Sabtu, 22 Oktober 2016

10 Muharram, Syahid Keluarga Nabi

(Oleh: Emha Ainun Najib)

Sesudah dibantai dengan jenis kekejaman yang sukar dicari tandingannya dalam peradaban umat manusia, penggalan kepala suci Sayyidina Husein bin Ali -cucu Nabi Suci SAW- diarak, diseret dengan kuda sampai sejauh 1.300 kilometer. Wallahua'lam. Ada yang bilang dibawa ke Mesir, yang lain bilang ke Syiria. Orang yang mencintai beliau bisakah menangis hanya dengan mengucurkan air mata dan bukan darah? Jutaan pecintanya memukul-mukul dada mereka agar terasa derita itu hingga ke jantung dan menggelegak ke lubuk jiwa.
Keperihan maut Husein itulah yang menjadi sumber kebesaran jamaah Syi'i di dunia. Duka yang mendalam atas apa yang dialami cucu Nabi itulah yang membuat kaum Syiah menyerahkan hatinya dengan sangat penuh perasaan kepada komitment ahlulbait, keluarga Nabi. Sementara di pusat Islam sendiri, Arab Saudi yang didirikan oleh koalisi keraton Arab Saudi dengan ulama Wahabi, konsentrasi emosional terhadap Ahlulbait sangat dicurigai sebagai gejala syirik yang melahirkan berbagai jenis bid'ah.
Kepemimpinan dan keummatan dalam Syiah merupakan kohesi horizontal-vertikal yang sangat berbeda vitalitasnya dibandingkan dengan tradisi kaum Sunni. Kaum Sunni menyebut Abu Bakar, Umar dan Usman dulu sebelum Ali. Bahkan tidak secara spesifik menyebut Hasan dan Husein. Orang Syi'i jengkel karena menurut versi sejarah mereka, tatkala Nabi Muhammad SAW wafat, yang menguburkan hanya keluarga Ali, sahabat terdekat dan seorang pekerja pekuburan. Sementara Abu Bakar, Umar dan sahabat Anshor sibuk di Tsaqifah Bani Saidah (balairung, pendopo KPU) yang memproses siapa pemimpin pengganti Nabi, tanpa mempedulikan jenazah Nabi SAW. Jenazah Nabi terlantar sampai 3 hari.
Bahkan ketika tengah malam usai penguburan, sejumlah rombongan dipimpin Umar menggedor rumah Ali bin Abi Thalib untuk memaksa menantu Nabi itu menandatangani pengesahan pengangkatan Abu Bakar sebagai khalifah pertama. Memang tidak banyak yang menderita seperti Rasulullah Muhammad Saw: jenazah belum diurus, orang-orang yang sangat dicintainya sudah sibuk memperebutkan jabatan.
Makhluk diciptakan Allah berupa cahaya, namanya Nur Muhammad meskipun secara biologis ia dilahirkan 600 tahun sesudah Isa/Yesus namun semasa hidupnya ia menjahit sendiri baju robeknya, mengganjal perut laparnya dengan batu di balik pinggangnya. Tak ada kemewahan apapun melekat padanya. Bahkan ia tak sanggup menolong Fatimah, putrinya, yang beberapa hari telanjang dalam selimut di kamar karena pakaiannya dijual Ali, suaminya, untuk bisa makan.
Muhammad dan keluarganya sangat dicintai dengan gelegak rasa perih, karena derita. Ia pun memilih karakter "abdan nabiyya" (nabi yang rakyat jelata), dan menolak ditawari "mulkan nabiyya" (nabi yang raja diraja). Allah menawarinya jabatan raja agung dengan kekayaan berupa gunung emas yang ternyata memang sudah disediakan oleh-Nya, di wilayah Madinah dan Mekkah, yang hari ini menjadi cadangan kekayaan Arab Saudi, di samping tambang minyak Yaman yang hari ini bisa menjadi sumber konflik antara kedua negara. Sebab jika Yaman menguasai sumber minyak itu, karena daerah geografisnya lebih rendah, maka minyak Saudi di perut bumi akan diserap olehnya. Wallahua'lam.
Dalam hal maut (kematian), mestinya kaum Syi'ah lebih memiliki etos dan kesadaran spesifik, karena riwayat Ali, Fatimah, Hasan dan Husein yang mereka tokohkan. Maut dan Husein adalah sumber tenaga sejarah. Kematian Husein bukan balak atau tragedi, melainkan kebanggaan yang melahirkan kesadaran baru mengenai ideologi "jihad" dan "syahid".
Jihad adalah persembahan total diri seseorang kepada kepentingan Allah melalui kebenaran yang diyakini. Jihad membuat dunia menjadi kecil, remeh dan tidak penting. Jika seseorang sudah terpojok, bedil musuh di depan dan kiri-kanannya, sementara kebuntuan di belakangnya, maka jiwa jihad menjadi menggelegak. Keterpojokan membuatnya bersyukur karena dunia, hedonisme, kemewahan, dan segala hiasannya sudah tidak punya makna lagi. Tinggal satu: Allah.
