Mikirositik
Kudune sampeyan "takon langsung" karo Gusti Allah... pripun duh
Gusti alasan-nya? apa rahasianya? Lha kalau udah dapat jawabannya, sampeyan
bisa share oleh-oleh-e sampeyan tanya itu disini..
Berhubung sampeyan minta ini didiskusikan ya.. izinkan kami menjawab... tapi
jawaban "ngawur" iki lho..
Kita sadar, bahwa kita hanya bisa "meraba-raba" jawabannya.. sebab
"jawaban final" hanya milik-Nya.. di antara "jawab-jawaban
parsial" yang kita susun itu.. kita belajar..menguji, menjalaninya dan
menghikmahi untuk diri kita sendiri..
Sebatas pengetahuan kami... energi itu berlapis-lapis... berjenjang..
begitupun realitas.. atau entitas segala sesuatu.. berdimensi-dimensi...ada
levelnya debu.. level kulit.. level daging... darah.. raga.. level jiwa.. level
ruh.. dan Ruh-nya Ruh, dll.. kenapa dibuat seperti itu? Wallahu a'lam...
Mari kita tengok contoh yang agak mudah...
Tuhan menciptakan Padi, sampeyan ditugasi menanamnya, merawat agar panen,
selama proses itu, janganlah kita berfikir bahwa "kita menanam padi
sendiri". Ada beribu-ribu "makhluk" ciptaan Tuhan yang iku
membantu proses itu, dari mulai malaikat yang mengatur kapan hujan turun, angin
bertiup, mentari bersinar sejuk atau panas, cacing-cacing yang melata dan menggemburkan
tanah, hingga ular yang berpatroli menjaga "populasi" tikus yang bila
jumlahnya ribuan, bisa menggasak habis padi yang Anda tanam, dalam sekali
serang dimalam hari.
Padi menguning, Anda memanennya, lalu menjemurnya hingga kering, menggiling
ke gilingan padi, jadi beras.. Istri Anda menanak atau memasak nasi itu.. dan
terhidang di depan Anda.. Tuhan Maha Kuasa untuk menyuapkan nasi itu LANGSUNG
ke mulut Anda, dan semua makhluk hidup lain diantero jagad raya ini, berikut
makanan mereka masing-masing.. Tapi, karena saking Maha Kuasa-nya Tuhan,
sehingga Beliau tidak perlu "repot-repot" datang menyuapkan nasi itu
ke mulut Anda.. cukuplah "KUN".. sejak zaman azali.. dan efeknya
terjadi..terjadi..terjadi..terjadi... terus terjadi hingga hari ini..
Salah satu Efek "KUN" yang bisa Anda rasakan sendiri itu, itu
salah satunya adalah "adanya semacam percikan listrik" di pusat lapar
di hipotalamus otak Anda.. yang dengan percikan itu.. salah satu area motorik
di otak "memerintah" tangan Anda untuk menyendok nasi dan menyuapkan
kemulut Anda.. Anda kunyah, lalu telan... Subhanallah.. tidakkah Anda tergerak
untuk mengakui, "Innalaha 'alaa kulli syai-in qadir".. "Sungguh,
Allah Maha Berkuasa atas segala sesuatu"?
Maulana Jalaluddin Suyuti menuturkan dalam Tafsir Ad Dur al Mantsur, kisah Adam
yang bertawasul dengan orang-orang "yang nama mereka tergantung di
Arsy" dan berkat tawasul dengan "nama-nama" tersebut Adam
diampuni.. Silahkan Mas.. sampeyan cari sendiri.. siapakah "nama-nama"
yang tergantung di Arsy Tuhan itu.. kalau tidak salah, ada 5 nama. Konon,
nama-nama itu ditemukan juga, terukir pada potongan kayu bekas plakat kapal
nabi Nuh yang ditemukan oleh 7 orang tim ahli fosil dari Rusia dan Cina pada
Februari tahun 1954 di bukit Tendurek, Ararat sebelah timur Turki...
Pesannya:
Orang yang suka bertanya reflektif model seperti ini, lalu berusaha terus
mencari-cari jawabannya dengan ikhlas dan jujur, Insya Allah suatu saat ditiup
ubun-ubunya oleh si Joborolo 'alaihi salam dengan pengertian-pengertian yang
orisinal dan mendalam.
