Senin, 14 November 2016

Doa al-Qodah



Published 12 Nov 2016 at 3:23 pm

Doa al-Qodah, berikut riwayatnya: 

Bersabda Rasulullah saaw : Di malam daku di Isro’kan ke langit, aku sempat melihat sebuah bejana cekung berwarna hijau yang menggantung tanpa penyangga dengan izin Allah SWT. Langit terang benderang dipenuhi cahaya yang membuatku tertegun menyaksikan pancaran cahaya dari benda itu. Saat diriku hadir di hadapan Junjunganku dan mendengar perkataannya, Ia pun berfirman kepadaku : “Duhai Muhammad, apakah engkau telah menyaksikan sebuah Qodah (bejana cekung berwarna hujau tadi)?”. Dirikupun menjawab: “Benar, duhai Tuhan Pemeliharaku”. Kemudian Ia kembali berfirman: “Duhai Muhammad, Ku ciptakan cahaya Qodah tersebut dari cahayamu dan Ku tuliskan kepadanya doa suci itu dengan kekuasaan-Ku”. Rasulullah saaw pun melanjutkan penuturannya: Ketika aku bertolak kembali dari sisi Allah SWT, datanglah malaikat Jibril as mendekatiku seraya bertanya kepadaku: “Duhai Rasulullah, apakah engkau telah menyaksikan sebuah Qodah?”. 
“Ya, benar”, jawabku. 
Jibril pun kembali bertanya kepadaku: “Apakah andapun telah menyaksikan pula doa yang ditulis didalamnya?”. Dan akupun menjawab: “Benar, duhai jibril saudaraku, oleh karenanya beritahukanlah kepadaku (apa yang engkau ketahui) tentang doa tersebut”. 
Jibril pun kemudian menjawab: “Duhai Rasulullah, sesungguhnya tiada yang mampu menghitung pahalanya, kecuali Allah SWT dan bahkan lidahpun tiada mampu menghitung berbagai keutamaannya”. 
Jibril pun melanjutkan kembali perkataannya: Duhai Rasulullah, kabar gembira bagi diri Anda dengan doa yang tertulis dalam Qodah itu (karena) : -Barang siapa yang terpenjara kemudian ia membacanya dengan niat yang tulus dan pengucapan yang benar, maka Allah akan melepaskannya. -Barang siapa yang membacanya dalam perjalanan, maka ia tidak akan merasa kelelahan, meskipun perjalanannya tersebut mencapai jarak hingga seribu farsakh (8,000 km). -Barang siapa yang membacanya pada orang yang sakit, kemudian ia mengusapkan tangannya diatas tubuh si penderita, maka Allah akan menyembuhkannya dengan izin-Nya. -Barang siapa yang tekun membacanya atau membawanya, maka kedudukan tinggi di sisi Allah bagi dirinya, meskipun ia orang yang banyak dosa. -Barang siapa yang membacanya, maka Allah akan mengampuninya, memudahkan untuknyamasalah hisab, sakaratul maut serta pertanyaan Munkar dan Nakir. -Barang siapa yang membacanya dihadapan lawan, maka Allah akan memberikan kemenangan baginya dari para musuhnya. Dan masih banyak lagi berbagai keutamaan doa ini tiada terhingga serta tiada terhitung. 

(Kitab Muhajud Du'a & Minhajul Ibaadaat, hal.89 karya Ibnu Thowus)

Minggu, 13 November 2016

Islam yang Kaffah vs Parsial

“Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu. Sebab itu, janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku.” [QS. Al-Maidah: 3]
Hari apa yang dimaksud Allah Swt pada firman diatas, yang disebutNya hari ini?
Bisa dibaca pada lanjutannya:

“Pada hari ini telah Kusempurnakan untukmu agamamu, dan telah Kucukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Kuridhai Islam itu menjadi agama bagimu.” [Qs. Al-Maidah: 3]
So, hari dimana orang-orang kafir telah putus asa untuk mengalahkan agama Islam, adalah hari disempurnakannya agama Islam. Kesempurnaan Islamlah yang membuat orang-orang kafir putus asa. Tapi mengapa kenyataan yang kita lihat hari ini, orang-orang kafir malah optimis dan begitu yakin bisa mengalahkan Islam? Mereka bahkan dalam banyak hal mendikte dan menjadikan umat Islam bahan cemoohan dan permainan. Umat Islam malah dijadikan mereka sebagai obyek pasar dalam program-program kapitalisasi mereka. Dan itu sebenarnya sudah menjadi bentuk kekalahan umat Islam, terlebih lagi dalam hal iptek, sains serta kecanggihan dalam berbagai hal, umat Islam telah ketinggalan jauh.

Mengapa itu bisa terjadi?


Ya karena umat Islam tidak mengamalkan ajaran Islam yang sempurna itu. Urutannya jelas, umat manusia diminta untuk menjadi umat Islam, dengan memberi kesaksian bahwa Tuhan itu Allah yang esa dan Muhammad itu Rasul-Nya. Habis itu, umat Islam diminta menjadi orang-orang Mukmin. Habis itu diminta lagi, untuk memasuki Islam secara kaffah, yaitu mengamalkan ajaran Islam yang sempurna (baca Qs. Al-Baqarah: 208)
Kekalahan dan ketertinggalan umat Islam, jelas disebabkan karena ajaran Islam yang sempurna itu tidak dikerjakan secara kaffah. Islam yang diamalkan adalah Islam yang parsial, yang sepotong-potong, yang telah terpenggal-penggal dan Islam yang semau gue. Yang cocok denganku, aku amalkan, yang tidak sesuai dengan mauku, aku campakkan. Sehingga yang ada adalah Islam persepsi, Islam tafsiran, Islam profan, yang sedikit banyaknya kepentingan kaum elitnya turut berpengaruh didalamnya.

Solusinya?
Ya kembalilah pada Islam yang telah disempurnakan itu. Kehancuran Islam bukanlah disebabkan oleh orang-orang kafir, melainkan penyebab utamanya adalah umat Islam sendiri. Jangankan mau mengamalkan Islam secara sempurna, Islam yang sempurna itu saja masih banyak yang belum tahu.
Masuk Islam secara kaffah tidak bisa dilakukan, tanpa mengenal dan mengetahui Islam yang kaffah itu bagaimana.

Mari berselancar untuk menemukannya. Temukanlah lewat orang-orang yang darinya Islam disegani dan dihormati, bukan dari mereka yang darinya Islam malah dilecehkan dan ditertawakan. Temukanlah pada ulama-ulama yang membuat musuh menjadi takut, bukan dari ulama-ulama yang dimata musuh malah tidak ubahnya seperti badut. [IsmailAmin]


HARUSKAH KITA TERUS BERPECAH?

BI RAHMATIKA YA RABB

Alkisah, seorang hamba diadili di Mahkamah Allah Swt. Ia membawa serta amal salehnya. Timbangan kebaikannya melebihi perbuatan buruknya. Ia layak masuk surga. Tiba-tiba, di seberang sana, ia melihat keluarganya digiring ke neraka.
Hamba ini terkejut. Ia meminta tangguh, dan berkata kepada Tuhan: "Ya Allah, aku beramal di dunia juga karena dan untuk mereka." Lalu terjadilah negosiasi. Kemudian Tuhan memindahkan sebagian besar amal si hamba untuk menolong keluarganya. Barangkali itulah yang disebut syafa'at. Begitu rupa, sehingga tak tersisa cadangan amal saleh pada si hamba.
Berkatalah Tuhan kepadanya: "Fa bi maa tadkhulu aljannah?" Lalu dengan apa kau akan masuk Surga?" Hamba itu menjawab, "fa bi rahmatika Ya Rabb" dengan kasih sayangmu jua duhai Tuhanku"... Tuhan tersenyum, dan akhirnya dimasukan-lah mereka semua ke surga!...