Sesungguhnya George Bush, sahabat utama Saudi sedang berkata kepada monarkhi Arab Saudi bahwa minyak di Saudi bukanlah milik Raja Saudi beserta para Amir dan keluarga serta keluarga kerajaan. Bersiaplah pada suatu hari nanti wacana itu akan diaplikasikan. Sejak 1980, Arab mengizinkan tanahnya menjadi salah satu pijakan kekuatan militer Amerika Serikat. Kerajaan mendapat jaminan bahwa keluarganya tak akan diutik-utik. Silakan ambil Irak, Suriah atau manapun, asal keluarga Saudi tak diganggu. Kalau perlu Mekkah dan Madinah dikuasai, asalkan kerajaan selamat. Tetapi siapakah yang menjamin keselamatan eksistensi keraton Saudi tanpa ia sendiri membangun kekuatan di dalam dirinya?.
Hasan Husen, demikian masyarakat santri tradisional Jawa menyebut nama kedua cucu Nabi itu, tak kalah menderitanya. Mereka tak hanya dicacah-cacah tubuhnya dan dipenggal kepalanya. Mereka bahkan dirudal, dibom, dimusnahkan, diinjak-ijak harga diri kemanusiaan dan martabat kebangsaannya, bahkan dirampok hartanya secara terang-terangan.
==
Lihatlah koalisi Dajjal Amerika, Turki, Israel, Monarki Saudi, monarki Qatar, Bahrain, UEA mengacak-acak Islam Timur Tengah dan Afrika Utara. Di Yaman, Suriah, Iraq dimana banyak tinggal keturunan Nabi Suci –disebut Alawiy-, tanah-tanah mereka dirampas, diduduki, diserang dengan dalih politis. Mereka ciptakan dan membackup gerombolan Al Qaeda, FSA, Jabhatun Nusro dan kelompok-kelompok teroris lainnya serta memfasilitasi perbatasan negara mereka untuk memasukkan para pengacau ini. Dengan alasan inilah koalisi Dajjal tersebut –dengan restu Dewan Keamanan PBB dan alasan keamanan- dapat dengan mudah memporak porandakan Timur Tengah, menyedot minyaknya, gas buminya dan utamanya ingin membumi hanguskan peninggalan-peninggalan sejarah Islam di muka bumi, sebagaimana datangnya bangsa Eropa ke Nusantara untuk menghancurkan peninggalan para Waliyullah yang mayoritas keturunan Ali bin Abi Thalib, menantu Nabi (Alawiy).
Sebagai manusia yang lahir di Nusantara, seharusnya ummat Islam malu pada Kaum Syi’ah di Iran, Iraq, Lebanon, Suriah dan Yaman yang bahu membahu menghadang laju koalisi Dajjal laknatullahu alaihim ajma’in.
Sekarang kita jadi tahu, bahwa Dunia ini ada dua kutub: Kutub Husein (Kebenaran Islam) dan Kutub Dajjal (Setan Kegelapan, Kaum Penyembah Berhala/ Pagan). Kutub Husein alaihissalam dibela oleh mereka yang mata hatinya bersih, mewakili bangsa-bangsa tertindas, lemah (mustadhafiin). Mahatma Gandhi mengambil pelajaran dari Tragedi Husein di Karbala bagaimana melawan penjajah Inggris. Ho Chi Min Vietnam, Soekarno, Mao Tse Tung China, Che Guevara Kuba, dan pemimpin negara-negara tertindas lainnya bangkit dengan inspirasi Karbala. Bahkan Joseph Stalin, diktator Uni Sovyet –pembantai 26 juta warganya melalui perang dan penyiksaan- pernah mengingatkan bahaya Karbala/ Asyuro bagi para Dajjal dan Tiran Penindas.
==
Dengan peristiwa Asyuro ini, kita jadi tahu, kebenaran Sabda Kanjeng Nabi bahwa *Al Husain Misbahul Huda wa Safinatun Najah* (Husain itu Lentera Cahaya agama dan Perahu Keselamatan”). Nabi mengisyaratkan agar ummat Islam beragama seperti keluarga Nabi. Mengikuti Kitabullah Al Quran dan Bimbingan Hidup Keluarga Nabi (yaitu para Imam/ Wali). Mereka yang tidak naik perahu Al Husain akan tenggelam dalam kesesatan. Mereka yang tidak ber-Wali pada keluarga Nabi akan tersesat di jalan kehidupan.
Jadi tahu, siapakah yang ingin agar sejarah Islam ditutup dan tak dibaca oleh ummat Islam? Siapakah yang ingin agar Al-Quran dan Keluarga Nabi Suci dilupakan?
Jadi tahu, kenapa pembunuhan-pembunuhan ini demikian terencana dan massif menimpa:

