(Oleh: Emha Ainun
Najib)
Sesudah dibantai
dengan jenis kekejaman yang sukar dicari tandingannya dalam peradaban umat manusia,
penggalan kepala suci Sayyidina Husein bin Ali -cucu Nabi Suci SAW- diarak,
diseret dengan kuda sampai sejauh 1.300 kilometer. Wallahua'lam. Ada yang bilang dibawa ke
Mesir, yang lain bilang ke Syiria. Orang yang mencintai beliau bisakah menangis
hanya dengan mengucurkan air mata dan bukan darah? Jutaan pecintanya
memukul-mukul dada mereka agar terasa derita itu hingga ke jantung dan
menggelegak ke lubuk jiwa.
Keperihan
maut Husein itulah yang menjadi sumber kebesaran jamaah Syi'i di dunia. Duka
yang mendalam atas apa yang dialami cucu Nabi itulah yang membuat kaum Syiah
menyerahkan hatinya dengan sangat penuh perasaan kepada komitment ahlulbait,
keluarga Nabi. Sementara di pusat Islam sendiri, Arab Saudi yang didirikan oleh
koalisi keraton Arab Saudi dengan ulama Wahabi, konsentrasi emosional terhadap Ahlulbait
sangat dicurigai sebagai gejala syirik yang melahirkan berbagai jenis bid'ah.
Kepemimpinan
dan keummatan dalam Syiah merupakan kohesi horizontal-vertikal yang sangat
berbeda vitalitasnya dibandingkan dengan tradisi kaum Sunni. Kaum Sunni
menyebut Abu Bakar, Umar dan Usman dulu sebelum Ali. Bahkan tidak secara
spesifik menyebut Hasan dan Husein. Orang Syi'i jengkel karena menurut versi
sejarah mereka, tatkala Nabi Muhammad SAW wafat, yang menguburkan hanya
keluarga Ali, sahabat terdekat dan seorang pekerja pekuburan. Sementara Abu
Bakar, Umar dan sahabat Anshor sibuk di Tsaqifah Bani Saidah (balairung,
pendopo KPU) yang memproses siapa pemimpin pengganti Nabi, tanpa mempedulikan
jenazah Nabi SAW. Jenazah Nabi terlantar sampai 3 hari.
Bahkan
ketika tengah malam usai penguburan, sejumlah rombongan dipimpin Umar menggedor
rumah Ali bin Abi Thalib untuk memaksa menantu Nabi itu menandatangani
pengesahan pengangkatan Abu Bakar sebagai khalifah pertama. Memang tidak banyak
yang menderita seperti Rasulullah Muhammad Saw: jenazah belum diurus, orang-orang
yang sangat dicintainya sudah sibuk memperebutkan jabatan.
Makhluk
diciptakan Allah berupa cahaya, namanya Nur Muhammad meskipun secara biologis
ia dilahirkan 600 tahun sesudah Isa/Yesus namun semasa hidupnya ia menjahit
sendiri baju robeknya, mengganjal perut laparnya dengan batu di balik
pinggangnya. Tak ada kemewahan apapun melekat padanya. Bahkan ia tak sanggup
menolong Fatimah, putrinya, yang beberapa hari telanjang dalam selimut di kamar
karena pakaiannya dijual Ali, suaminya, untuk bisa makan.
Muhammad dan keluarganya sangat dicintai dengan gelegak
rasa perih, karena derita. Ia pun memilih karakter "abdan nabiyya"
(nabi yang rakyat jelata), dan menolak ditawari "mulkan nabiyya"
(nabi yang raja diraja). Allah menawarinya jabatan raja agung dengan kekayaan
berupa gunung emas yang ternyata memang sudah disediakan oleh-Nya, di wilayah
Madinah dan Mekkah, yang hari ini menjadi cadangan kekayaan Arab Saudi, di
samping tambang minyak Yaman yang hari ini bisa menjadi sumber konflik antara
kedua negara. Sebab jika Yaman menguasai sumber minyak itu, karena daerah
geografisnya lebih rendah, maka minyak Saudi di perut bumi akan diserap
olehnya. Wallahua'lam.