Selametan
Anak lahiran selametan,mau kitanan selametan,mau nikahan selametan,mau ulang
tahun,ganti nama,pindah rumah,mau masuk sekolah,kuliah,baru dapet kerja,mau
perjalanan jauh,habis beli rumah,kendaraan atau barang baru,,semua diselameti.
Selametan yg merupakan tradisi luhur warisan para sesepuh nusantara sbg
wujud rasa syukur dan doa kepada yg maha kuasa, sarana berbagi kebahagian dan
mempererat tali silaturahmi dgn sesama ,dgn tetangga dan sanak saudara.
Dengan selametan semoga bangsa kita selalu diberi keselamatan,keberkahan dan
dijauhkan dari segala macam bala bencana ,fitnah,perpecahan dan peperangan.
Mari kita masyarakatkan selametan yg mudah mudahan bisa menyelametkan
masyarakat...aamiin,aamiin ya rabbal 'alamin..
CUPLIKAN ROBOHNYA SURAU KAMI
Cuplikan karya sastra lawas sing judule Robohnya Surau Kami karya AA. Navis,
sing aku eruh ket mlebu SMA lewat tugas saka guru Bahasa Indonesia. Terus
akhire gak dadi tugas sing cepet dilalikno. Novel iki malah tak iling-iling
terus sampek saiki.
Pada suatu waktu, di akhirat Tuhan Allah memeriksa orang-orang yang sudah
berpulang. Para malaikat bertugas di samping-Nya. Di tangan mereka tergenggam
daftar dosa dan pahala manusia. Begitu banyak orang yang diperiksa. Maklumlah
dimana-mana ada perang. Dan di antara orang-orang yang diperiksa itu ada
seirang yang di dunia di namai Haji Saleh. Haji Saleh itu tersenyum-senyum
saja, karena ia sudah begitu yakin akan di masukkan ke dalam surga. Kedua
tangannya ditopangkan di pinggang sambil membusungkan dada dan menekurkan
kepala ke kuduk. Ketika dilihatnya orang-orang yang masuk neraka, bibirnya
menyunggingkan senyum ejekan. Dan ketika ia melihat orang yang masuk ke surga,
ia melambaikan tangannya, seolah hendak mengatakan ‘selamat ketemu nanti’. Bagai
tak habishabisnya orang yang berantri begitu panjangnya. Susut di muka,
bertambah yang di belakang. Dan Tuhan memeriksa dengan segala sifat-Nya.
Akhirnya sampailah giliran Haji Saleh. Sambil tersenyum bangga ia menyembah
Tuhan. Lalu
Tuhan mengajukan pertanyaan pertama.
‘Engkau?’
‘Aku Saleh. Tapi karena aku sudah ke Mekah, Haji Saleh namaku.’
‘Aku tidak tanya nama. Nama bagiku, tak perlu. Nama hanya buat engkau di
dunia.’
‘Ya, Tuhanku.’
‘apa kerjamu di dunia?’
‘Aku menyembah Engkau selalu, Tuhanku.’
‘Lain?’
‘Setiap hari, setiap malam. Bahkan setiap masa aku menyebut-nyebut nama-Mu.’
‘Lain.’
‘Ya, Tuhanku, tak ada pekerjaanku selain daripada beribadat menyembah-Mu,
menyebut-nyebut nama-Mu. Bahkan dalam kasih-Mu, ketika aku sakit, nama-Mu
menjadi buah bibirku juga. Dan aku selalu berdoa, mendoakan kemurahan hati-Mu
untuk menginsafkan umat-Mu.’
‘Lain?’
Haji Saleh tak dapat menjawab lagi. Ia telah menceritakan segala yang ia
kerjakan. Tapi ia insaf, pertanyaan Tuhan bukan asal bertanya saja, tentu ada
lagi yang belum di katakannya. Tapi menurut pendapatnya, ia telah menceritakan
segalanya. Ia tak tahu lagi apa yang harus dikatakannya. Ia termenung dan
menekurkan kepalanya. Api neraka tiba-tiba menghawakan kehangatannya ke tubuh
Haji Saleh. Dan ia menangis. Tapi setiap air matanya mengalir, diisap kering
oleh hawa panas neraka itu.