HARUSKAH KITA TERUS BERPECAH?
Saya melihat banyaknya berita tentang kerusuhan, tawuran, dll., entah itu antar supporter, antar sekolah, antar organisasi, dan masih banyak lagi. Itu semua sudah membuat sedih mengingat tentang kemerdekaan yang kita raih. Saya tahu problema ini tak semata-mata hanya ada di Indonesia, tapi juga di negara lain.
Namun marilah kita pikirkan, kita semua kini berada di dalam satu negara, bukan daerah-daerah kecil dan/atau kerajaan-kerajaan yang terpisah seperti dulu lagi. Soal kekacauan di negara lain, kita kesampingkan dulu saja. Apakah kemerdekaan negara ini hanya semata-mata untuk menyingkirkan penjajah agar kita bisa hidup enak?
Kemudian, apakah kita bukan orang-orang berbudi dan berakhlak? Ataukah kita masih terpaku oleh daerah kita? Hingga saudara setanah air kita yang berbeda dengan kita harus kita habisi? Padahal para pendahulu kita bersatu padu untuk mengusir penjajah dan menegakkan kemerdekaan... Bayangkanlah! Kita sudah lupa dengan jati diri kita sebagai orang Indonesia yang tidak lepas dengan penderitaan.
Kita menderita kini bukan hanya karena pemerintah (masih banyak di antara kita menyalahkan pemerintah... miris!), tetapi juga karena kezhaliman diri kita sendiri. Kita sama-sama punya penderitaan, namun apakah penderitaan itu menyatukan kita di masa kini? Tidak, sama sekali tidak! Kita justru malah saling serang satu sama lain, entah secara fisik, psikis, dll.
Padahal para pendahulu kita bersatu padu karena penderitaan yang disebabkan oleh penjajahan... Bayangkanlah! Haruskah kita semua dijajah lagi seperti pada zaman Belanda dan Jepang, agar kita dapat merasakan apa yang dirasakan oleh pendahulu kita? Agar kita dapat mengerti betapa pentingnya persatuan dan kesatuan? Tidak cukupkah berita-berita kerusuhan di berbagai media itu membuka mata hati kita?
Tak usah menyalahkan orang lain, kita introspeksi diri saja. Kalau masih ada yang belum sadar, sadarkanlah mereka, dan doakan agar mereka mendapatkan hidayah. Kalau kita membalas kebencian dengan kebencian, maka kita semua pasti akan hancur. Saya tidak berbicara sebagai satu kelompok kedaerahan, karena kita semua sejatinya sudah menjadi satu, yaitu bangsa Indonesia.
Maka, marilah kita semua berhenti bermusuhan dan mulai mengubur kebencian dan bersatu padu! Sebab firman Tuhan ini masih berlaku. Titah-Nya abadi. "Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk. (Ali-Imran: 103)"
Tulisan kiriman: Taufan Atalarik

KETAATAN DAN DOSA
Ibnu Athoillah as-Sakandary menuliskan kalimat-kalimat ini di dalam kitabnya al-Hikam:
ربما فتح لك باب الطاعة وما فتح لك باب القبول وربما قضى عليك بالذنب فكان سبباً في الوصول
Terkadang Dia membukakan untukmu pintu ketaatan,
tapi Dia tidak membukakanmu pintu penerimaan,
dan terkadang Dia menetapkan dosa atasmu,
kemudian hal itu menjadi sebab sampainya dirimu kepada-Nya
Yang sudah taat tidak boleh sombong karena ketaatan belum bermakna tanpa penerimaanNya.
Ketaatan adalah kewajiban hamba, sedangkan diterima atau tidaknya amal kita adalah hak prerogratif Alloh. Pada saat yang sama, yang bergumul dengan dosa, jangan pernah putus asa, karena setiap tetes air mata penyesalan adalah cara Allah memanggil kita kembali ke jalan-Nya
Boleh jadi perbuatan dosa yang kita lakukan adalah jalan bagi kita menemukan kembali kasih sayang dan ampunanNya...
Itulah sebabnya Ibn Athoillah melanjutkan dengan bait berikutnya:
فمعصية أورثت ذلا و افتقارا خير من طاعة أورثت عزا واستكبارا
"Kemaksiatan yang melahirkan sikap hina dina di hadapan Alloh
itu lebih baik ketimbang ketaatan kepada Alloh yang melahirkan sikap merasa mulia dan sombong."
Selalu ada cara bagi Alloh membuat hati ini meleleh karena terus menerus kita berharap terbukanya pintu penerimaan sekaligus pintu pertobatan...... .!!!
Kiriman: Daeng Jalling
Pesannya: Ya ampun.. ketiduran.. subuhku telat (dalam hati), lebih baik ketimbang.. Alhamdulillah ya.. masih bisa qiyamul lail.. keep istiqomah (status facebook)...

Tentang Haji, ANTIDOTUM DAJJALISME

Ihwal "Membangun Haromain" dalam diri kita.