Dalam hal maut (kematian), mestinya kaum Syi'ah lebih
memiliki etos dan kesadaran spesifik, karena riwayat Ali, Fatimah, Hasan dan
Husein yang mereka tokohkan. Maut
dan Husein adalah sumber tenaga sejarah. Kematian Husein bukan balak atau
tragedi, melainkan kebanggaan yang melahirkan kesadaran baru mengenai ideologi
"jihad" dan "syahid".
Jihad adalah persembahan total diri seseorang kepada kepentingan Allah melalui kebenaran yang diyakini. Jihad membuat dunia menjadi kecil, remeh dan tidak penting. Jika seseorang sudah terpojok, bedil musuh di depan dan kiri-kanannya, sementara kebuntuan di belakangnya, maka jiwa jihad menjadi menggelegak. Keterpojokan membuatnya bersyukur karena dunia, hedonisme, kemewahan, dan segala hiasannya sudah tidak punya makna lagi. Tinggal satu: Allah.
Jihad adalah persembahan total diri seseorang kepada kepentingan Allah melalui kebenaran yang diyakini. Jihad membuat dunia menjadi kecil, remeh dan tidak penting. Jika seseorang sudah terpojok, bedil musuh di depan dan kiri-kanannya, sementara kebuntuan di belakangnya, maka jiwa jihad menjadi menggelegak. Keterpojokan membuatnya bersyukur karena dunia, hedonisme, kemewahan, dan segala hiasannya sudah tidak punya makna lagi. Tinggal satu: Allah.
Sesungguhnya
George Bush, sahabat utama Saudi sedang berkata kepada monarkhi Arab Saudi
bahwa minyak di Saudi bukanlah milik Raja Saudi beserta para Amir dan keluarga
serta keluarga kerajaan. Bersiaplah pada suatu hari nanti wacana itu akan
diaplikasikan. Sejak 1980, Arab mengizinkan tanahnya menjadi salah satu pijakan
kekuatan militer Amerika Serikat. Kerajaan mendapat jaminan bahwa keluarganya
tak akan diutik-utik. Silakan ambil Irak, Suriah atau manapun, asal keluarga
Saudi tak diganggu. Kalau perlu Mekkah dan Madinah dikuasai, asalkan kerajaan
selamat. Tetapi siapakah yang menjamin keselamatan eksistensi keraton Saudi
tanpa ia sendiri membangun kekuatan di dalam dirinya?.
Hasan
Husen, demikian masyarakat santri tradisional Jawa menyebut nama kedua cucu
Nabi itu, tak kalah menderitanya. Mereka tak hanya dicacah-cacah tubuhnya dan
dipenggal kepalanya. Mereka bahkan dirudal, dibom, dimusnahkan, diinjak-ijak
harga diri kemanusiaan dan martabat kebangsaannya, bahkan dirampok hartanya
secara terang-terangan.
==
Lihatlah
koalisi Dajjal Amerika, Turki, Israel, Monarki Saudi, monarki Qatar, Bahrain, UEA
mengacak-acak Islam Timur Tengah dan Afrika Utara. Di Yaman, Suriah, Iraq
dimana banyak tinggal keturunan Nabi Suci –disebut Alawiy-, tanah-tanah mereka
dirampas, diduduki, diserang dengan dalih politis. Mereka ciptakan dan
membackup gerombolan Al Qaeda, FSA, Jabhatun Nusro dan kelompok-kelompok
teroris lainnya serta memfasilitasi perbatasan negara mereka untuk memasukkan
para pengacau ini. Dengan alasan inilah koalisi Dajjal tersebut –dengan restu
Dewan Keamanan PBB dan alasan keamanan- dapat dengan mudah memporak porandakan
Timur Tengah, menyedot minyaknya, gas buminya dan utamanya ingin membumi
hanguskan peninggalan-peninggalan sejarah Islam di muka bumi, sebagaimana
datangnya bangsa Eropa ke Nusantara untuk menghancurkan peninggalan para Waliyullah
yang mayoritas keturunan Ali bin Abi Thalib, menantu Nabi (Alawiy).