‘Lain lagi?’ tanya Tuhan.
‘Sudah hamba-Mu ceritakan semuanya, o, Tuhan yang Mahabesar, lagi Pengasih dan
Penyayang, Adil dan Mahatahu.’ Haji Saleh yang sudah kuyu mencobakan siasat
merendahkan diri dan memuji Tuhan dengan pengharapan semoga Tuhan bisa berbuat
lembut terhadapnya dan tidak salah tanya kepadanya.
Tapi Tuhan bertanya lagi: ‘Tak ada lagi?’
‘O, o, ooo, anu Tuhanku. Aku selalu membaca Kitab-Mu.’
‘Lain?’
‘Sudah kuceritakan semuanya, o, Tuhanku. Tapi kalau ada yang lupa aku katakan,
aku pun bersyukur karena Engkaulah Mahatahu.’
‘Sungguh tidak ada lagi yang kaukerjakan di dunia selain yang kauceritakan
tadi?’
‘Ya, itulah semuanya, Tuhanku.’
‘Masuk kamu.’
Dan malaikat dengan sigapnya menjewer Haji Saleh ke neraka. Haji Saleh tidak
mengerti kenapa ia di bawa ke neraka. Ia tak mengerti apa yang di kehendaki
Tuhan daripadanya dan ia percaya Tuhan tidak silap.
Alangkah tercengang Haji Saleh, karena di neraka itu banyak teman-temannya di
dunia terpanggang hangus, merintih kesakitan. Dan ia tambah tak mengerti dengan
keadaan dirinya, karena semua orang yang dilihatnya di neraka itu tak kurang
ibadatnya dari dia sendiri. Bahkan ada salah seorang yang telah sampai empat
belas kali ke Mekah dan bergelar syekh pula. Lalu Haji Saleh mendekati mereka,
dan bertanya kenapa mereka dinerakakan semuanya. Tapi sebagaimana Haji Saleh,
orang-orang itu pun, tak mengerti juga.
‘Bagaimana Tuhan kita ini?’ kata Haji Saleh kemudian, ‘Bukankah kita di
suruh-Nya taat beribadat, teguh beriman? Dan itu semua sudah kita kerjakan
selama hidup kita. Tapi kini kita dimasukkan-Nya ke neraka.’
‘Ya, kami juga heran. Tengoklah itu orang-orang senegeri dengan kita semua, dan
tak kurang ketaatannya beribadat,’ kata salah seorang diantaranya.
‘Ini sungguh tidak adil.’
‘Memang tidak adil,’ kata orang-orang itu mengulangi ucapan Haji Saleh.
‘Kalau begitu, kita harus minta kesaksian atas kesalahan kita.’
‘Kita harus mengingatkan Tuhan, kalau-kalau Ia silap memasukkan kita ke neraka ini.’
‘Benar. Benar. Benar.’ Sorakan yang lain membenarkan Haji Saleh.
‘Kalau Tuhan tak mau mengakui kesilapan-Nya, bagaimana?’ suatu suara melengking
di dalam kelompok orang banyak itu.
‘Kita protes. Kita resolusikan,’ kata Haji Saleh.
‘Apa kita revolusikan juga?’ tanya suara yang lain, yang rupanya di dunia
menjadi pemimpin gerakan revolusioner.
‘Itu tergantung kepada keadaan,’ kata Haji Saleh. ‘Yang penting sekarang, mari
kita berdemonstrasi menghadap Tuhan.’
‘Cocok sekali. Di dunia dulu dengan demonstrasi saja, banyak yang kita
perolah,’ sebuah suara menyela.
‘Setuju. Setuju. Setuju.’ Mereka bersorak beramai-ramai.
Lalu mereka berangkatlah bersama-sama menghadap Tuhan.
Dan Tuhan bertanya, ‘Kalian mau apa?’