Haromain adalah sebutan untuk dua kota suci umat Islam yang terletak di Saudi Arabia, yaitu Mekkah al-Mukarramah dan Madinah al-Munawwarah.
Dalam sebuah riwayat dari Anas r.a., Nabi Muhammad dikatakan pernah bersabda, “Tiada suatu negeripun melainkan akan diinjak oleh Dajjal, kecuali hanya Makkah dan Madinah yang tidak. Tiada suatu lorongpun dari lorong-lorong Makkah dan Madinah itu, melainkan di situ ada para malaikat yang berbaris rapat untuk melindunginya. Kemudian Dajjal itu turunlah di suatu tanah yang berpasir -di luar Madinah- lalu kota Madinah bergoncanglah sebanyak tiga goncangan dan dari goncangan-goncangan itu Allah akan mengeluarkan akan setiap orang kafir dan munafik.” (Riwayat Muslim)
Menurut sabda Kanjeng Nabi itu, Dajjal tidak akan bisa menginjakan kaki di Mekah al Mukarramah dan Madinah al Munawarah. Kenapa? Sebab - menurut hadits di atas - kedua tempat itu dijaga oleh para malaikat yang berbaris rapat melindunginya. Benarkah demikian? Ya benar... Dajjal sebagai entitas fisik atau "sosok jasmani" tidak dapat memasuki Mekah dan Madinah.
Dari hadits diatas diperoleh keterangan, Dajjal turun di suatu tempat yang berpasir - diluar Madinah - lalu kota madinah bergoncang sebanyak tiga kali, dan dari goncangan itu Allah akan mengeluarkan setiap orang kafir dan munafik. Dimanakah tempat berpasir di luar madinah itu? Apakah nubuwat itu sudah terjadi? kalau belum terjadi, kapankah kiranya akan terjadi? saya tinggalkan pertanyaan ini untuk Anda simpan atau sama-sama tunggu terjadinya kelak.
Tetapi lihatlah, meskipun secara fisik Dajjal tidak dapat menginjakkan kaki di Mekah dan Madinah, tetapi sebagai simbol dan ajaran boleh jadi sudah menyelusup hingga jantung kota kelahiran dan tempat hijrah Nabi itu. Lihatlah bagaimana simbol "mata satu" bertebaran di antero Makah.. tersebar sejak di pasar-pasar, hingga emblem kepolisian Saudi. Bahkan simbol tanduk Iblis sudah terpasang "diatas" Allah seperti terlihat pada Menara Abraj Al Bait di Mekah.
Ketika Dajjalisme ini timbul - dan sekarang sepertinya sedang berlangsung - apakah kita semua mesti "pindah" ke Mekah dan Madinah "agar aman" dari fitnah Dajjal itu? Sepertinya tidak mungkin ya.. Kalau tidak mungkin bagaimana solusinya?
Ada sebuah hadits yang menerangkan bahwa "Malaikat tidak akan masuk ke dalam suatu rumah dimana disitu ada anjingnya".
Apa maksudnya? Hadits itu dapat ditafsiri secara lahiriah atau batiniah, secara fikih atau tasawuf. Dari sisi fikih setiap bahan yang terkena jilat anjing dihukumi sebagai najis dan karenanya, untuk menjaga kesucian rumah dan pakaian yang dikenakan untuk shalat, tentu akan menimbulkan kesulitan bagi seseorang Muslim yang memelihara anjing di rumahnya.
Dari segi tasawuf, hadits itu boleh jadi semacam metafora atau simbol, bahwa malaikat tidak akan masuk ke hati seseorang bila di dalamnya masih ia pelihara anjing (atau setan) sebagai kawan dekatnya.
Kembali ke hadits diatas bahwa Hanya di "Haromain" lah Dajjal tidak bisa bersemayam.
Bila kita semua tidak mungkin untuk "pindah" ke Haromain "agar tidak terkena" fitnah Dajjal.. opsi lainnya adalah: bagaimana kita "memindahkan Haromain" itu ke dalam diri kita, atau membangunnya "haromain" secara bersama-sama keluarga kita, tetangga dan masyarakat kita. Bagaiamana cara "memindahkan" Haromain di dalam diri dan keluarga kita?
Sedulur-dulur pasti tahu, kedua tempat itu menjadi mulia karena disana ada: bait Allah (rumah Allah) di Mekah dan makam Nabi di Madinah. Nah, membangun Haromain di dalam diri kita itu adalah bagaimana mengisi hati dan akal kita dengan pemilik "bait Allah" dan penghuni "makam Rasul" itu. Membangun Haromain dalam diri kita itu dengan kata lain adalah bagaimana kita - dengan pertolongan Allah dan syafaat rasul-Nya - senantiasa menghadirkan Allah dan Rasul-Nya dalam keseluruhan hidup kita.
Usaha untuk terus meneruskan hadir dihadapan Allah dan Rasulullah yang bermakna dzikir terus menerus itu dilambangkan dalam sebuah gerak melingkar memutari Ka'bah sebanyak 7 kali yang dilakukan oleh jamaah haji dan dinamakan thawaf.
Perintah tentang thawaf ini difirmankan dalam Quran surat al Hajj ayat 29, "hendaklah mereka menghilangkan kotoran yang ada pada badan mereka dan hendaklah mereka menyempurnakan nazar-nazar mereka dan hendaklah mereka melakukan melakukan thawaf sekeliling rumah kuno itu (Baitullah)."
Secara lahiriah, rumah kuno yang dimaksud adalah Ka'bah di Mekah al Mukaromah. Secara ruhani - ujar kaum sufi sepanjang zaman - rumah kuno tempat Tuhan bersemayam (baitullah) itu ada di hati setiap manusia. Secara lahiriah, Anda bertalbiyah usai berniat ihram dan bertawaf di depan Ka'bah. Secara ruhani, Anda dapat berthawaf disekeliling rumah Tuhan itu setiap saat. Sepanjang waktu Anda dapat berseru seperti para jamaah haji berseru, "labbaika Allahuma labaik… labbaika Allahuma labaik… aku disini dihadapan-Mu, ya Allah.. aku di sini dihadapan-Mu, ya Allah.."
Kalau Anda rajin bertamu pada-Nya, suatu saat dari kedalaman sanubari, Anda akan mendengar, Tuhan menjawab seruan Anda, "Wahai hamba-Ku..ini Aku.. Alllah-Mu.. Aku-lah Majikanmu... Aku-lah Pengasuhmu.. Aku sangat dekat kepada diri-mu..kepada nyawa-mu.. kepada jiwa-mu.. marilah kemari.. disisi-Ku.. masuklah dalam perlindungan-Ku.. engkau aman bersama-Ku".
Itu barulah usaha individual, membangun "haromain" dalam diri sendiri. Bagaimana membangun keadaan itu dalam keluarga kita, atau untuk masyarakat yang lebih luas? Usaha bersama untuk terus dekat dengan Allah dan Rasulullah, terus menerus berbuat baik pada sesama makhluk Tuhan, dengan ikhlas dan bergembira, melingkar dan saling setor kasih sayang, itulah yang dikenal dengan Maiyah. Dalam bahasa yang sederhana, di forum-forum pengajian Maiyah, Cak Nun sering berpesan, "Wis tho Rek.. pokoknya, ayo bareng-bareng.. golek apik... ayo bareng-bareng.. gandolono klambine kanjeng Nabi... deket sama Allah... dekat-dekat sama Rasulullah..".
Itulah yang disebut konsep "sholawat cinta segitiga", itulah juga antidotum (penawar racun) dari Dajjalisme..
Sumber:
PAA / 35th/ JM via streaming / Pekanbaru..
PS: Tulisan di atas hanya sekedar "pendapat" atau "pemahaman" pribadi si penulis. Untuk mendapat informasi tentang Maiyah, bisa Anda peroleh di situs2 official maiyah.. atau lebih afdol-nya ikut melingkar di forum2 Maiyahan yang tersebar di antero Nusantara... Nuwun

MENCIUM KAMBING
= tentang cinta dan pembuktiannya =
KALAU cinta sudah membara, apa pun akan dilakukan. Sukamdi, buruh bangunan merangkap petani gurem, tak menolak ketika pacarnya, Warsini, 22, menyuruhnya mencium kambing betina.
Mulanya karena Warsini, yang bertubuh gendut, marah-marah. Sekitar akhir Agustus lalu, ceritanya, ia pulang ke desanya, Pasiraman, Ajibarang - sekitar 25 km dari Purwokerto - setelah setahun lebih menjadi pembantu rumah tangga di Jakarta.
Meski sudah rindu setengah mati, Sukamdi tak berani langsung menemuinya. Ia hanya menulis surat yang berbunyi, "Percayalah, Sayang. Tiada gadis lain yang kusayangi selain dirimu. Sungguh aku sangat mencintaimu, walaupun teman-temanku ada yang mengatakan bahwa kecantikanmu sama dengan wajah kambing yang dibedaki."
Tak dinyana, surat itu, yang dimaksudkan untuk meyakinkan bahwa cintanya tak tergoyahkan, justru membuat Warsini marah besar. Ia segera melabrak Sukamdi, yang rumahnya hanya berjarak sekitar 300 meter. "Kamu menghinaku, ya? Kalau betul-betul mencintaiku, besok kau harus mencium 10 kambing. Kalau tidak mau, hubungan kita putus sampai di sini."
Esok harinya, Sukamdi datang ke rumah sang pacar. Segera saja ia diajak ke lapangan, tempat kambing-kambing digembalakan. Sekali lagi, dengan garang, Warsini memerintah. Dengan perasaan jengkel tapi juga takut Warsini benar-benar akan memutuskan cintanya, Sukamdi menyerbu ke arah kerumunan kambmg.
Tiga ekor kambing betina, setelah dikejar kian kemari, akhirnya dapat ia ciumi masing-masing tiga kali, sesuai dengan perintah sang pacar. Setelah yakin bahwa cinta Sukamdi tidak main-main, Warsini memanggil pacarnya. "Bagaimana rasanya? Sama tidak dengan mencium saya?" katanya sambil tersenyum. Sukamdi membalasnya, "War.. kowe sakjane pingin melu ngambung wedus. Ning ora langsung, lewat bibire inyong".
Pesannya:
Jomblo-jomblo tahun 2016, jangan kalah dengan Pak Sukamdi, pendahulumu. Setiap orang yang punya cinta dan kasih sayang adalah pendekar dan pahlawan bagi kehidupan masa depan. Berjuanglah.. buktikanlah..!!!