Sebagai
manusia yang lahir di Nusantara, seharusnya ummat Islam malu pada Kaum Syi’ah
di Iran, Iraq, Lebanon, Suriah dan Yaman yang bahu membahu menghadang laju
koalisi Dajjal laknatullahu alaihim ajma’in.
Sekarang
kita jadi tahu, bahwa Dunia ini ada dua kutub: Kutub Husein (Kebenaran Islam)
dan Kutub Dajjal (Setan Kegelapan, Kaum Penyembah Berhala/ Pagan). Kutub Husein
alaihissalam dibela oleh mereka yang mata hatinya bersih, mewakili
bangsa-bangsa tertindas, lemah (mustadhafiin). Mahatma Gandhi mengambil
pelajaran dari Tragedi Husein di Karbala bagaimana melawan penjajah Inggris. Ho
Chi Min Vietnam, Soekarno, Mao Tse Tung China, Che Guevara Kuba, dan pemimpin
negara-negara tertindas lainnya bangkit dengan inspirasi Karbala. Bahkan Joseph
Stalin, diktator Uni Sovyet –pembantai 26 juta warganya melalui perang dan
penyiksaan- pernah mengingatkan bahaya Karbala/ Asyuro bagi para Dajjal
dan Tiran Penindas.
==
Dengan
peristiwa Asyuro ini, kita jadi tahu, kebenaran Sabda Kanjeng Nabi bahwa *Al
Husain Misbahul Huda wa Safinatun Najah* (Husain
itu Lentera Cahaya agama dan Perahu Keselamatan”). Nabi mengisyaratkan agar
ummat Islam beragama seperti keluarga Nabi. Mengikuti Kitabullah Al Quran dan
Bimbingan Hidup Keluarga Nabi (yaitu para Imam/ Wali). Mereka yang tidak naik
perahu Al Husain akan tenggelam dalam kesesatan. Mereka yang tidak ber-Wali
pada keluarga Nabi akan tersesat di jalan kehidupan.
Jadi
tahu, siapakah yang ingin agar sejarah Islam ditutup dan tak dibaca oleh ummat
Islam? Siapakah yang ingin agar Al-Quran dan Keluarga Nabi Suci dilupakan?
Jadi
tahu, kenapa pembunuhan-pembunuhan ini demikian terencana dan massif menimpa:
Imam Ali bin Abi Thalib dibunuh di
17 Romadhon (turunnya Lailatul Qodar),
Anaknya Ali, Imam Hasan
bin Ali diracun,
Anaknya Ali, Imam Husein
bin Ali dibantai di Karbala (10 Muharram)
Anaknya Husein bernama
Imam Ali Zainal Abidin Buyut nya nabi, dibunuh,
Anaknya Ali bernama
Imam Muhammad bin Ali Zainal Abidin juga dibunuh.
Anaknya Muhammad, Imam
Jakfar Shodiq bin Muhammad juga dibunuh.
Anaknya Jakfar bernama
Imam Musa Al Kadzim bin Jakfar
Shodiq dibunuh,
Anaknya Musa bernama
Imam Ali ar Ridho bin Musa dibunuh,
Anaknya Ali Ridho bernama
Imam Muhammad bin Ali ar Ridho dibunuh,
Anaknya Muhammad bernama
Imam Ali Hadi bin Muhammad dibunuh,
Anaknya Ali Hadi bernama
Imam Hasan al Asykari bin Ali Hadi dibunuh.
Jadi tahu, kenapa Imam Muhammad bin Hasan al
Asykari (atau Imam al Mahdi as -semoga Allah mempercepat kemunculannya)
diselamatkan dari *pembunuhan
terencana dan berantai* ini. Beliau dighaibkan dari pandangan manusia,
yang kelak akan muncul (dhuhur) ke dunia bersama Isa bin Maryam as.
Jadi tahu, siapa kawan siapa lawan? Jadi tahu, kenapa Ahlusunnah dan Syiah/
Ahlul Bait harus menggalang persatuan melawan koalisi Dajjal dan
bonek-boneka nya (kelompok Wahabi / Salafi, anak-anak muda berjenggot- celana
cingkrang- jidat gosong) bayaran Arab Saudi?