Haji Saleh yang menjadi pemimpin dan juru bicara tampil ke depan. Dan dengan
suara yang menggeletar dan berirama rendah, ia memulai pidatonya: ‘O, Tuhan
kami yang Mahabesar. Kami yang menghadap-Mu ini adalah umat-Mu yang paling taat
beribadat, yang paling taat menyembahmu. Kamilah orang-orang yang selalu
menyebut nama-Mu, memuji-muji kebesaran- Mu,mempropagandakan keadilan-Mu, dan
lain-lainnya. Kitab-Mu kami hafal di luar kepala kami.Tak sesat sedikitpun kami
membacanya. Akan tetapi, Tuhanku yang Mahakuasa setelah kami Engkau panggil
kemari, Engkau memasukkan kami ke neraka. Maka sebelum terjadi hal-hal yang tak
diingini, maka di sini, atas nama orang-orang yang cinta pada-Mu, kami menuntut
agar hukuman yang Kaujatuhkan kepada kami ke surga sebagaimana yang Engkau
janjikan dalam Kitab-Mu.’
‘Kalian di dunia tinggal di mana?’ tanya Tuhan.
‘Kami ini adalah umat-Mu yang tinggal di Indonesia, Tuhanku.’
‘O, di negeri yang tanahnya subur itu?’
‘Ya, benarlah itu, Tuhanku.’
‘Tanahnya yang mahakaya raya, penuh oleh logam, minyak, dan berbagai bahan
tambang lainnya,
bukan?’
‘Benar. Benar. Benar. Tuhan kami. Itulah negeri kami.’ Mereka mulai menjawab
serentak. Karena fajar kegembiraan telah membayang di wajahnya kembali. Dan
yakinlah mereka sekarang, bahwa Tuhan telah silap menjatuhkan hukuman kepada
mereka itu.
‘Di negeri mana tanahnya begitu subur, sehingga tanaman tumbuh tanpa di tanam?’
‘Benar. Benar. Benar. Itulah negeri kami.’
‘Di negeri, di mana penduduknya sendiri melarat?’
‘Ya. Ya. Ya. Itulah dia negeri kami.’
‘Negeri yang lama diperbudak negeri lain?’
‘Ya, Tuhanku. Sungguh laknat penjajah itu, Tuhanku.’
‘Dan hasil tanahmu, mereka yang mengeruknya, dan diangkut ke negerinya, bukan?’
‘Benar, Tuhanku. Hingga kami tak mendapat apa-apa lagi. Sungguh laknat mereka
itu.’
‘Di negeri yang selalu kacau itu, hingga kamu dengan kamu selalu berkelahi,
sedang hasil tanahmu orang lain juga yang mengambilnya, bukan?’
‘Benar, Tuhanku. Tapi bagi kami soal harta benda itu kami tak mau tahu. Yang
penting bagi kami ialah menyembah dan memuji Engkau.’
‘Engkau rela tetap melarat, bukan?’
‘Benar. Kami rela sekali, Tuhanku.’
‘Karena keralaanmu itu, anak cucumu tetap juga melarat, bukan?’
‘Sungguhpun anak cucu kami itu melarat, tapi mereka semua pintar mengaji.
Kitab-Mu mereka hafal di luar kepala.’
‘Tapi seperti kamu juga, apa yang disebutnya tidak di masukkan ke hatinya,
bukan?’
‘Ada, Tuhanku.’
‘Kalau ada, kenapa engkau biarkan dirimu melarat, hingga anak cucumu teraniaya
semua. Sedang harta bendamu kaubiarkan orang lain mengambilnya untuk anak cucu
mereka. Dan engkau lebih suka berkelahi antara kamu sendiri, saling menipu,
saling memeras. Aku beri kau negeri yang kaya raya, tapi kau malas. Kau lebih
suka beribadat saja, karena beribadat tidak mengeluarkan peluh, tidak
membanting tulang. Sedang aku menyuruh engkau semuanya beramal kalau engkau
miskin. Engkau kira aku ini suka pujian, mabuk di sembah saja. Tidak. Kamu
semua mesti masuk neraka. hai, Malaikat, halaulah mereka ini kembali ke neraka.
Letakkan di keraknya!”
Pesannya:
Hmm, lek ancen wes kerjo montang-manting tapi mlarat yoweslah, Gusti Pengeran
ora sare. Cuman lek urip isine eker-ekeran perkoro agama... rebutan masjid lah,
rebutan klaim surgo lah, doyan nguntal hoax lah.. lha opo ra khawatir nek
nasibmu mbesuk tembe podo karo wong-wong sing dicerita-ake ndik duwur iku...???