Minggu, 13 November 2016

Tentang Haji, ANTIDOTUM DAJJALISME

Ihwal "Membangun Haromain" dalam diri kita.

Haromain adalah sebutan untuk dua kota suci umat Islam yang terletak di Saudi Arabia, yaitu Mekkah al-Mukarramah dan Madinah al-Munawwarah.
Dalam sebuah riwayat dari Anas r.a., Nabi Muhammad dikatakan pernah bersabda, “Tiada suatu negeripun melainkan akan diinjak oleh Dajjal, kecuali hanya Makkah dan Madinah yang tidak. Tiada suatu lorongpun dari lorong-lorong Makkah dan Madinah itu, melainkan di situ ada para malaikat yang berbaris rapat untuk melindunginya. Kemudian Dajjal itu turunlah di suatu tanah yang berpasir -di luar Madinah- lalu kota Madinah bergoncanglah sebanyak tiga goncangan dan dari goncangan-goncangan itu Allah akan mengeluarkan akan setiap orang kafir dan munafik.” (Riwayat Muslim)
Menurut sabda Kanjeng Nabi itu, Dajjal tidak akan bisa menginjakan kaki di Mekah al Mukarramah dan Madinah al Munawarah. Kenapa? Sebab - menurut hadits di atas - kedua tempat itu dijaga oleh para malaikat yang berbaris rapat melindunginya. Benarkah demikian? Ya benar... Dajjal sebagai entitas fisik atau "sosok jasmani" tidak dapat memasuki Mekah dan Madinah.
Dari hadits diatas diperoleh keterangan, Dajjal turun di suatu tempat yang berpasir - diluar Madinah - lalu kota madinah bergoncang sebanyak tiga kali, dan dari goncangan itu Allah akan mengeluarkan setiap orang kafir dan munafik. Dimanakah tempat berpasir di luar madinah itu? Apakah nubuwat itu sudah terjadi? kalau belum terjadi, kapankah kiranya akan terjadi? saya tinggalkan pertanyaan ini untuk Anda simpan atau sama-sama tunggu terjadinya kelak.
Tetapi lihatlah, meskipun secara fisik Dajjal tidak dapat menginjakkan kaki di Mekah dan Madinah, tetapi sebagai simbol dan ajaran boleh jadi sudah menyelusup hingga jantung kota kelahiran dan tempat hijrah Nabi itu. Lihatlah bagaimana simbol "mata satu" bertebaran di antero Makah.. tersebar sejak di pasar-pasar, hingga emblem kepolisian Saudi. Bahkan simbol tanduk Iblis sudah terpasang "diatas" Allah seperti terlihat pada Menara Abraj Al Bait di Mekah.
Ketika Dajjalisme ini timbul - dan sekarang sepertinya sedang berlangsung - apakah kita semua mesti "pindah" ke Mekah dan Madinah "agar aman" dari fitnah Dajjal itu? Sepertinya tidak mungkin ya.. Kalau tidak mungkin bagaimana solusinya?
Ada sebuah hadits yang menerangkan bahwa "Malaikat tidak akan masuk ke dalam suatu rumah dimana disitu ada anjingnya".
Apa maksudnya? Hadits itu dapat ditafsiri secara lahiriah atau batiniah, secara fikih atau tasawuf. Dari sisi fikih setiap bahan yang terkena jilat anjing dihukumi sebagai najis dan karenanya, untuk menjaga kesucian rumah dan pakaian yang dikenakan untuk shalat, tentu akan menimbulkan kesulitan bagi seseorang Muslim yang memelihara anjing di rumahnya.
Dari segi tasawuf, hadits itu boleh jadi semacam metafora atau simbol, bahwa malaikat tidak akan masuk ke hati seseorang bila di dalamnya masih ia pelihara anjing (atau setan) sebagai kawan dekatnya.
Kembali ke hadits diatas bahwa Hanya di "Haromain" lah Dajjal tidak bisa bersemayam.
Bila kita semua tidak mungkin untuk "pindah" ke Haromain "agar tidak terkena" fitnah Dajjal.. opsi lainnya adalah: bagaimana kita "memindahkan Haromain" itu ke dalam diri kita, atau membangunnya "haromain" secara bersama-sama keluarga kita, tetangga dan masyarakat kita. Bagaiamana cara "memindahkan" Haromain di dalam diri dan keluarga kita?
Sedulur-dulur pasti tahu, kedua tempat itu menjadi mulia karena disana ada: bait Allah (rumah Allah) di Mekah dan makam Nabi di Madinah. Nah, membangun Haromain di dalam diri kita itu adalah bagaimana mengisi hati dan akal kita dengan pemilik "bait Allah" dan penghuni "makam Rasul" itu. Membangun Haromain dalam diri kita itu dengan kata lain adalah bagaimana kita - dengan pertolongan Allah dan syafaat rasul-Nya - senantiasa menghadirkan Allah dan Rasul-Nya dalam keseluruhan hidup kita.
Usaha untuk terus meneruskan hadir dihadapan Allah dan Rasulullah yang bermakna dzikir terus menerus itu dilambangkan dalam sebuah gerak melingkar memutari Ka'bah sebanyak 7 kali yang dilakukan oleh jamaah haji dan dinamakan thawaf.
Perintah tentang thawaf ini difirmankan dalam Quran surat al Hajj ayat 29, "hendaklah mereka menghilangkan kotoran yang ada pada badan mereka dan hendaklah mereka menyempurnakan nazar-nazar mereka dan hendaklah mereka melakukan melakukan thawaf sekeliling rumah kuno itu (Baitullah)."
Secara lahiriah, rumah kuno yang dimaksud adalah Ka'bah di Mekah al Mukaromah. Secara ruhani - ujar kaum sufi sepanjang zaman - rumah kuno tempat Tuhan bersemayam (baitullah) itu ada di hati setiap manusia. Secara lahiriah, Anda bertalbiyah usai berniat ihram dan bertawaf di depan Ka'bah. Secara ruhani, Anda dapat berthawaf disekeliling rumah Tuhan itu setiap saat. Sepanjang waktu Anda dapat berseru seperti para jamaah haji berseru, "labbaika Allahuma labaik… labbaika Allahuma labaik… aku disini dihadapan-Mu, ya Allah.. aku di sini dihadapan-Mu, ya Allah.."
Kalau Anda rajin bertamu pada-Nya, suatu saat dari kedalaman sanubari, Anda akan mendengar, Tuhan menjawab seruan Anda, "Wahai hamba-Ku..ini Aku.. Alllah-Mu.. Aku-lah Majikanmu... Aku-lah Pengasuhmu.. Aku sangat dekat kepada diri-mu..kepada nyawa-mu.. kepada jiwa-mu.. marilah kemari.. disisi-Ku.. masuklah dalam perlindungan-Ku.. engkau aman bersama-Ku".
Itu barulah usaha individual, membangun "haromain" dalam diri sendiri. Bagaimana membangun keadaan itu dalam keluarga kita, atau untuk masyarakat yang lebih luas? Usaha bersama untuk terus dekat dengan Allah dan Rasulullah, terus menerus berbuat baik pada sesama makhluk Tuhan, dengan ikhlas dan bergembira, melingkar dan saling setor kasih sayang, itulah yang dikenal dengan Maiyah. Dalam bahasa yang sederhana, di forum-forum pengajian Maiyah, Cak Nun sering berpesan, "Wis tho Rek.. pokoknya, ayo bareng-bareng.. golek apik... ayo bareng-bareng.. gandolono klambine kanjeng Nabi... deket sama Allah... dekat-dekat sama Rasulullah..".
Itulah yang disebut konsep "sholawat cinta segitiga", itulah juga antidotum (penawar racun) dari Dajjalisme..
Sumber:
PAA / 35th/ JM via streaming / Pekanbaru..
PS: Tulisan di atas hanya sekedar "pendapat" atau "pemahaman" pribadi si penulis. Untuk mendapat informasi tentang Maiyah, bisa Anda peroleh di situs2 official maiyah.. atau lebih afdol-nya ikut melingkar di forum2 Maiyahan yang tersebar di antero Nusantara... Nuwun