Jadi
tahu kenapa bulan Suro, ummat Islam dilarang merayakan pesta pernikahan,
perayaan kegembiraan dan sejenisnya?
Matur
nuwun lah kepada orangtua
kita yang menyekolahkan kita sehingga bisa membaca tulisan ini. Terima kasih
atas ijin mereka kita bisa membaca Al Qur’an, sejarah Islam, perjuangan Waliyyul
Akbar (Imam Ali), para Wali keturunannya dan para Wali yang tersebar di dunia
dan juga di tanah Nusantara.
Terima
kasih kepada orangtua menyekolahkan kita sehingga kita sekarang bisa urut dalam
berfikir, menghubung-hubungkan dan membuat gambar utuh wajah sejarah agama
Islam ini.
Dengan
menangisi kesyahidan Husein cucunda Nabi di 10 Muharram ini, *semoga air
mata kita menjadi penebus dosa-dosa orangtua kita di alam barzah,
meringankan hisab di Hari Pembalasan, dan menjadi Syafaat Nabi kepada mereka
lantaran anak-anak mereka telah menemukan “setitik kebenaran” atas tragedi
Asyuro ini.*
Dengan
berduka di hari ini, semoga manusia-manusia suci pilihan Allah ini memberikan
syafaat mereka kepada orangtua kita, pada kita dan keluarga kita nanti.
Menolong beban dosa-dosa kita di alam kegelapan barzah nanti, memberi cahaya
dan kesenangan di alam penantian,…
Allohummaghfirliy dzunubiy wa li walidayya wa lil mukminin wal mukminat wal muslimin wal muslimat fi masyariqin ardhi wa maghoribiha, al ahyaai minhum wal amwat ila yaumul hisab.
Ilahi ya Robb…
Allohummaghfirliy dzunubiy wa li walidayya wa lil mukminin wal mukminat wal muslimin wal muslimat fi masyariqin ardhi wa maghoribiha, al ahyaai minhum wal amwat ila yaumul hisab.
Ilahi ya Robb…
==
Baginda Rosulullah
SAW berkata:
"Aku heran pada suatu kaum,
apabila diceritakan kepada mereka tentang Ibrahim serta keluarganya, tentang
keluarga 'imran, keluarga musa dan para nabi yang
lain mereka berdecak kagum, tapi bila diceritakan tentang keluargaku (Ali, Fatimah,
Hasan dan Husain) hati mereka gelisah dan menolak,Demi Allah jika seorang datang kepada Allah dengan membawa amalan 70.000 nabi sedang mereka tidak mencintaiku dan keluargaku, Allah tidak akan menerimanya.”
==
Karbala bukanlah sebuah
peristiwa sejarah yang berhenti pada 10 Muharram 61 H (680 M), tetapi merupakan
titik balik yang sangat penting bagi aqidah Islam yang agung. Yang dilakukan
Imam Husain as di Karbala adalah revolusi tauhid, yakni revolusi yang
gugusannya dimulai oleh nabi Ibrahim as, diletakkan dan ditata secara sempurna
oleh Nabi Muhammad SAWW, dipertahankan hidup oleh Imam Husain as dan berakhir
pada Imam Mahdi (Muhammad bin Hasan al asykari as, kelak).
Siapa yang tak kenal Aba Abdillah
(Husain cucunda Nabi)Kisahnya melegenda tak pernah pudar
Madrasah terbaik sepanjang zaman
Tersaji tragis di sepuluh Muharram
Tak ada bulan se-tragis Muharram
Hingga suka cita pun dilarang
Bulan duka yang amat bernilai
Bagi perindu kebenaran dan keadilan
Mereka pikir ini kisah khayalan
Yang tergores dalam peradaban
Tinta sejarah terekam zaman
Di tanah KARBALA terjadi pembantaian
Wahai para pecinta keadilan
Lihatlah aba abdillah mengajari kalian
Darah dan air mata menjadi tebusan
Demi tegaknya kebenaran