Imam Ali bin Abi Thalib dibunuh di 17 Romadhon (turunnya Lailatul Qodar),
Anaknya Ali, Imam Hasan bin Ali diracun,
Anaknya Ali, Imam Husein bin Ali dibantai di Karbala (10 Muharram)
Anaknya Husein bernama Imam Ali Zainal Abidin Buyut nya nabi, dibunuh,
Anaknya Ali bernama Imam Muhammad bin Ali Zainal Abidin juga dibunuh.
Anaknya Muhammad, Imam Jakfar Shodiq bin Muhammad juga dibunuh.
Anaknya Jakfar bernama Imam Musa Al Kadzim bin  Jakfar Shodiq dibunuh,
Anaknya Musa bernama Imam Ali ar Ridho bin Musa dibunuh,
Anaknya Ali Ridho bernama Imam Muhammad bin Ali ar Ridho dibunuh,
Anaknya Muhammad bernama Imam Ali Hadi bin Muhammad dibunuh,
Anaknya Ali Hadi bernama Imam Hasan al Asykari bin Ali Hadi dibunuh.
Jadi tahu, kenapa Imam Muhammad bin Hasan al Asykari (atau Imam al Mahdi as -semoga Allah mempercepat kemunculannya) diselamatkan dari *pembunuhan terencana dan berantai* ini. Beliau dighaibkan dari pandangan manusia, yang kelak akan muncul (dhuhur) ke dunia bersama Isa bin Maryam as.
Jadi tahu, siapa kawan siapa lawan? Jadi tahu, kenapa Ahlusunnah dan Syiah/ Ahlul Bait harus menggalang persatuan melawan koalisi Dajjal dan bonek-boneka nya (kelompok Wahabi / Salafi, anak-anak muda berjenggot- celana cingkrang- jidat gosong) bayaran Arab Saudi?
Jadi tahu kenapa bulan Suro, ummat Islam dilarang merayakan pesta pernikahan, perayaan kegembiraan dan sejenisnya?
 Matur nuwun lah kepada orangtua kita yang menyekolahkan kita sehingga bisa membaca tulisan ini. Terima kasih atas ijin mereka kita bisa membaca Al Qur’an, sejarah Islam, perjuangan Waliyyul Akbar (Imam Ali), para Wali keturunannya dan para Wali yang tersebar di dunia dan juga di tanah Nusantara.
Terima kasih kepada orangtua menyekolahkan kita sehingga kita sekarang bisa urut dalam berfikir, menghubung-hubungkan dan membuat gambar utuh wajah sejarah agama Islam ini.
Dengan menangisi kesyahidan Husein cucunda Nabi di 10 Muharram ini, *semoga air mata kita menjadi penebus dosa-dosa orangtua kita di alam barzah, meringankan hisab di Hari Pembalasan, dan menjadi Syafaat Nabi kepada mereka lantaran anak-anak mereka telah menemukan “setitik kebenaran” atas tragedi Asyuro ini.*
Dengan berduka di hari ini, semoga manusia-manusia suci pilihan Allah ini memberikan syafaat mereka kepada orangtua kita, pada kita dan keluarga kita nanti. Menolong beban dosa-dosa kita di alam kegelapan barzah nanti, memberi cahaya dan kesenangan di alam penantian,…

Allohummaghfirliy dzunubiy wa li walidayya wa lil mukminin wal mukminat wal muslimin wal muslimat fi masyariqin ardhi wa maghoribiha,  al ahyaai minhum wal amwat ila yaumul hisab.
Ilahi ya Robb…
==
Baginda Rosulullah SAW berkata:
"Aku heran pada suatu kaum, apabila diceritakan kepada mereka tentang Ibrahim serta keluarganya, tentang keluarga 'imran, keluarga musa dan para nabi yang lain mereka berdecak kagum, tapi bila diceritakan tentang keluargaku (Ali, Fatimah, Hasan dan Husain) hati mereka gelisah dan menolak,
Demi Allah jika seorang datang kepada Allah dengan membawa amalan 70.000 nabi sedang mereka tidak mencintaiku dan keluargaku, Allah tidak akan menerimanya.” 
==

Karbala bukanlah sebuah peristiwa sejarah yang berhenti pada 10 Muharram 61 H (680 M), tetapi merupakan titik balik yang sangat penting bagi aqidah Islam yang agung. Yang dilakukan Imam Husain as di Karbala adalah revolusi tauhid, yakni revolusi yang gugusannya dimulai oleh nabi Ibrahim as, diletakkan dan ditata secara sempurna oleh Nabi Muhammad SAWW, dipertahankan hidup oleh Imam Husain as dan berakhir pada Imam Mahdi (Muhammad bin Hasan al asykari as, kelak).
Siapa yang tak kenal Aba Abdillah (Husain cucunda Nabi)
Kisahnya melegenda tak pernah pudar
Madrasah terbaik sepanjang zaman
Tersaji tragis di sepuluh Muharram

Tak ada bulan se-tragis Muharram
Hingga suka cita pun dilarang
Bulan duka yang amat bernilai
Bagi perindu kebenaran dan keadilan

Mereka pikir ini kisah khayalan
Yang tergores dalam peradaban
Tinta sejarah terekam zaman
Di tanah KARBALA terjadi pembantaian

Wahai para pecinta keadilan
Lihatlah aba abdillah mengajari kalian
Darah dan air mata menjadi tebusan
Demi tegaknya kebenaran



Sabtu, 08 Oktober 2016

Dan Ratapan Itu Akhirnya Mengantarku Untuk Mengenalmu Lebih Dalam.

Catatan menjelang Asyura

Bila mengingat kembali masa-masa kejahilan murakkab dulu, terkadang saya menangis sesenggukan dalam sujud. Betapa tidak, seandainya tak ada hidayah yang merengkuh saya dari lumpur kebodohan , mungkin saya sekarang berada di barisan kaum Nashibi, entah bergabung dengan ANNAS atau Team Pemburu Aliran Sesat atau apalah namanya.

Berawal dari rasa penasaran akan mahluk-mahluk astral, secara tak sengaja saya janjian dengan seorang kawan untuk sowanan di rumah Kyai saya yang baru balik dari umroh. Singkat kata, kami sudah sampai didepan kediaman beliau. Kami dipersilahkan masuk dan kami pun ngobrol bertiga diruang yang dikelilingi dengan kitab-kitab gundul dalam suasana penuh kekeluargaan.
Di sela-sela obrolan kami, saya bertanya pada beliau,
“Kaifa ra’yukum ‘anil mas alatil qoorin allazii yatba’ul insan ?-gimana menurut pak kyai tentang masalah qoorin yang sering mengikuti manusia ?”Tanya saya kepada beliau.
“kullu insaanin lahuu qoriin, fi Mishra ahyaanaan qoriinah bima’na zaujah. ”-setiap manusia memiliki pendamping dari bangsa jin, di Mesir terkadang orang mengartikan qoriinah dengan pendamping hidup” jawab beliau diiringi dengan tawa renyah.
Tiba-tiba beliau beranjak dari kursinya dan masuk keruang kamarnya. Tak berselang berapa lama beliau pun keluar dan menemui kami kembali. Di tangan beliau ada 2 kitab yang terlihat masih agak baru, yang pertama berjudul Intifa’ul Mautaa dan yang kedua berjudul Akaamul Marjan Fii Ahkamil Jaan. beliau mengatakan bahwa kedua kitab ini baru dibeli di Madinah saat beliau pergi umrah. Kedua kitab itu diserahkan pada kami untuk di copy, akhirnya kami pun pamitan setelah menerima kedua kitab tersebut.
Waauh…betapa girangnya hati saya mendapat kitab yang selama ini saya cari tuk mengurai pertanyaan-pertanyaan yang mengganjal seputar dunia lain. tanpa kenal waktu saya pun membacanya dan mencatat hal-hal penting yang terdapat dalam kitab tersebut, seperti pandangan ulama mengenai bolehnya tidaknya beristrikan jin, keterlibatan bangsa jin melakukan pembunuhan terhadap sahabat nabi yang kencing berdiri dsb.
Akaamul Marjan Fii Ahkamil Jaan adalah buah karya dari ulama Sunni yang bernama Syekh Al Imam Al allamah Badaruddin Abdullah Muhammad bin Abdillah Assyibla. Kitab ini mengupas mulai A sampai z masalah seputar yang tak kasat mata, kalau saya boleh bilang kitab ini termasuk Ensiklopedi Jin yang terlengkap.
Lagi asyik – asyiknya membaca, tak terasa sudah masuk ke Bab 77, Judul bab tersebut kalau diartikan kedalam bahasa Indonesia adalah “Ratapan bangsa Jin atas kematian Husain bin Ali R. A. ”awalnya saya tak terlalu menggubris bab ini seperti membaca lalu saja. Tapi entah kenapa suara dalam hati menyuruh saya membacanya berulang-ulang. Berkali-kali saya tepis tapi suara dalam diri saya semakin kuat. Misteri apa dibalik ratapan mereka?
Saya pun mencoba mengumpulkan literatur mengenai peristiwa karbala, saya mengkajinya secara mendalam dari beragam kitab-kitab maupun buku-buku berbahasa Indonesia. Tak terasa bulir-bulir air mata ini tak mampu lagi membendung tangisan seorang ahmaq. Saya benar-benar seperti baru belajar kembali tentang agama islam dari awal. Dari sinilah saya mulai melakukan petualangan mencari kebenaran. Ratapan mereka telah meluluh lantakkan kesombongan saya yang merasa paling benar.
Kalau dunia ini ikut bersedih, Rasulullah menangisi cucundanya tersayang dan bangsa jin ikut meratapi pembantaian yang paling tersadis dalam sejarah, kenapa kamu yang mengaku ummatnya Nabi Muhammad tak sedikitpun punya rasa empati sama sekali, apa hatimu tercipta dari batu karang ?kamu bersuka cita dikala alam dan seisinya berduka cita, oh…. . betapa celakanya kamu. Tidakkah hatimu bertanya-tanya mengapa terjadi hujan darah, matahari berwarna darah, dunia gelap gulita selama 3 hari pasca pembantaian , apa semua ini hanya fiksi belaka?pertanyaan-pertanyaan inilah yang memberondong dalam diri saya, saya tersungkur diatas sajadah dan menangisi ketolololan saya selama ini.

KULLU YAUMIN ASYURA KULLU ARDIN KARBALA.


Bulan Muharram

Dialog seorang Habib, wali Allah dzuriyah Rasulullah saw, dalam satu majelis ta'lim ditanya seorang anak muda.

Pemuda :" Habib.. mohon ceritakan ttg Muharram kpd kami .."
Habib :" Baik.. sebelum saya menjelaskan ttg Muharram, apa yg kalian ketahui tentang nya..?"
Pemuda :" Tanggal 1 Muharam tahun baru Islam.. maka utk itu kami merayakan nya, hanya itu.."
Habib : " Hanya itu..? Apakah saat Rasulullah hijrah Islam tidak mengenal kalender..?"
Pemuda :" entahlah.. mohon pencerahannya bib.."
Habib :" Kalender dikenal manusia sama tuanya dgn umurnya.. jadi saat Rasulullah saw hijrah kalender sudah ada.. nama bulan, hari, tanggalan sudah ada.. Rasulullah memilih hijrah tanggal 1 Muharram.."
Pemuda :" benar bib..
Habib :" Kalian merayakan nya dengan gembira, karena Tanggal satu Muharram itu adalah tanggal ditetapkan nya kalender Hijriyah.. benar..?"
Pemuda :" Benar bib..
Habib :" Pertanyaan nya sekarang.. saat hijrah (berpindah tempat tinggal) tsb Rasulullah saw dan kaum muslimin dalam keadaan gembira atau bersedih..? Jika dalam keadaan gembira, Mengapa Rasulullah saw hijrah di malam hari dgn sembunyi² ..? Bukankan saat itu Rumah Rasulullah sedang dikepung para kepala suku kafirin Quraisy utk di bunuh dan sayidina Ali as disuruh Rasulullah saw utk menggantikannya di tempat tidurnya agar mereka terkecoh..?"
Pemuda :" Benar bib, demikian riwayat yg kami ketahui.."
Habib :" Jadi Rasulullah saw dan muslimin hijrah dgn perasaan sedih karena terusir dari kampung halamannya ‘kan..?
Lalu mengapa kalian merayakan nya dgn gembira..??"

Pemuda :" kami hanya faham itu tahun baru Hijriyah, makanya kami fikir kami pantas merayakan nya.."
Habib :" Kalian mengerti arti HARAM..?"
Pemuda :" ya bib.. terlarang atau suci.."
Habib :" Pahami ini ya:
MEKAH kota HARAM,
MADINAH kota HARAM,
bulan *Rajab, Dzulkaedah, Dzulhijjah dan Muharram* adalah bulan *HARAM*
HARAM dari apa..?

Haram dari perbuatan maksiat, di bulan² tsb bahkan kafirin Quraisy sebelum islam menghentikan perang ( mengadakan gencatan senjata )..
Pemuda :" Ya demikian yg kami ketahui bib..

HABIB :" Lalu kembali lagi.. mengapa kalian mengadakan pesta pora, pesta pernikahan putra-putri kalian, atau perayaan-perayaan dll di bulan yg ALLAH haramkan dan diperuntukkan untuk bertafakur ttg hikmah di bulan² tsb..? Bukankah ALLAH *bersumpah dgn MALAM YG SEPULUH..??*
Muharam bulan KESEDIHAN.. tanggal 1 Rasulullah saw & muslimin TERUSIR dari kampung halamannya.. dan tanggal 10 Muharram cucu beliau saw dan keluarganya yg disucikan ALLAH, DIBANTAI dgn kejam..
Sekarang beritahu saya.. atas alasan apa kalian bergembira di bulan KESEDIHAN itu..??"

Semoga Allah swt memberikan Taufik dan hidayah nya kpd kita semua..