MENCIUM KAMBING
= tentang cinta dan pembuktiannya =
KALAU cinta sudah membara, apa pun akan dilakukan. Sukamdi, buruh bangunan merangkap petani gurem, tak menolak ketika pacarnya, Warsini, 22, menyuruhnya mencium kambing betina.
Mulanya karena Warsini, yang bertubuh gendut, marah-marah. Sekitar akhir Agustus lalu, ceritanya, ia pulang ke desanya, Pasiraman, Ajibarang - sekitar 25 km dari Purwokerto - setelah setahun lebih menjadi pembantu rumah tangga di Jakarta.
Meski sudah rindu setengah mati, Sukamdi tak berani langsung menemuinya. Ia hanya menulis surat yang berbunyi, "Percayalah, Sayang. Tiada gadis lain yang kusayangi selain dirimu. Sungguh aku sangat mencintaimu, walaupun teman-temanku ada yang mengatakan bahwa kecantikanmu sama dengan wajah kambing yang dibedaki."
Tak dinyana, surat itu, yang dimaksudkan untuk meyakinkan bahwa cintanya tak tergoyahkan, justru membuat Warsini marah besar. Ia segera melabrak Sukamdi, yang rumahnya hanya berjarak sekitar 300 meter. "Kamu menghinaku, ya? Kalau betul-betul mencintaiku, besok kau harus mencium 10 kambing. Kalau tidak mau, hubungan kita putus sampai di sini."
Esok harinya, Sukamdi datang ke rumah sang pacar. Segera saja ia diajak ke lapangan, tempat kambing-kambing digembalakan. Sekali lagi, dengan garang, Warsini memerintah. Dengan perasaan jengkel tapi juga takut Warsini benar-benar akan memutuskan cintanya, Sukamdi menyerbu ke arah kerumunan kambmg.
Tiga ekor kambing betina, setelah dikejar kian kemari, akhirnya dapat ia ciumi masing-masing tiga kali, sesuai dengan perintah sang pacar. Setelah yakin bahwa cinta Sukamdi tidak main-main, Warsini memanggil pacarnya. "Bagaimana rasanya? Sama tidak dengan mencium saya?" katanya sambil tersenyum. Sukamdi membalasnya, "War.. kowe sakjane pingin melu ngambung wedus. Ning ora langsung, lewat bibire inyong".
Pesannya:
Jomblo-jomblo tahun 2016, jangan kalah dengan Pak Sukamdi, pendahulumu. Setiap orang yang punya cinta dan kasih sayang adalah pendekar dan pahlawan bagi kehidupan masa depan. Berjuanglah.. buktikanlah..!!!

Sumber cerita:
Indonesiana majalah tempo 6 Oktober 1984

Tidak ada komentar:

Posting Komentar