Sumber cerita:
Indonesiana majalah tempo 6 Oktober 1984

TAFSIR "KUN" DAN "RAHASIA 5 NAMA"


Mikirositik


Kudune sampeyan "takon langsung" karo Gusti Allah... pripun duh Gusti alasan-nya? apa rahasianya? Lha kalau udah dapat jawabannya, sampeyan bisa share oleh-oleh-e sampeyan tanya itu disini..
Berhubung sampeyan minta ini didiskusikan ya.. izinkan kami menjawab... tapi jawaban "ngawur" iki lho..
Kita sadar, bahwa kita hanya bisa "meraba-raba" jawabannya.. sebab "jawaban final" hanya milik-Nya.. di antara "jawab-jawaban parsial" yang kita susun itu.. kita belajar..menguji, menjalaninya dan menghikmahi untuk diri kita sendiri..
Sebatas pengetahuan kami... energi itu berlapis-lapis... berjenjang.. begitupun realitas.. atau entitas segala sesuatu.. berdimensi-dimensi...ada levelnya debu.. level kulit.. level daging... darah.. raga.. level jiwa.. level ruh.. dan Ruh-nya Ruh, dll.. kenapa dibuat seperti itu? Wallahu a'lam...
Mari kita tengok contoh yang agak mudah...
Tuhan menciptakan Padi, sampeyan ditugasi menanamnya, merawat agar panen, selama proses itu, janganlah kita berfikir bahwa "kita menanam padi sendiri". Ada beribu-ribu "makhluk" ciptaan Tuhan yang iku membantu proses itu, dari mulai malaikat yang mengatur kapan hujan turun, angin bertiup, mentari bersinar sejuk atau panas, cacing-cacing yang melata dan menggemburkan tanah, hingga ular yang berpatroli menjaga "populasi" tikus yang bila jumlahnya ribuan, bisa menggasak habis padi yang Anda tanam, dalam sekali serang dimalam hari.
Padi menguning, Anda memanennya, lalu menjemurnya hingga kering, menggiling ke gilingan padi, jadi beras.. Istri Anda menanak atau memasak nasi itu.. dan terhidang di depan Anda.. Tuhan Maha Kuasa untuk menyuapkan nasi itu LANGSUNG ke mulut Anda, dan semua makhluk hidup lain diantero jagad raya ini, berikut makanan mereka masing-masing.. Tapi, karena saking Maha Kuasa-nya Tuhan, sehingga Beliau tidak perlu "repot-repot" datang menyuapkan nasi itu ke mulut Anda.. cukuplah "KUN".. sejak zaman azali.. dan efeknya terjadi..terjadi..terjadi..terjadi... terus terjadi hingga hari ini..
Salah satu Efek "KUN" yang bisa Anda rasakan sendiri itu, itu salah satunya adalah "adanya semacam percikan listrik" di pusat lapar di hipotalamus otak Anda.. yang dengan percikan itu.. salah satu area motorik di otak "memerintah" tangan Anda untuk menyendok nasi dan menyuapkan kemulut Anda.. Anda kunyah, lalu telan... Subhanallah.. tidakkah Anda tergerak untuk mengakui, "Innalaha 'alaa kulli syai-in qadir".. "Sungguh, Allah Maha Berkuasa atas segala sesuatu"?

Maulana Jalaluddin Suyuti menuturkan dalam Tafsir Ad Dur al Mantsur, kisah Adam yang bertawasul dengan orang-orang "yang nama mereka tergantung di Arsy" dan berkat tawasul dengan "nama-nama" tersebut Adam diampuni.. Silahkan Mas.. sampeyan cari sendiri.. siapakah "nama-nama" yang tergantung di Arsy Tuhan itu.. kalau tidak salah, ada 5 nama. Konon, nama-nama itu ditemukan juga, terukir pada potongan kayu bekas plakat kapal nabi Nuh yang ditemukan oleh 7 orang tim ahli fosil dari Rusia dan Cina pada Februari tahun 1954 di bukit Tendurek, Ararat sebelah timur Turki...
Pesannya:
Orang yang suka bertanya reflektif model seperti ini, lalu berusaha terus mencari-cari jawabannya dengan ikhlas dan jujur, Insya Allah suatu saat ditiup ubun-ubunya oleh si Joborolo 'alaihi salam dengan pengertian-pengertian yang orisinal dan mendalam.

Selametan
Anak lahiran selametan,mau kitanan selametan,mau nikahan selametan,mau ulang tahun,ganti nama,pindah rumah,mau masuk sekolah,kuliah,baru dapet kerja,mau perjalanan jauh,habis beli rumah,kendaraan atau barang baru,,semua diselameti.
Selametan yg merupakan tradisi luhur warisan para sesepuh nusantara sbg wujud rasa syukur dan doa kepada yg maha kuasa, sarana berbagi kebahagian dan mempererat tali silaturahmi dgn sesama ,dgn tetangga dan sanak saudara.
Dengan selametan semoga bangsa kita selalu diberi keselamatan,keberkahan dan dijauhkan dari segala macam bala bencana ,fitnah,perpecahan dan peperangan.
Mari kita masyarakatkan selametan yg mudah mudahan bisa menyelametkan masyarakat...aamiin,aamiin ya rabbal 'alamin..