==
MEMASUKI BULAN MUHARRAM
"Sesungguhnya bilangan bulan di sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram." (Q.S. At-Taubah:36)
Adapun semua ulama sepakat bahwa empat bulan yang dimaksud itu adalah Muharram, Rajab, Dzulhijjah dan Dzulkaidah.
Secara bahasa "Muharram" adalah "Haram atau Suci", yang dimaksud adalah diharamkannya berperang di bulan tersebut di zaman Jahiliyah. Pada dasarnya larangan tersebut dipegang teguh di Zaman jahiliyah, guna mengakhiri konflik yang berkepanjangan dan sekaligus berguna untuk menyerukan perdamaian.
Kaum atau Kabilah yang terlibat konflik pada bulan tersebut, melakukan genjatan senjata selama 4 bulan dan sekaligus akan tercipta ruang untuk berpikir demi berakhirnya konflik secara permanen.
Setelah datangnya Islam, pengharaman perang di bulan Muharram ditegaskan kembali.
Imam Ali ar-Ridha as meriwayatkan bahwa Rasulullah Saww mengerjakan shalat 2 rakaat di hari pertama bulan Muharram dan setelah salam, Beliau saww, mengangkat kedua tangannya dan membaca doa ini sebanyak 3 kali.
اللَّهُمَّ أَنْتَ الْإِلَهُ الْقَدِيمُ وَ هَذِهِ سَنَةٌ جَدِيدَةٌ فَأَسْأَلُكَ فِيهَا الْعِصْمَةَ مِنَ الشَّيْطَانِ وَ الْقُوَّةَ عَلَى هَذِهِ النَّفْسِ الْأَمَّارَةِ بِالسُّوءِ وَ الاشْتِغَالَ بِمَا يُقَرِّبُنِي إِلَيْكَ يَا كَرِيمُ يَا ذَا الْجَلالِ وَ الْإِكْرَامِ يَا عِمَادَ مَنْ لا عِمَادَ لَهُ يَا ذَخِيرَةَ مَنْ لا ذَخِيرَةَ لَهُ يَا حِرْزَ مَنْ لا حِرْزَ لَهُ يَا غِيَاثَ مَنْ لا غِيَاثَ لَهُ يَا سَنَدَ مَنْ لا سَنَدَ لَهُ يَا كَنْزَ مَنْ لا كَنْزَ لَهُ يَا حَسَنَ الْبَلاءِ يَا عَظِيمَ الرَّجَاءِ يَا عِزَّ الضُّعَفَاءِ يَا مُنْقِذَ الْغَرْقَى يَا مُنْجِيَ الْهَلْكَى يَا مُنْعِمُ يَا مُجْمِلُ يَا مُفْضِلُ يَا مُحْسِنُ،
"Ya Tuhan, Engkau adalah sembahan yang azali dan ini adalah tahun baru, aku memohon kepada-Mu keterjagaan dari syaitan dan nafsu yang selalu memerintahkan pada keburukan, dan sibukkanlah aku dengan hal-hal yang akan mendekatkanku kepada-Mu,
wahai pemilik keagungan dan kemuliaan,
wahai tempat bersandar bagi orang yang tidak memiliki sandaran,
wahai pemilik bekal bagi orang yang tidak memiliki bekal,
wahai pelindung bagi orang yang tidak memiliki tempat perlindungan,
wahai penolong bagi orang yang tidak memiliki penolong,
wahai pengayom bagi orang yang tidak memiliki tempat pengayom,
wahai mutiara bagi orang yang tidak memiliki mutiara,
wahai yang ujiannya indah,
wahai yang harapannya agung,
wahai pemberi kemuliaan bagi orang-orang lemah,
wahai penolong orang-orang yang tenggelam,
wahai penyelamat orang-orang yang hancur,
wahai pemberi nikmat,
wahai pemberi keindahan,
wahai pemberi keutamaan, dan
wahai pemberi kebaikan."

Imam Muhammad al-Baqir as berkata,
“Orang yang berpuasa di hari pertama bulan Muharram, Allah akan mengabulkan doanya, sebagaimana Dia menerima doa Zakariya.”
Dari Imam Ridha as juga diriwayatkan bahwa beliau kepada salah satu sahabatnya, “Rayyan bin Syabib” berkata,
“... sesungguhnya Muharram adalah bulan di mana bahkan orang-orang terdahulu dan mereka yang hidup sebelum Islam, tidak berbuat kezaliman dan pembunuhan di dalamnya karena menghormati bulan tersebut. Akan tetapi, umat ini bukan hanya tidak menghormati tradisi nenek moyang mereka dan juga kehormatan Rasulullah, namun tanpa ragu-ragu mereka membunuh keturunan Rasul saw di bulan ini dan menjadikan Ahlul Baitnya sebagai tawanan, merampas dan menjarah harta benda mereka, Tuhan tidak akan pernah memaafkan mereka selamanya.”
Benar, Muharram adalah bulan duka dan kesedihan para pengikut Ahlul Bait as untuk mengenang peristiwa syahidnya Imam Husein as. Pada hari ke sepuluh tahun 61 Hijriyah, seruan Imam Husein as dan para sahabatnya untuk menegakkan kebenaran tidak didengar oleh umat, dan mereka bahkan membunuh cucu Rasulullah Saw itu di Padang Karbala, Iraq. Dapat dikatakan bahwa misi utama Imam Husein as adalah untuk membimbing manusia kepada kebenaran, kejujuran, dan akhlak mulia yang memang serasi dengan tabiat manusia. Beliau ingin menghapus rintangan yang menutupi jalan untuk merealisasikan tujuan-tujuan tersebut. Hambatan terbesar yang dihadapi Imam Husein as adalah kekuasaan tiran Dinasti Umayyah (keturunan Abu Sofyan- musuh terbesar Nabi saw), yang merampas hak-hak masyarakat dan menistakan agama.


