Masalah keadilan termasuk masalah penting yang pemahaman atasnya menjadikan manusia (khususnya umat Islam) tercerahkan dan penuh optimistis menghadapi hidup atau sebaliknya akan menjadi manusia pesimis dan pasif dalam arena kehidupan. Karena itu pemahaman yang benar dan proporsional atas keadilan ini merupakan agenda besar untuk menyingkap misteri tujuan dan hikmah penciptaan.
Keadilan menempati posisi penting dalam Islam,
sebagai salah satu cabang Tauhid. Keadilan memiliki keterkaitan erat dengan
diamalkannya agama. Tanpa meyakini keadilan, tidak berguna kita mengamalkan
agama dan menyembah Tuhan. Sebab, tanpa keadilan, seluruh nilai baik dan buruk
tidaklah berarti serta penyembahan kepada Tuhan tidaklah berguna. Misalnya,
jika orang berbuat baik maka tentu harus mendapatkan ganjaran kebaikan dari
Tuhan, dan jika berbauat buruk harus mendapatkan hukuman dari Tuhan. Ini adalah keadilan ilahi, karena telah
menempatkan sesuatu pada tempatnya. Jika kita tidak percaya pada hal itu, yang
berarti bisa saja orang baik dihukum Tuhan (dimasukkan ke neraka) dan orang
jahat di beri ganjaran surga oleh Tuhan, maka untuk apa kita mengamalkan agama.
Karena toh, percuma
saja berbuat baik atau buruk, karena hasilnya tidak sesuai. Dari sini keadilan
memiliki hubungan erat pula dengan janji kebangkitan di akhirat.
Begitu
pula, keadilan berhubungan erat dengan kehidupan manusia sebagai individual dan
sosial,sehingga manusia senantiasa mengejar keadilan dan menolak kezaliman.
Bayangkan jika keadilan tidak ditegakkan dan kezaliman meraja lela?
Alquran
dalam banyak ayatnya juga menegaskan pentingnya keadilan. Misalnya, “Sesungguhnya
Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan…” (Q.S. an-Nahl:
90); “Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap suatu kaum, mendorong
kamu untuk tidak berlaku adil”. (Q.S. al-Maidah: 8); “Sesungguhnya
Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan
telah Kami turunkan bersama mereka al-Kitab dan neraca (keadilan) supaya manusia
dapat melakukan keadilan”. (Q.S. al-Hadid: 25) “Sesungguhnya Allah
menyukai orang-orang yang berlaku adil”. (Q.S. al-Mumtahanah: 8).
Mungkin
timbul keberatan di hati manusia akan keadilan ilahi. Hal ini karena adanya
perbedaan yang dalam antara satu manusia dengan yang lainnya. Sebab kenyataan
yang kita hadapi dalam hidup ini, seringkali membuat kita berkesimpulan bahwa
jurang perbedaan yang ada menyimpan ketidakadilan (kezaliman). Ada orang yang
bekerja keras, tetapi hidupnya tetap dalam kesulitan. Ada orang yang hanya
ongkang-ongkang kaki, tetapi hidupnya melimpah mewah. Ada orang yang melihat
kondisi ini sebagai ketidakadilan Tuhan, padahal boleh jadi, itu akibat
ketidakadilan manusia.
Kekeliruan
berpikir ini terjadi akibat kekeliruan memahami makna keadilan sebagai
kesamaan. Pembagian yang adil, bagi mereka adalah pembagaian yang sama. Padahal
defenisi ini sangat parsial dan hanya bisa berlaku pada kondisi tertentu saja.
Pada kondisi berbeda, atau bahkan pada umumnya, penyamaan akan menyebabkan ketidakadilan.
Misalnya, menyamakan uang jajan anaknya yang masih SD dengan anak kuliah.
Begitu
pula dalam peran di kehidupan ini. Misalnya, jika semua orang adalah petani,
maka tidak ada pula petani itu sendiri, sebab petani memerlukan cangkul, pupuk,
racun, dan lainnya, sementara itu semua tidak ada karena tidak ada tukang
cangkul, tukang pupuk, atau tukang buat racun. Jika semua orang kaya, maka
kekayaan itu sendiri tidak akan ada harganya, jika malam terus-menerus tanpa
siang, maka malam tidaklah ada. Jika semuanya muslim dalam tingkatan yang sama,
Islam pun tak kita kenal. Jadi berpasangan dan perbedaan merupakan hal penting
alam makhluk (ciptaan). Artinya perbedaan menunjukkan keadilan sedangkan
penyamaan akan berakibat pada kezaliman. Jadi, dari sisi penciptaan perbedaan
yang terjadi adalah keniscayaan yang tidak merusak keadilan Tuhan.
Karena
itu, perbedaan memiliki rahasia dalam alam penciptaan. Di antara rahasianya adalah sebagai berikut :
- Jika tidak ada perbedaan, maka Tuhan harus menciptakan satu makhluk saja, karena jika menciptakan lebih dari satu akan meniscayakan perbedaan. Sebab, mustahil ada dua hal tanpa ada perbedaanya.
- Perbedaan menunjukkan pada keagungan tatanan alam (dan manusia), karena, tanpa perbedaan, tidak akan ada kemajuan dan keanekaragaman serta keseimbangan yang mengarahkan pada kesempurnaan.Allah berfirman : “Dan diantara tanda-tanda kekuasaannya ialah menciptakan langit dan bumi dan berlain-lainan bahasa dan warna kulitmu.” (Q.S. al-Rum: 22).
- Perbedaan menunjukkan kesalinghubungan dan kesalingbutuhan yang merupakan karakter makhluk.
- Perbedaan itu akan menghadirkan mozaik keindahan dan pengenalan eksistensi kebaikan secara beragam dan bertingkat.
- Dalam penalaran filososfis, perbedaan merupakan hal yang esensial dan bagian dari keberadaan itu sendiri. Karenanya, menghilangkan perbedaan sama dengan menghilangkan eksistensi atau wujud itu sendiri. Sebab, penciptaan setidaknya berdasarkan pada dua hal yaitu: mungkin untuk diciptakan dan mengandung kebaikan. Maka perbedaan dalam penciptaan sudah memenuhi dua dasar tersebut, artinya perbedaan merupakan hal yang mungkin dan mengandung kebaikan. Karena yang mustahil dan tidak memiliki kebaikan, tidak akan diciptakan oleh Allah.
- Meskipun ada perbedaan, namun Tuhan menilai setiap orang sesuai dengan aktualisasi potensinya. Jika setiap manusia itu mengaktualkan potensinya hingga mencapai puncak kesempurnaan, maka semuanya sempurna, meskipun dalam tingkatan yang berbeda. Inilah mengapa Allah dalam kitab-Nya menyamakan para Nabi sekaligus juga membedakannya (lihat Q.S. al-Baqarah: 253 dan 285).
Karena
itu mari kita menghormati dan merayakan perbedaan dalam pikiran, sikap, dan
perilaku kita sehari-hari, tanpa diembel-embeli dengan hinaan yang merendahkan,
cacian yang menjengkelkan, atau tuduhan yang mengundang permusuhan dan
kebencian. Jangankan kita berpikir untuk memaksakan persamaan bagi semua.
Biarlah setiap orang mengambil bagian dalam perannya di kehidupan ini dan
kehidupan mendatang. (hd/liadmin)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar