singkatnya, ambil soranga buatmu. Atau sekalian
borong semua semesta untuk kalian. Kalau kurang, silakan ambil Tuhan untuk
kalian saja!
Disini bila tidak mmuji seseorang yang dipuji
banyak orang, dianggap pembenci. Disini
bila tak memalingkan orang yang dituduh maling banyak orang, dianggap maling.
Heboh
soal artis pake handuk lari dari gempa, tapi tuli, buta dan bisu soal kezaliman
masif brkedok tablig terhadap segelintir Muslim dari Jakarta sampai Papua.
Dengan
intoleransi yang dianggap sebagai kesalehan, belum bisa dianggap sudah
berbangsa. Ini mungkin lebih mirip kumpulan orang-orang tanpa sadar jadi korban
adu domba.
Perbuatan
buruk dihitung dari perbuatannya. Perbuatan baik dihitung mulai dari niatnya.