Kamis, 06 Oktober 2016

Bertemu Walisongo di Candi Prambanan dan Borobudur*)

Jika memakai ilmu perbandingan, bisa dibilang Candi Prambanan dan Candi Borobudur sebanding dengan Masjidil Haram. Hal itulah yang membuat saya makin kagum pada Walisongo.
Maksudnya begini, kalau ada "Masjidil Haram", berarti logikanya ada puluhan "masjid agung" kan? Kalau ada tempat ibadah Hindu-Buddha selevel "Masjidil Haram", berarti bukan tidak mungkin Indonesia zaman dahulu sudah dipenuhi ribuan "mushola" umat Hindu-Buddha.
Orang tidak mungkin bisa membuat sesuatu berskala besar tanpa bisa membuat sesuatu yang berskala kecil-kecil dulu.
Tentu kita jadi bisa membayangkan kalau umat beragama Hindu dan Buddha zaman dahulu adalah golongan mayoritas. Kalau umat beragama Hindu dan Buddha zaman dahulu sangat mendominasi, bagaimana bisa Walisongo membalik kondisi tersebut?
Kalau Anda belajar sejarah, Anda pasti makin heran dengan Walisongo. Silakan Anda baca dengan teliti isi buku Atlas Walisongo karya sejarawan Agus Sunyoto.
Menurut catatan Dinasti Tang China, pada waktu itu (abad ke-6 M), jumlah orang Islam di nusantara (Indonesia) hanya kisaran ribuan orang. Dengan klasifikasi yang beragama Islam hanya orang Arab, Persia, dan China. Para penduduk pribumi tidak ada yang mau memeluk agama Islam.
Bukti sejarah kedua, catatan Marco Polo singgah ke Indonesia pada tahun 1200-an M. Dalam catatannya, komposisi umat beragama di nusantara masih sama persis dengan catatan Dinasti Tang; penduduk lokal nusantara tetap tidak ada yang memeluk agama Islam.
Bukti sejarah ketiga, dalam catatan Laksamana Cheng Ho pada tahun 1433 M, tetap tercatat hanya orang asing yang memeluk agama Islam. Jadi, kalau kita kalkulasi ketiga catatan tersebut, sudah lebih dari 8 abad agama Islam tidak diterima penduduk pribumi. Agama Islam hanya dipeluk oleh orang asing.
Selang beberapa tahun setelah kedatangan Laksamana Cheng Ho, rombongan Sunan Ampel datang dari daerah Champa (Vietnam).
Beberapa dekade sejak hari kedatangan Sunan Ampel, terutamanya setelah dua anaknya tumbuh dewasa (Sunan Bonang dan Sunan Drajat) dan beberapa muridnya juga sudah tumbuh dewasa (misalnya Sunan Giri), maka dibentuklah suatu dewan yang bernama Walisongo. Misi utamanya adalah mengenalkan agama Islam ke penduduk pribumi.
Anehnya, sekali lagi anehnya, pada dua catatan para penjelajah dari Benua Eropa yang ditulis pada tahun 1515 M dan 1522 M, disebutkan bahwa bangsa nusantara adalah sebuah bangsa yang mayoritas memeluk agama Islam.
Para sejarawan dunia hingga kini masih bingung, kenapa dalam tempo tak sampai 50 tahun, Walisongo berhasil mengislamkan banyak sekali manusia nusantara.
Harap diingat zaman dahulu belum ada pesawat terbang dan telepon genggam. Jalanan kala itu pun tidak ada yang diaspal, apalagi ada motor atau mobil. Dari segi ruang maupun dari segi waktu, derajat kesukarannya luar biasa berat. Tantangan dakwah Walisongo luar biasa berat.
Para sejarawan dunia angkat tangan saat disuruh menerangkan bagaimana bisa Walisongo melakukan mission impossible: Membalikkan keadaan dalam waktu kurang dari 50 tahun, padahal sudah terbukti 800 tahun lebih bangsa nusantara selalu menolak agama Islam.
Para sejarawan dunia akhirnya bersepakat bahwa cara pendekatan dakwah melalui kebudayaanlah yang membuat Walisongo sukses besar.
Menurut saya pribadi, jawaban para sejarawan dunia memang betul, tapi masih kurang lengkap. Menurut saya pribadi, yang tentu masih bisa salah, pendekatan dakwah dengan kebudayaan cuma "bungkusnya", yang benar-benar bikin beda adalah "isi" dakwah Walisongo.