CUPLIKAN ROBOHNYA SURAU KAMI
Cuplikan karya sastra lawas sing judule Robohnya Surau Kami karya AA. Navis, sing aku eruh ket mlebu SMA lewat tugas saka guru Bahasa Indonesia. Terus akhire gak dadi tugas sing cepet dilalikno. Novel iki malah tak iling-iling terus sampek saiki.
Pada suatu waktu, di akhirat Tuhan Allah memeriksa orang-orang yang sudah berpulang. Para malaikat bertugas di samping-Nya. Di tangan mereka tergenggam daftar dosa dan pahala manusia. Begitu banyak orang yang diperiksa. Maklumlah dimana-mana ada perang. Dan di antara orang-orang yang diperiksa itu ada seirang yang di dunia di namai Haji Saleh. Haji Saleh itu tersenyum-senyum saja, karena ia sudah begitu yakin akan di masukkan ke dalam surga. Kedua tangannya ditopangkan di pinggang sambil membusungkan dada dan menekurkan kepala ke kuduk. Ketika dilihatnya orang-orang yang masuk neraka, bibirnya menyunggingkan senyum ejekan. Dan ketika ia melihat orang yang masuk ke surga, ia melambaikan tangannya, seolah hendak mengatakan ‘selamat ketemu nanti’. Bagai tak habishabisnya orang yang berantri begitu panjangnya. Susut di muka, bertambah yang di belakang. Dan Tuhan memeriksa dengan segala sifat-Nya.
Akhirnya sampailah giliran Haji Saleh. Sambil tersenyum bangga ia menyembah Tuhan. Lalu
Tuhan mengajukan pertanyaan pertama.
‘Engkau?’
‘Aku Saleh. Tapi karena aku sudah ke Mekah, Haji Saleh namaku.’
‘Aku tidak tanya nama. Nama bagiku, tak perlu. Nama hanya buat engkau di dunia.’
‘Ya, Tuhanku.’
‘apa kerjamu di dunia?’
‘Aku menyembah Engkau selalu, Tuhanku.’
‘Lain?’
‘Setiap hari, setiap malam. Bahkan setiap masa aku menyebut-nyebut nama-Mu.’
‘Lain.’
‘Ya, Tuhanku, tak ada pekerjaanku selain daripada beribadat menyembah-Mu, menyebut-nyebut nama-Mu. Bahkan dalam kasih-Mu, ketika aku sakit, nama-Mu menjadi buah bibirku juga. Dan aku selalu berdoa, mendoakan kemurahan hati-Mu untuk menginsafkan umat-Mu.’
‘Lain?’
Haji Saleh tak dapat menjawab lagi. Ia telah menceritakan segala yang ia kerjakan. Tapi ia insaf, pertanyaan Tuhan bukan asal bertanya saja, tentu ada lagi yang belum di katakannya. Tapi menurut pendapatnya, ia telah menceritakan segalanya. Ia tak tahu lagi apa yang harus dikatakannya. Ia termenung dan menekurkan kepalanya. Api neraka tiba-tiba menghawakan kehangatannya ke tubuh Haji Saleh. Dan ia menangis. Tapi setiap air matanya mengalir, diisap kering oleh hawa panas neraka itu.
‘Lain lagi?’ tanya Tuhan.
‘Sudah hamba-Mu ceritakan semuanya, o, Tuhan yang Mahabesar, lagi Pengasih dan Penyayang, Adil dan Mahatahu.’ Haji Saleh yang sudah kuyu mencobakan siasat merendahkan diri dan memuji Tuhan dengan pengharapan semoga Tuhan bisa berbuat lembut terhadapnya dan tidak salah tanya kepadanya.
Tapi Tuhan bertanya lagi: ‘Tak ada lagi?’
‘O, o, ooo, anu Tuhanku. Aku selalu membaca Kitab-Mu.’
‘Lain?’
‘Sudah kuceritakan semuanya, o, Tuhanku. Tapi kalau ada yang lupa aku katakan, aku pun bersyukur karena Engkaulah Mahatahu.’
‘Sungguh tidak ada lagi yang kaukerjakan di dunia selain yang kauceritakan tadi?’
‘Ya, itulah semuanya, Tuhanku.’
‘Masuk kamu.’
Dan malaikat dengan sigapnya menjewer Haji Saleh ke neraka. Haji Saleh tidak mengerti kenapa ia di bawa ke neraka. Ia tak mengerti apa yang di kehendaki Tuhan daripadanya dan ia percaya Tuhan tidak silap.
Alangkah tercengang Haji Saleh, karena di neraka itu banyak teman-temannya di dunia terpanggang hangus, merintih kesakitan. Dan ia tambah tak mengerti dengan keadaan dirinya, karena semua orang yang dilihatnya di neraka itu tak kurang ibadatnya dari dia sendiri. Bahkan ada salah seorang yang telah sampai empat belas kali ke Mekah dan bergelar syekh pula. Lalu Haji Saleh mendekati mereka, dan bertanya kenapa mereka dinerakakan semuanya. Tapi sebagaimana Haji Saleh, orang-orang itu pun, tak mengerti juga.
‘Bagaimana Tuhan kita ini?’ kata Haji Saleh kemudian, ‘Bukankah kita di suruh-Nya taat beribadat, teguh beriman? Dan itu semua sudah kita kerjakan selama hidup kita. Tapi kini kita dimasukkan-Nya ke neraka.’
‘Ya, kami juga heran. Tengoklah itu orang-orang senegeri dengan kita semua, dan tak kurang ketaatannya beribadat,’ kata salah seorang diantaranya.
‘Ini sungguh tidak adil.’
‘Memang tidak adil,’ kata orang-orang itu mengulangi ucapan Haji Saleh.
‘Kalau begitu, kita harus minta kesaksian atas kesalahan kita.’
‘Kita harus mengingatkan Tuhan, kalau-kalau Ia silap memasukkan kita ke neraka ini.’
‘Benar. Benar. Benar.’ Sorakan yang lain membenarkan Haji Saleh.
‘Kalau Tuhan tak mau mengakui kesilapan-Nya, bagaimana?’ suatu suara melengking di dalam kelompok orang banyak itu.
‘Kita protes. Kita resolusikan,’ kata Haji Saleh.
‘Apa kita revolusikan juga?’ tanya suara yang lain, yang rupanya di dunia menjadi pemimpin gerakan revolusioner.
‘Itu tergantung kepada keadaan,’ kata Haji Saleh. ‘Yang penting sekarang, mari kita berdemonstrasi menghadap Tuhan.’
‘Cocok sekali. Di dunia dulu dengan demonstrasi saja, banyak yang kita perolah,’ sebuah suara menyela.
‘Setuju. Setuju. Setuju.’ Mereka bersorak beramai-ramai.
Lalu mereka berangkatlah bersama-sama menghadap Tuhan.
Dan Tuhan bertanya, ‘Kalian mau apa?’
Haji Saleh yang menjadi pemimpin dan juru bicara tampil ke depan. Dan dengan suara yang menggeletar dan berirama rendah, ia memulai pidatonya: ‘O, Tuhan kami yang Mahabesar. Kami yang menghadap-Mu ini adalah umat-Mu yang paling taat beribadat, yang paling taat menyembahmu. Kamilah orang-orang yang selalu menyebut nama-Mu, memuji-muji kebesaran- Mu,mempropagandakan keadilan-Mu, dan lain-lainnya. Kitab-Mu kami hafal di luar kepala kami.Tak sesat sedikitpun kami membacanya. Akan tetapi, Tuhanku yang Mahakuasa setelah kami Engkau panggil kemari, Engkau memasukkan kami ke neraka. Maka sebelum terjadi hal-hal yang tak diingini, maka di sini, atas nama orang-orang yang cinta pada-Mu, kami menuntut agar hukuman yang Kaujatuhkan kepada kami ke surga sebagaimana yang Engkau janjikan dalam Kitab-Mu.’
‘Kalian di dunia tinggal di mana?’ tanya Tuhan.
‘Kami ini adalah umat-Mu yang tinggal di Indonesia, Tuhanku.’
‘O, di negeri yang tanahnya subur itu?’
‘Ya, benarlah itu, Tuhanku.’
‘Tanahnya yang mahakaya raya, penuh oleh logam, minyak, dan berbagai bahan tambang lainnya,
bukan?’
‘Benar. Benar. Benar. Tuhan kami. Itulah negeri kami.’ Mereka mulai menjawab serentak. Karena fajar kegembiraan telah membayang di wajahnya kembali. Dan yakinlah mereka sekarang, bahwa Tuhan telah silap menjatuhkan hukuman kepada mereka itu.
‘Di negeri mana tanahnya begitu subur, sehingga tanaman tumbuh tanpa di tanam?’
‘Benar. Benar. Benar. Itulah negeri kami.’
‘Di negeri, di mana penduduknya sendiri melarat?’
‘Ya. Ya. Ya. Itulah dia negeri kami.’
‘Negeri yang lama diperbudak negeri lain?’
‘Ya, Tuhanku. Sungguh laknat penjajah itu, Tuhanku.’
‘Dan hasil tanahmu, mereka yang mengeruknya, dan diangkut ke negerinya, bukan?’
‘Benar, Tuhanku. Hingga kami tak mendapat apa-apa lagi. Sungguh laknat mereka itu.’
‘Di negeri yang selalu kacau itu, hingga kamu dengan kamu selalu berkelahi, sedang hasil tanahmu orang lain juga yang mengambilnya, bukan?’
‘Benar, Tuhanku. Tapi bagi kami soal harta benda itu kami tak mau tahu. Yang penting bagi kami ialah menyembah dan memuji Engkau.’
‘Engkau rela tetap melarat, bukan?’
‘Benar. Kami rela sekali, Tuhanku.’
‘Karena keralaanmu itu, anak cucumu tetap juga melarat, bukan?’
‘Sungguhpun anak cucu kami itu melarat, tapi mereka semua pintar mengaji. Kitab-Mu mereka hafal di luar kepala.’
‘Tapi seperti kamu juga, apa yang disebutnya tidak di masukkan ke hatinya, bukan?’
‘Ada, Tuhanku.’
‘Kalau ada, kenapa engkau biarkan dirimu melarat, hingga anak cucumu teraniaya semua. Sedang harta bendamu kaubiarkan orang lain mengambilnya untuk anak cucu mereka. Dan engkau lebih suka berkelahi antara kamu sendiri, saling menipu, saling memeras. Aku beri kau negeri yang kaya raya, tapi kau malas. Kau lebih suka beribadat saja, karena beribadat tidak mengeluarkan peluh, tidak membanting tulang. Sedang aku menyuruh engkau semuanya beramal kalau engkau miskin. Engkau kira aku ini suka pujian, mabuk di sembah saja. Tidak. Kamu semua mesti masuk neraka. hai, Malaikat, halaulah mereka ini kembali ke neraka. Letakkan di keraknya!”
Pesannya:
Hmm, lek ancen wes kerjo montang-manting tapi mlarat yoweslah, Gusti Pengeran ora sare. Cuman lek urip isine eker-ekeran perkoro agama... rebutan masjid lah, rebutan klaim surgo lah, doyan nguntal hoax lah.. lha opo ra khawatir nek nasibmu mbesuk tembe podo karo wong-wong sing dicerita-ake ndik duwur iku...???

Perbincangan dengan Seorang Teman yang Sangat Benci Syiah

26    ug 2016, 2319 Views

Beberapa waktu lalu saya berbincang dengan seorang teman yang sangat membenci Syiah. Dia rajin memposting status, membagikan meme dan berbagai konten tentang kesesatan Syiah, di akun media sosial miliknya. Yang semacam itulah; bahwa golongan ini tidak termasuk Islam, dilaknat Allah, hasil konspirasi Yahudi, dan seterusnya.
Karena saya berusaha yakin bahwa niatnya sesungguhnya baik, saya sampaikan pujian tentang semangatnya menjaga kemurnian akidah.
“Tapi omong-omong, kau tahu bahwa di antara aliran-aliran besar, hanya Syiah dan kita yang bermazhab Syafi’i yang mengeraskan bacaan basmalah dalam salat Subuh, Magrib, dan Isya?”
“Oh, ya?” katanya seperti kaget.
“Bahwa kedua aliran ini juga sama-sama membacakan doa qunut dalam salat Subuh, tahu?”
“Baru tahu aku...” katanya lagi, kemudian melanjutkan, “Tapi kan ‘cuma’ perkara sunat itu. Bukan soal besar. Persoalan besarnya tentang akidah. Mereka punya syahadat Ali. Rusaknya di situ...” katanya.
“Iya, sih. Mereka bahkan membacakan syahadat itu dalam azan, makanya azan mereka jadi lebih panjang. Kau tahu lafal syahadat Ali?”
“Buat apa tahu? Membacanya akan membuat kita jadi kafir!”
“Lho, lafalnya saja kau tak tahu, bagaimana bisa kau simpulkan ia akan membuat kita kafir?”
“Emang lafalnya gimana, sih?”
Asyhadu anna ‘Aliyan waliyullah...”
“Nah, itu! Mengakui ada nabi setelah Rasulullah SAW, otomatis membuat seseorang kafir!” katanya dengan nada kemenangan.
“Tapi artinya bukan itu, sih... ‘Aku bersaksi bahwa Ali itu wali Allah’. Jangankan Ali, para penyebar Islam di Jawa dan di kota Barus pun kita akui sebagai wali-wali atau aulia Allah...”
“Jadi, maksudmu Syiah itu bukan kafir, menurutmu mereka masih Islam? Hati-hati kau, Coy...”
“Aku tak merasa berhak menilai apakah seseorang sudah kafir. Islam-ku saja belum bisa kujamin, kok. Jika kau mengingatkanku berhati-hati dalam menganggap orang masih Islam, aku rasa kita perlu lebih hati-hati lagi dalam memvonis orang sudah keluar Islam. Bahkan menurutku, sebaiknya tinggalkan itu jadi urusan Allah.
Yang jelas, kulihat pemerintah Arab Saudi, yang bermazhab Hambali dan "submazhab" Wahabi, yang jauh lebih "keras" dari kita pun, masih mengizinkan orang Syiah melaksanakan ibadah haji. Padahal dua kota itu, Makkah dan Madinah, apalagi dua masjid itu, Al Haram dan Nabawi, terlarang bagi yang bukan Islam...”
Kami agak lama sama-sama terdiam. Biar jangan jadi canggung, kulanjutkan lagi. “Kau jangan salah sangka aku sudah masuk Syiah pula. Hahaha... Aku cuma tak ingin kau membenci sesuatu yang sama sekali tak kau kenali. Kalau setelah tahu beberapa hal tentang Syiah kau masih benci dan tetap menganggap mereka sesat, tak mengapa. Tetapi setidaknya, kebencian dan anggapanmu itu sudah punya dasar, sudah lebih terukur...”
“Memangnya kebencian bisa diukur?” tanyanya. Temanku ini memang gemar betul mengganti topik pembicaraan secara acak.
“Semua bisa diukur, kecuali Allah...”
“Luasnya alam semesta?”
“Bedakan tidak bisa dengan belum bisa. Insya Allah, suatu saat bisa diukur karena selain Allah pasti punya batas, dan yang punya batas pasti bisa diukur...”
Dia kembali diam. “Ya, jangan salah sangka, ya. Aku juga pernah kok ngajak ngobrol kerabatku yang tampaknya tergila-gila dengan ajaran Syiah, dan sudah mulai pula berani mengkritik sahabat utama Nabi, seperti Abubakar dan Umar, radhiallahu anhuma. Kacau kali!
Kubilang sama dia, bagaimana bisa kau membenci kedua sahabat besar itu, sedangkan Nabi Muhammad dan Sayidina Ali yang kaubilang sangat kau cintai, sampai akhir hayat mereka begitu mencintai dan menghormati keduanya? Bukankah seorang pencinta harus mengikut jalan orang yang dicintainya? Jika mereka malah berselisih jalan, di manakah gerangan cinta akan ditemukan?”
“Jadi, macam mana katanya?” tanyanya. Ada sedikit semangat yang muncul dalam pertanyaan itu.
"Dengan izin Allah, dia tampaknya sudah berubah. Bahkan menurut pengakuannya, dia sekarang getol mengingatkan kawan-kawannya yang sama-sama tertarik ajaran Syiah, untuk berhenti mencela sahabat. Dia sering bilang, lebih mencintai Ali, silakan. Mencela sahabat yang lain, hentikan.”
==

Wawancara Dr. Ahmad Thayyib, Dekan Al-Azhar di Channel Nil Mesir

Wartawan: Bagaimana ajaran Syiah menurut Anda??
Dr. Thayyib: Tidak ada masalah dengan ajaran Syiah. 50 tahun lalu, Syaikh Syaltut berfatwa bhw Syiah adalah mazhab kelima dalam Islam dan sama spt mazhab2 Islam yg lain.

T: Anak2 kita akan menjadi Syiah. Apa tindakan kita?
J: Biar saja mereka menjadi Syiah. Apakah kita akan menyalahkan orang yg berpindah mazhab dari Hanafi ke Maliki? Mereka (yg menjadi Syiah) hanya berpindah dr mazhab keempat ke mazhab kelima.

T: Orang Syiah menjadi kerabat kita. Mereka menikah dengan anak2 kita.
J: Apa masalahnya? Pernikahan antar mazhab itu dibolehkan.

T: Kabarnya Alquran mereka berbeda dengan Alquran kita.
J: Itu omong kosong. Tidak ada perbedaan antara Alquran kita dan mereka. Bahkan rasmul khat mereka sama dengan Alquran kita.

T: 23 ulama dari sebuah negara (Saudi) berfatwa bahwa Syiah adalah kafir dan rafidhi.
J: Hanya Al-Azhar yg bisa berfatwa utk muslimin. Fatwa mereka (ulama Saudi) tidak kredibel.

T: Lalu bagaimana dengan perselisihan Syiah-Sunni yg dikemukakan mereka?
J: Perselisihan itu adalah politik luar negeri yg ingin memecah belah Syiah dan Sunni.

T: Saya punya pertanyaan serius. Syiah tidak menerima Abu Bakar dan Umar. Bagaimana bisa Anda menyebut mereka muslim?
J:Memang mereka tidak menerima. Tapi apakah meyakini Abu Bakar dan Umar termasuk prinsip agama Islam? Kisah ttg mereka berdua adalah kisah sejarah. Sejarah tidak berkaitan dengan prinsip akidah.

Wartawan yg terhenyak mendengar jawaban ini, lalu bertanya: Ada satu kritikan terhadap Syiah. Mereka berkata bahwa imam zaman mereka masih hidup semenjak 1000 tahun lalu.
J: Mungkin saja,kenapa tidak mungkin? Tapi tak ada alasan kita mesti berkeyakinan sama spt mereka.

T: Mungkinkah bocah berusia 8 thn menjadi imam? Syiah meyakini bahwa bocah berusia 8 tahun menjadi imam.
J: Kalau bayi dalam buaian bisa menjadi nabi,tidak mengherankan bocah usia 8 thn menjadi imam. Meski kita sbg Ahlussunnah tidak meyakini hal ini. Tapi keyakinan ini tidak merusak keislaman mereka. Mereka tetap org muslim.

Setelah mendengar wawancara di atas, Dr. Shojaei Fard,dosen ilmu mekanik di Universitas Elm va Shanat, berkata,"Wawancara ini sangat menarik untuk saya. Saya berusaha menghubungi Syaikh Thayyib utk berterima kasih kepadanya. Melalui telpon saya berkata kepada beliau,"Anda membela Syiah dengan sangat baik. Bahkan seorang ulama Syiah pun mungkin tidak akan melakukan pembelaan serupa. Minimal dia akan bersikap hati-hati. Tapi Anda berani mengatakan bahwa keyakinan kepada Abu Bakar dan Umar bukan bagian dari prinsip Islam.

"Syaikh Thayyib berkata,"Saat Ayatullah Khamenei menghadapi Amerika dengan teguh dan membuat mereka bertekuk lutut dalam masalah nuklir, dan di sisi lain, Syd Hasan Nasrullah melawan Zionis dengan berani dan mengalahkan merka dalam perang 33 hari, saya melihat mereka sebagai kebanggaan Islam. Amerika dan kawan2nya berniat mencitrakan mereka sebagai Syiah radikal dan menyebut Syiah sbg rafidhi nonmuslim demi mengambil kebanggaan ini dari Dunia Islam. Supaya para pemuda kita merasa bahwa kebanggaan ini milik Islam, saya telah mengadakan 8 acara televisi untuk mengatakan bahwa Syiah adalah muslim, Syiah tidak berbeda dengan kita, dan Syiah adalah salah satu mazhab Islam."

Sabtu, 22 Oktober 2016

10 Muharram, Syahid Keluarga Nabi

(Oleh: Emha Ainun Najib)

Sesudah dibantai dengan jenis kekejaman yang sukar dicari tandingannya dalam peradaban umat manusia, penggalan kepala suci Sayyidina Husein bin Ali -cucu Nabi Suci SAW- diarak, diseret dengan kuda sampai sejauh 1.300 kilometer. Wallahua'lam. Ada yang bilang dibawa ke Mesir, yang lain bilang ke Syiria. Orang yang mencintai beliau bisakah menangis hanya dengan mengucurkan air mata dan bukan darah? Jutaan pecintanya memukul-mukul dada mereka agar terasa derita itu hingga ke jantung dan menggelegak ke lubuk jiwa.
Keperihan maut Husein itulah yang menjadi sumber kebesaran jamaah Syi'i di dunia. Duka yang mendalam atas apa yang dialami cucu Nabi itulah yang membuat kaum Syiah menyerahkan hatinya dengan sangat penuh perasaan kepada komitment ahlulbait, keluarga Nabi. Sementara di pusat Islam sendiri, Arab Saudi yang didirikan oleh koalisi keraton Arab Saudi dengan ulama Wahabi, konsentrasi emosional terhadap Ahlulbait sangat dicurigai sebagai gejala syirik yang melahirkan berbagai jenis bid'ah.
Kepemimpinan dan keummatan dalam Syiah merupakan kohesi horizontal-vertikal yang sangat berbeda vitalitasnya dibandingkan dengan tradisi kaum Sunni. Kaum Sunni menyebut Abu Bakar, Umar dan Usman dulu sebelum Ali. Bahkan tidak secara spesifik menyebut Hasan dan Husein. Orang Syi'i jengkel karena menurut versi sejarah mereka, tatkala Nabi Muhammad SAW wafat, yang menguburkan hanya keluarga Ali, sahabat terdekat dan seorang pekerja pekuburan. Sementara Abu Bakar, Umar dan sahabat Anshor sibuk di Tsaqifah Bani Saidah (balairung, pendopo KPU) yang memproses siapa pemimpin pengganti Nabi, tanpa mempedulikan jenazah Nabi SAW. Jenazah Nabi terlantar sampai 3 hari.
Bahkan ketika tengah malam usai penguburan, sejumlah rombongan dipimpin Umar menggedor rumah Ali bin Abi Thalib untuk memaksa menantu Nabi itu menandatangani pengesahan pengangkatan Abu Bakar sebagai khalifah pertama. Memang tidak banyak yang menderita seperti Rasulullah Muhammad Saw: jenazah belum diurus, orang-orang yang sangat dicintainya sudah sibuk memperebutkan jabatan.
Makhluk diciptakan Allah berupa cahaya, namanya Nur Muhammad meskipun secara biologis ia dilahirkan 600 tahun sesudah Isa/Yesus namun semasa hidupnya ia menjahit sendiri baju robeknya, mengganjal perut laparnya dengan batu di balik pinggangnya. Tak ada kemewahan apapun melekat padanya. Bahkan ia tak sanggup menolong Fatimah, putrinya, yang beberapa hari telanjang dalam selimut di kamar karena pakaiannya dijual Ali, suaminya, untuk bisa makan.
Muhammad dan keluarganya sangat dicintai dengan gelegak rasa perih, karena derita. Ia pun memilih karakter "abdan nabiyya" (nabi yang rakyat jelata), dan menolak ditawari "mulkan nabiyya" (nabi yang raja diraja). Allah menawarinya jabatan raja agung dengan kekayaan berupa gunung emas yang ternyata memang sudah disediakan oleh-Nya, di wilayah Madinah dan Mekkah, yang hari ini menjadi cadangan kekayaan Arab Saudi, di samping tambang minyak Yaman yang hari ini bisa menjadi sumber konflik antara kedua negara. Sebab jika Yaman menguasai sumber minyak itu, karena daerah geografisnya lebih rendah, maka minyak Saudi di perut bumi akan diserap olehnya. Wallahua'lam.
Dalam hal maut (kematian), mestinya kaum Syi'ah lebih memiliki etos dan kesadaran spesifik, karena riwayat Ali, Fatimah, Hasan dan Husein yang mereka tokohkan. Maut dan Husein adalah sumber tenaga sejarah. Kematian Husein bukan balak atau tragedi, melainkan kebanggaan yang melahirkan kesadaran baru mengenai ideologi "jihad" dan "syahid".
Jihad adalah persembahan total diri seseorang kepada kepentingan Allah melalui kebenaran yang diyakini. Jihad membuat dunia menjadi kecil, remeh dan tidak penting. Jika seseorang sudah terpojok, bedil musuh di depan dan kiri-kanannya, sementara kebuntuan di belakangnya, maka jiwa jihad menjadi menggelegak. Keterpojokan membuatnya bersyukur karena dunia, hedonisme, kemewahan, dan segala hiasannya sudah tidak punya makna lagi. Tinggal satu: Allah.
Sesungguhnya George Bush, sahabat utama Saudi sedang berkata kepada monarkhi Arab Saudi bahwa minyak di Saudi bukanlah milik Raja Saudi beserta para Amir dan keluarga serta keluarga kerajaan. Bersiaplah pada suatu hari nanti wacana itu akan diaplikasikan. Sejak 1980, Arab mengizinkan tanahnya menjadi salah satu pijakan kekuatan militer Amerika Serikat. Kerajaan mendapat jaminan bahwa keluarganya tak akan diutik-utik. Silakan ambil Irak, Suriah atau manapun, asal keluarga Saudi tak diganggu. Kalau perlu Mekkah dan Madinah dikuasai, asalkan kerajaan selamat. Tetapi siapakah yang menjamin keselamatan eksistensi keraton Saudi tanpa ia sendiri membangun kekuatan di dalam dirinya?.
Hasan Husen, demikian masyarakat santri tradisional Jawa menyebut nama kedua cucu Nabi itu, tak kalah menderitanya. Mereka tak hanya dicacah-cacah tubuhnya dan dipenggal kepalanya. Mereka bahkan dirudal, dibom, dimusnahkan, diinjak-ijak harga diri kemanusiaan dan martabat kebangsaannya, bahkan dirampok hartanya secara terang-terangan.
==
Lihatlah koalisi Dajjal Amerika, Turki, Israel, Monarki Saudi, monarki Qatar, Bahrain, UEA mengacak-acak Islam Timur Tengah dan Afrika Utara. Di Yaman, Suriah, Iraq dimana banyak tinggal keturunan Nabi Suci –disebut Alawiy-, tanah-tanah mereka dirampas, diduduki, diserang dengan dalih politis. Mereka ciptakan dan membackup gerombolan Al Qaeda, FSA, Jabhatun Nusro dan kelompok-kelompok teroris lainnya serta memfasilitasi perbatasan negara mereka untuk memasukkan para pengacau ini. Dengan alasan inilah koalisi Dajjal tersebut –dengan restu Dewan Keamanan PBB dan alasan keamanan- dapat dengan mudah memporak porandakan Timur Tengah, menyedot minyaknya, gas buminya dan utamanya ingin membumi hanguskan peninggalan-peninggalan sejarah Islam di muka bumi, sebagaimana datangnya bangsa Eropa ke Nusantara untuk menghancurkan peninggalan para Waliyullah yang mayoritas keturunan Ali bin Abi Thalib, menantu Nabi (Alawiy).
Sebagai manusia yang lahir di Nusantara, seharusnya ummat Islam malu pada Kaum Syi’ah di Iran, Iraq, Lebanon, Suriah dan Yaman yang bahu membahu menghadang laju koalisi Dajjal laknatullahu alaihim ajma’in.
Sekarang kita jadi tahu, bahwa Dunia ini ada dua kutub: Kutub Husein (Kebenaran Islam) dan Kutub Dajjal (Setan Kegelapan, Kaum Penyembah Berhala/ Pagan). Kutub Husein alaihissalam dibela oleh mereka yang mata hatinya bersih, mewakili bangsa-bangsa tertindas, lemah (mustadhafiin). Mahatma Gandhi mengambil pelajaran dari Tragedi Husein di Karbala bagaimana melawan penjajah Inggris. Ho Chi Min Vietnam, Soekarno, Mao Tse Tung China, Che Guevara Kuba, dan pemimpin negara-negara tertindas lainnya bangkit dengan inspirasi Karbala. Bahkan Joseph Stalin, diktator Uni Sovyet –pembantai 26 juta warganya melalui perang dan penyiksaan- pernah mengingatkan bahaya Karbala/ Asyuro bagi para Dajjal dan Tiran Penindas.
==
Dengan peristiwa Asyuro ini, kita jadi tahu, kebenaran Sabda Kanjeng Nabi bahwa *Al Husain Misbahul Huda wa Safinatun Najah* (Husain itu Lentera Cahaya agama dan Perahu Keselamatan”). Nabi mengisyaratkan agar ummat Islam beragama seperti keluarga Nabi. Mengikuti Kitabullah Al Quran dan Bimbingan Hidup Keluarga Nabi (yaitu para Imam/ Wali). Mereka yang tidak naik perahu Al Husain akan tenggelam dalam kesesatan. Mereka yang tidak ber-Wali pada keluarga Nabi akan tersesat di jalan kehidupan.
Jadi tahu, siapakah yang ingin agar sejarah Islam ditutup dan tak dibaca oleh ummat Islam? Siapakah yang ingin agar Al-Quran dan Keluarga Nabi Suci dilupakan?
Jadi tahu, kenapa pembunuhan-pembunuhan ini demikian terencana dan massif menimpa:

Imam Ali bin Abi Thalib dibunuh di 17 Romadhon (turunnya Lailatul Qodar),
Anaknya Ali, Imam Hasan bin Ali diracun,
Anaknya Ali, Imam Husein bin Ali dibantai di Karbala (10 Muharram)
Anaknya Husein bernama Imam Ali Zainal Abidin Buyut nya nabi, dibunuh,
Anaknya Ali bernama Imam Muhammad bin Ali Zainal Abidin juga dibunuh.
Anaknya Muhammad, Imam Jakfar Shodiq bin Muhammad juga dibunuh.
Anaknya Jakfar bernama Imam Musa Al Kadzim bin  Jakfar Shodiq dibunuh,
Anaknya Musa bernama Imam Ali ar Ridho bin Musa dibunuh,
Anaknya Ali Ridho bernama Imam Muhammad bin Ali ar Ridho dibunuh,
Anaknya Muhammad bernama Imam Ali Hadi bin Muhammad dibunuh,
Anaknya Ali Hadi bernama Imam Hasan al Asykari bin Ali Hadi dibunuh.
Jadi tahu, kenapa Imam Muhammad bin Hasan al Asykari (atau Imam al Mahdi as -semoga Allah mempercepat kemunculannya) diselamatkan dari *pembunuhan terencana dan berantai* ini. Beliau dighaibkan dari pandangan manusia, yang kelak akan muncul (dhuhur) ke dunia bersama Isa bin Maryam as.
Jadi tahu, siapa kawan siapa lawan? Jadi tahu, kenapa Ahlusunnah dan Syiah/ Ahlul Bait harus menggalang persatuan melawan koalisi Dajjal dan bonek-boneka nya (kelompok Wahabi / Salafi, anak-anak muda berjenggot- celana cingkrang- jidat gosong) bayaran Arab Saudi?
Jadi tahu kenapa bulan Suro, ummat Islam dilarang merayakan pesta pernikahan, perayaan kegembiraan dan sejenisnya?
 Matur nuwun lah kepada orangtua kita yang menyekolahkan kita sehingga bisa membaca tulisan ini. Terima kasih atas ijin mereka kita bisa membaca Al Qur’an, sejarah Islam, perjuangan Waliyyul Akbar (Imam Ali), para Wali keturunannya dan para Wali yang tersebar di dunia dan juga di tanah Nusantara.
Terima kasih kepada orangtua menyekolahkan kita sehingga kita sekarang bisa urut dalam berfikir, menghubung-hubungkan dan membuat gambar utuh wajah sejarah agama Islam ini.
Dengan menangisi kesyahidan Husein cucunda Nabi di 10 Muharram ini, *semoga air mata kita menjadi penebus dosa-dosa orangtua kita di alam barzah, meringankan hisab di Hari Pembalasan, dan menjadi Syafaat Nabi kepada mereka lantaran anak-anak mereka telah menemukan “setitik kebenaran” atas tragedi Asyuro ini.*
Dengan berduka di hari ini, semoga manusia-manusia suci pilihan Allah ini memberikan syafaat mereka kepada orangtua kita, pada kita dan keluarga kita nanti. Menolong beban dosa-dosa kita di alam kegelapan barzah nanti, memberi cahaya dan kesenangan di alam penantian,…

Allohummaghfirliy dzunubiy wa li walidayya wa lil mukminin wal mukminat wal muslimin wal muslimat fi masyariqin ardhi wa maghoribiha,  al ahyaai minhum wal amwat ila yaumul hisab.
Ilahi ya Robb…
==
Baginda Rosulullah SAW berkata:
"Aku heran pada suatu kaum, apabila diceritakan kepada mereka tentang Ibrahim serta keluarganya, tentang keluarga 'imran, keluarga musa dan para nabi yang lain mereka berdecak kagum, tapi bila diceritakan tentang keluargaku (Ali, Fatimah, Hasan dan Husain) hati mereka gelisah dan menolak,
Demi Allah jika seorang datang kepada Allah dengan membawa amalan 70.000 nabi sedang mereka tidak mencintaiku dan keluargaku, Allah tidak akan menerimanya.” 
==

Karbala bukanlah sebuah peristiwa sejarah yang berhenti pada 10 Muharram 61 H (680 M), tetapi merupakan titik balik yang sangat penting bagi aqidah Islam yang agung. Yang dilakukan Imam Husain as di Karbala adalah revolusi tauhid, yakni revolusi yang gugusannya dimulai oleh nabi Ibrahim as, diletakkan dan ditata secara sempurna oleh Nabi Muhammad SAWW, dipertahankan hidup oleh Imam Husain as dan berakhir pada Imam Mahdi (Muhammad bin Hasan al asykari as, kelak).
Siapa yang tak kenal Aba Abdillah (Husain cucunda Nabi)
Kisahnya melegenda tak pernah pudar
Madrasah terbaik sepanjang zaman
Tersaji tragis di sepuluh Muharram

Tak ada bulan se-tragis Muharram
Hingga suka cita pun dilarang
Bulan duka yang amat bernilai
Bagi perindu kebenaran dan keadilan

Mereka pikir ini kisah khayalan
Yang tergores dalam peradaban
Tinta sejarah terekam zaman
Di tanah KARBALA terjadi pembantaian

Wahai para pecinta keadilan
Lihatlah aba abdillah mengajari kalian
Darah dan air mata menjadi tebusan
Demi tegaknya kebenaran