Walisongo menyebarkan agama Islam meniru persis "bungkus" dan "isi" yang dahulu dilakukan Rasulullah SAW. Benar-benar menjiplak mutlak metode dakwahnya kanjeng nabi. Pasalnya, kondisinya hampir serupa, Walisongo kala itu ibaratnya "satu-satunya".
Dahulu Nabi Muhammad SAW adalah satu-satunya orang yang berada di jalan yang benar. Istrinya sendiri, calon mantunya Ali bin Abi Thalib ra, dan sahabat-sahabat dan semua orang di muka Bumi waktu itu tersesat semua. Kanjeng nabi benar-benar the only one yang tidak sesat.
Tetapi, berkat ruh dakwah yang penuh kasih sayang, banyak orang akhirnya mau mengikuti agama baru yang dibawa kanjeng nabi. Dengan dilandasi perasaan yang tulus, Nabi Muhammad SAW amat sangat sabar menerangi orang-orang yang tersesat.
Meski kepala beliau dilumuri kotoran, meski wajah beliau diludahi, bahkan berkali-kali hendak dibunuh, kanjeng nabi selalu tersenyum memaafkan. Walisongo pun mencontoh akhlak kanjeng nabi sama persis. Walisongo berdakwah dengan penuh kasih sayang.
Pernah suatu hari ada penduduk desa bertanya hukumnya menaruh sesajen di suatu sudut rumah. Tanpa terkesan menggurui dan menunjukkan kesalahan, sunan tersebut berkata, "Boleh, malah sebaiknya jumlahnya 20 piring, tapi dimakan bersama para tetangga terdekat ya."
Pernah juga ada murid salah satu anggota Walisongo yang ragu pada konsep tauhid bertanya, "Tuhan kok jumlahnya satu? Apa nanti tidak kerepotan dan ada yang terlewat tidak diurus?"
Sunan yang ditanyai hal tersebut hanya tersenyum sejuk mendengarnya. Justru beliau minta ditemani murid tersebut menonton pagelaran wayang kulit.
Singkat cerita, sunan tersebut berkata pada muridnya, "Bagus ya cerita wayangnya..." Si murid pun menjawab penuh semangat tentang keseruan lakon wayang malam itu. "Oh iya, bagaimana menurutmu kalau dalangnya ada dua atau empat orang?" tanya sunan tersebut. Si murid langsung menjawab, "Justru lakon wayangnya bisa bubar. Dalang satu ambil wayang ini, dalang lain ambil wayang yang lain, bisa-bisa tabrakan."
Sang guru hanya tersenyum dan mengangguk-angguk mendengar jawaban polos tersebut. Seketika itu pula si murid beristighfar dan mengaku sudah paham konsep tauhid. Begitulah "isi" dakwah Walisongo; menjaga perasaan orang lain.
Pernah suatu hari ada salah satu anggota lain dari Walisongo mengumpulkan masyarakat. Sunan tersebut dengan sangat bijaksana menghimbau para muridnya untuk tidak menyembelih hewan sapi saat Idul Adha. Walaupun syariat Islam jelas menghalalkan, menjaga perasaan orang lain lebih diutamakan.
Di atas ilmu fikih, masih ada ilmu ushul fikih, dan di atasnya lagi masih ada ilmu tasawuf. Maksudnya, menghargai perasaan orang lain lebih diutamakan, daripada sekadar halal-haram. Kebaikan lebih utama daripada kebenaran.
Dengan bercanda, beliau berkomentar bahwa daging kerbau dan sapi sama saja, makan daging kerbau saja juga enak. Tidak perlu cari gara-gara dan cari benarnya sendiri, jika ada barang halal lain tapi lebih kecil mudharatnya.
Kemudian, ketika berbicara di depan khalayak umum, beliau menyampaikan bahwa agama Islam juga memuliakan hewan sapi. Sunan tersebut kemudian memberikan bukti bahwa kitab suci umat Islam ada yang namanya Surat Al-Baqarah (Sapi Betina).
Dengan nuansa kekeluargaan, sunan tersebut memetikkan beberapa ilmu hikmah dari surat tersebut, untuk dijadikan pegangan hidup siapapun yang mendengarnya.
Perlu diketahui, prilaku Walisongo seperti Nabi Muhammad SAW zaman dahulu, Walisongo tidak hanya menjadi guru orang-orang yang beragama Islam. Walisongo berakhlak baik pada siapa saja dan apapun agamanya.
Justru karena kelembutan dakwah sunan tersebut, masyarakat yang saat itu belum masuk Islam, justru gotong-royong membantu para murid beliau melaksanakan ibadah qurban.